Sabtu, 18 April 2015

MENGENANG PEJUANG EMANSIPASI WANITA "R.A. KARTINI ( 1879-1959 )



Description: http://4.bp.blogspot.com/-c0Smcou1xTc/VTIb7PNpqnI/AAAAAAAABgg/02d54XSJnN4/s1600/R.A.%2BKartini%2B%2B%281879-1959%29.jpg
R.A. Kartini ( 1879-1969 )
Description: http://3.bp.blogspot.com/-T7sakaMpJQM/UXNWQb5InRI/AAAAAAAAFSc/hcML2EPv7jk/s200/100px-RM_Sosroningrat.jpg
Sabtu, 18 April 2015 - SIAPA yang tak kenal dengan sosok Kartini? Seorang tokoh pejuang pergerakan wanita yang begitu gigih dalam memperjuangkan hak kaum perempuan untuk memiliki hak yang sama dengan kaum lelaki. Ya, Kartini tercatat dalam sejarah sebagai pejuang emansipasi wanita, pelopor kebangkitan kaum perempuan dari Jawa. Lahir di Kota Jepara pada tanggal 21 April 1879 dari seorang ibu bernama M.A Ngasirah anak dari Nyai Hajah Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur. Ayahnya seorang bangsawan Jawa, bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara putera dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV yang diangkat menjadi Bupati dalam usia 25 tahun. Dari sebelas bersaudara kandung dan tiri, Kartini merupakan anak ke-5 dan tertua dari saudara perempuan sekandungnya yang lain bernama, Kardinah dan Roekmini. Kakak laki-lakinya bernama Sosrokartono adalah seorang yang pintar dan menguasai berbagai macam bahasa terutama bahasa Belanda. Ia banyak belajar bahasa Belanda dari kakaknya itu, dan mendapat izin untuk memperdalam bahasa Belanda di “ELS” (EuropeseLagere School) hingga usia 12 tahun sampai akhirnya dipingit karena akan dikawinkan olehK.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang.
Description: http://2.bp.blogspot.com/-WrSV5EuLp5o/VTId3yqDzCI/AAAAAAAABgs/ThK7FI18QdY/s1600/Kartini%2C%2BKardinah%2Bda%2BRoekmini.jpg
Kartini, Kardinah, dan Roekmini




Penguasaan dan kepandaian Kartini dalam berbahasa Belanda, digunakannya untuk menulis surat kepada salah satu teman akrabnya, Rosa Abendanon yang berasal dari Negeri Belanda. yang banyak mengindor atau mendukung pemikiran, ide dan gagasan-gagasannya. Kegemarannya membaca, baik dari koran, majalah dan buku-buku Eropa, menambah wawasan pemikiran Kartini yang semakin luas. Inilah yang menambah semangat dan membangkitkan motivasi Kartini mewujudkan cita-citanya memajukan derajat kaum perempuan pribumi yang masih rendah status sosialnya dengan membangun sekolah pendidikan keputrian.  Gagasan Kartini itu mendapat dukungan dari residen Semarang, Mr. Stijthof setelah membaca keritikan dari Conrad van De Venter lewat tulisan-tulisannya di majalah De Gid yang menjelaskan bahwa, “orang Belanda sangat berhutang budi pada rakyat Hindia Belanda yang telah memberikan devisa Negara yang begitu besar kepada Belanda. Dan, pemerintah colonial harus mengembalikan hutang sebesar 187 juta Gulden melalui proyek-proyek kemanusiaan, salah satunya adalah pendidikan”. ”.)*Sri Hartatik, A.Ma.Pd. “Kumpulan Kisah Pahlawan Indonesia”hal. 66

Dalam masa pingitannya Kartini terus memikirkan, bagaimana caranya agar Ia bisa melanjutkan pendidikannya ke Batavia atau ke Eropa. Cita-cita Kartini yang paling luhur adalah berkeinginan besar untuk menjadi guru sebagaimana ucapannya, 

