Belajar perlu keseriusan |
Slamet Priyadi – Minggu, 21 Juli
2013 – 07:01 WIB – Belajar berarti merubah atau memperbaiki tingkah laku
melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan. Dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tak mahir menjadi mahir, dari tak pandai menjadi pandai, dan
lain-lain. Agar semua itu bisa kita capai dan berhasil dengan baik, dibutuhkan
sikap serta kemauan yang keras, kegigihan yang kuat, pelatihan yang terus
menerus, dan kesabaran yang tinggi. hal tersebut sebagaimana yang dilakukan
Nabi Musa saat berguru kepada Khidir sebagaimana diriwayatkan 'Ubaidillah bin
'Utbah bin Mas'ud, dari Ibnu 'Abbas.
Pada
saat Ibnu ‘Abbas berdiskusi dengan Alhir bin Qais bin Hisn al-Farazi tentang
Nabi Musa dan Khidir, melintas di hadapan mereka ‘Ubai bin Ka’ab. Ibnu ‘Abbas
lalu memanggilnya seraya berkata, “Aku
dan saudaraku ini sedang mendiskusikan sahabat Nabi Musa ‘alayhis-salam, Khidir”.
Nabi Musa sampai meminta petunjuk
dengannya. Apakah kamu pernah mendengar Rasulullah Shallallâhu ‘alayhi wa
Sallam pernah menjelaskan tentang hal itu?”
“Ya,” kata ‘Ubay bin
Ka’ab. “Aku pernah mendengar Rasullullah
Shallallâhu ‘alahi wa Sallam pernah menjelaskan tentang hal itu.” Lebih
lanjut ‘Ubay bin Ka’ab menuturkan bahwa Beliau pernah bersabda:
Ketika
Nabi Musa berada di tengah-tengah Bani Israel, datanglah seseorang bertanya
kepadanya, “Apakah anda tahu rang yang
berilmu daripada Anda?” “Tidak,” jawab Nabi Musa. Maka, Allah mewahyukan
kepada Nabi Musa, “Ada wahai Musa. Ia
adalah Khidir.” Musa lalu memohon kepada Allah agar mendapat petunjuk
menemui Khidir. Lalu, Allah jadikan ikan sebagai tandanya. Dikatakan kepadanya,
“Jika kamu kehilangan ikan ini,
kembalilah dan kamu akan menjumpainya.”
Nabi
Musa mengikuti jejak ikan itu di laut. Murid Nabi Musa berkata kepadanya, “Tahukah Anda tatkala kita mencari tempat
berlindung di batu tadi, sesungguhnya
aku lupa menceritakan tentang ikan itu. Tidak ada yang melupakanku untuk
menceritakannya, kecuali setan.” “Inilah tempat yang kita cari!” kata Nabi
Musa. Lalu keduanya kembali mengikuti
jejak mereka semula(Q.s. al-Kahfi[18]: 63-64). Selanjutnya mereka pun menemui Khidir.
Ketika
Nabi Musa berkenan menyampaikan keinginannya untuk berguru kepada Khidir,
syarat yang harus dipenuhinya untuk berguru kepada Khidir adalah mampu memiliki
sifat sabar. Dan, kisah mereka seperti yang Allah ceritakan dalam kitab-Nya.*)
Dari
kisah Nabi Musa berguru kepada Khidir di atas ada pelajaran yang bisa kita
petik. Pelajaran itu berupa empat prinsip belajar, yaitu: 1. Prinsip kemauan yang kuat,
2. Prinsip kegigihan dalam belajar, 3. Prinsip
pengasahan diri yang terus menerus, dan 4. Prinsip kesabaran yang tinggi. Keempat prinsip tersebutlah yang dimiliki Nabi
Musa saat berguru kepada Khidir. (priyadi1957)
*) Diriwayatkan
0leh Bhukhâri dan Muslim.
Referensi:
*Sarlito Wirawan Sarwono. 1976. "Pengantar
Umum Psikologi". Jakarta: Bulan Bintang.
*Dwi
Budiyanto. 2009. “Prophetic Learning”. Yogyakarta: pro-U Media.
Posted:
Slamet
Priyadi Pangarakan, Bogor
Belajar berarti merubah atau memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tak mahir menjadi mahir, dari tak pandai menjadi pandai, dan lain-lain. Agar semua itu bisa kita capai dan berhasil dengan baik, dibutuhkan sikap serta kemauan yang keras, kegigihan yang kuat, pelatihan yang terus menerus, dan kesabaran yang tinggi.
BalasHapus