“Saya ingin dididik menjadi guru. Ingin mencapai dua ijazah, yaitu ijazah guru sekolah rendah dan ijazah guru kepala. Mengikuti kursus pelatihan kesehatan, ilmu balut-membalut, pemeliharaan dan perawatan orang sakit, memperdalam seni kerajinan danketerampilan serta ilmu pengetahuan yang lain”.)*ibid hal. 65
Dalam pandangan dan pemikiran Kartini, apabila kaum perempuan telah memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang luas, jika kaum perempuan telah memiliki sejumlah keterampilan sebagaimana yang dimiliki oleh kebanyakan kaum lelaki, maka akan datang masanya kaum perempuan tak lagi terikat melulu bergantung kepada kaum lelaki. Kartini menyatakan, 

“Dari kaum perempuanlah seorang manusia pertama-tama menerima pendidikan dan pembelajaran, mulai belar merasa, berpikir dan belajar berkata-kata”. Kartini menegaskan pula dalam satu surat yang ditulisnya, “Bagaimana ibu-ibu Bumi putera dapat mendidik anak-anaknya jika mereka sendiri tidak berpendidikan? Dapatkah mereka, kaum ibu, dipersalahkan yang karena ketidaktahuannya, karena kelemahan dan karena kebodohannya yang tidak disadarinya itu hingga merusak masa depan anak-anaknya”.)* ibid. hal. 65

Description: http://3.bp.blogspot.com/-dl_epCyHMVA/VTIfOKGBjLI/AAAAAAAABg4/YXRKLt-D_Sc/s1600/R.A.%2BKartini%2Bbersama%2Bsuami%2C%2BK.R.M.%2BDjojodiningrat.jpg
R.A. Kartini bersama Suami, K.R.M. Djojodiningrat




Belenggu tradisi adat yang telah mengikat dan berakar kuat bagi kebebasan seorang wanita di masa itu membuat keinginan Kartini untuk mendirikan sekolah keputrian dan melanjutkan pendidikannya ke Eropa gagal. Akan tetapi Kartini terus mencari akal untuk bisa melanjutkan sekolahnya itu. Ayahnya tak bisa berbuat banyak untuk menentang tradisi. Meskipun Ia sangat mendukung cita-cita Kartini putrinya itu untuk mendirikan sekolah keputrian bagi kaum perempuan Bumi putera. Agar apa yang menjadi harapan Kartini dapat terkabul, ayahnya yang pada waktu itu menjabat sebagai bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosrodiningrat memilih dan meyakinkan Kartini bahwa calon suami yang cocok dan tepat untuk Kartini sesuai dengan harapan dan cita-citanya mendirikan sekolah keputrian bagi perempuan Bumiputera dan melanjutkan pendidikannya di Eropa, adalah Raden Mas Adipati Ario Djojoadiningrat, Bupati Rembang. Karena berdasar kesepakatan dengannya, Bupati Rembang itu akan selalu mendukung dengan apa yang menjadi cita-cita Kartini. Dan, Kartini meskipun hati nuraninya menolak, akan tetapi demi kepentingan yang lebih besar, demi kemajuan kaum wanita, pada akhirnya menyetujui juga dengan jodoh pilihan orang tuanya dikawinkan dengan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojoadiningrat yang sudah pernah memiliki istri tiga orang itu. Ya, Kartini merelakan jiwa dan raganya untuk menikah dengan orang yang sudah beristri demi cita-citanya memajukan derajat kaum perempuan seperti dirinya. Jelang perkawinannya, Kartini sangat merasakan dengan suatu hal yang tak bisa dirubah. Sahabat karibnya, Stella Zeehandelaar tidak bisa memahami keputusan Kartini untuk menerima lamaran Bupati Rembang yang sudah beristri lebih dari satu itu. Akan tetapi Kartini sudah mengadakan kesepakatan-kesepakatan dengan calon suaminya itu. Ia tidak akan menggunakan bahasa kromo inggil pada suaminya seperti pada kebiasaan tradisi yang dilakukan seorang istri pada suaminya di zaman itu. Kartini tidak akan membasuh kaki sang suami pada saat upacara perkawinannya kelak. Diizinkan untuk membangun sekolah keputrian untuk kemajuan bangsanya, kaum wanita.
 
Pelaksanaan upacara pernikahan Kartini dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojoadiningrat pada tanggal 12 November 1903. Suaminya ternyata sangat mengerti dengan keinginan Kartini. Bahkan Kartini diberi kebebasan dan mendapat dukungan sepenuhnya untuk mendirikan bangunan sekolah keputrian yang berlokasi di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang. Sekarang bangunan tersebut digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Description: http://1.bp.blogspot.com/-YXVnz1WI_U4/VTIgAX1-vjI/AAAAAAAABhA/HnWx4KtR3OQ/s1600/Sekolah%2BKartini.jpg
Sekolah Kartin 1918




Di sekolah yang didirikannya ini Kartini mengekspresikan segala ide dan gagasan-gagasannya dengan leluasa karena sangat didukung oleh suaminya yang memiliki kedudukan cukup tinggi sebagai Bupati di Rembang. Di sekolah keputrian ini Kartini mengajarkan berbagai seni kerajinan dan keterampilan, kesehatan dan perawatan di samping ilmu pengetahuan yang lain.

Description: http://1.bp.blogspot.com/-4nx3EoVjK94/VTIhTChQrfI/AAAAAAAABhM/svYBcqIhcGg/s1600/Batik%2Bmotif%2Bdaun%2Bdan%2Bbunga%2Bide%2BKartini.jpg
Batik motif daun dan bunga ide Kartini

Description: http://3.bp.blogspot.com/-UwBq0swVuvE/VTIkimiZ_tI/AAAAAAAABhk/TF0QkZVZex0/s1600/Meja%2Bmakan%2Bdengan%2Bukiran%2Bmotif%2BKartini.jpg
Meja makan dengan ukiran motif Kartini









Ternyata Kartini selain dikenal dalam sejarah sebagai pejuang emansipasi wanita, Ia dikenal juga sebagai seorang seniwati. Pelopor dalam bidang disain modern, perancang seni ukir dan batik. Salah satu upaya Kartini untuk mengembangkan, merealisasikan ide dan gagasannya di sekolah kepandaian putri yang didirikannya itu dengan mengajarkan sendiri kepada murid-muridnya berbagai pengetahuan dan keterampilan terutama kerajinan ukiran dan ragam hias batik. Kemahiran dan kecakapan Kartini dalam seni ukir, seni batik dan menggambar inilah yang memotivasi Kartini untuk selalu kreatif. Mencari inovasi-inovasi baru dalam bidang seni rupa dan disain. Dalam karya-karyanya Kartini selalu berupaya memasukkan konsep-konsep keindahan dan nilai-nilai tradisi Jawa, meskipun sudah mengalami pembaharuan-pembaharuan sehingga bentuknya menjadi lebih modern. Pembaharuan ini bisa dilihat dari beberapa karya-karya Kartini seperti yang terdapat pada kotak perhiasan, pigura, kursi rotan, dan batik. Ada salah satu batik motip bunga karya R.A. Kartini yang sampai sekarang masih sangat digemari masyarakat, bahkan menjadi motif standar dijadikan acuan dasar pembuatan  seni ukir kayu Jepara yaitu motip "LunglunganBunga". Bahkan hingga kini motip lunglungan bunga menjadi ciri khas motip "Jepara Asli". 

Dari perkawinannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojoadiningrat, Kartini dikaruniai seorang putera, Anaknya yang  pertama dan sekaligus juga yang terakhir yang diberi nama, Soesalit Djojoadhiningrat yang dilahirkan pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, pada tanggal 17 September 1904, Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia relative muda 25 tahun. Jenazah R.A. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Berkat kegigihan Kartini memperjuangkan derajat kaum wanita agar memiliki  persamaan hak dalam pendidikan, Yayasan Kartini yang didirikan oleh keluarga “Van Deventer” seorang aktifis politik etis(balas budi) di Semarang pada 1912, mendirikan sekolah Kartini di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya dengan nama   "Sekolah Kartini".  

Begitu pula seorang komponis, pahlawan nasional W.R. Soepratman pencipta lagu Indonesia Raya, menciptakan sebuah lagu khusus untuk mengenang jasa R.A. Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita yang tak kenal lelah bahkan merelakan jiwa raganya untuk kemajuan kaum perempuan melalui pendikan, diberi judul “R.A. Ajeng Kartini”. 

Referensi:

*Sri Hartatik, A.Ma,Pd “Kumpulan Kisah Pahlawan Indonesia”. Bintang Indonesia
*Slamet Priyadi, Drs. “R.A. Kartini Juga Seorang Seni Wati” Forum Guru Seni Budaya
*Agus Sachari, “Seni Rupa dan Disain” Erlangga
*Wikipedia Bahasa Indonesia, “R.A. Kartini”. google.com

Penulis:
Slamet Priyadi  Pangarakan - Bogor

Sabtu, 11 April 2015

C. ISRAR: "KESENIAN ISLAM DI SPANYOL"



 
Image: "Alcasar" (Foto: SP)
Alcasar ( istana ) di Sevilla
GURU SMAN 42 MENULIS - Sabtu, 11 April 2015 - Di dalam negara Islam, setiap warga negara mendapat kemerdekaan menganut agama dan kepercayaannya. Mereka mendapat perlindungan dari pemerintah dalam melakukan ‘ibadah dan segala macam upacara keagamaan. Begitu pula hak-hak mereka dijamin oleh pemerintah. Hal ini didasarkan kepada firman Tuhan :

“Tidak ada paksaan dalam agama, sebenarnya sudah nyata petunjuk dari “kesesatan.” (Al-Baqarah ayat 256 )

Oleh sebab itu sejarah perkembangan agama Islam tidak dimulai dengan pedang terhunus. Kemajuan pesat yang sudah dicapainya tidaklah dipaksakan dengan kekerasan senjata. Melainkan tersebar dengan perantaraan da’wah . da’wah atau seruan Islam ini adakalanya dengan jalan mengirim utusan kepada raja-raja yang belum beragama Islam untuk memperkenalkan agama itu, serta diiringi dengan seruan supaya raja-raja tersebut bersedia memeluk agama Islam.

Ketika Nabi Muhammad s.a.w. masih hidup, beliau pernah mengirim utusan kepada raja-raja  di sekitar jazirah Arab, di antaranya ialah kepada Heraclus Kaisar Rumawi Timur. Tetapi jika kehormatan agama Islam itu dilanggar dengan memberikan penghinaan atau utusan Islam yang dikirim itu dibuat cacad dan dinodai atau da’wah itu disambut dengan sifat permusuhan, maka barulah diadakan tindakan pembalasan.

Sesungguhnya setiap kaum Muslimin pada masa itu, telah menyediakan nyawanya sekalipun untuk menggalang kehormatan agama mereka. Keberanian tentara Islam lahir karena keyakinan bahwa, membela agama Tuhan itu adalah kewajiban mereka sendiri dan jika mereka gugur dalam perjuangan di jalan Tuhan itu, maka kematian mereka adalah kematian satria di medan perang yang dinamkan mati syahid, ialah kematian yang amat mulia di sisi Tuhan.

Sesudah seluruh tanah Spanyol jatuh ke bawah kekuasaan Islam, maka amat banyak penduduknya memeluk agama Islam. Di samping itu mereka yang tetap dalam agama Nasrani, kepercayaan serta hak milik mereka tetap dihormati dan dilindungi oleh pemerintah Islam. Mereka bebas melakukan ‘ibadah dan upacara keagaan mereka seperti biasa, bahkan pemerintah memberikan bantuannyadalam pendirian atau pembangunan gereja-gereja baru. Amat banyak gereja baru yang dibangun dalam masa kejayaan Islam itu.

Bagi mereka yang tetap beragama Nasrani, harus menta’ati peraturan umum dari negara di samping membayar pajak kepada pemerintah. Pajak yang dipikulkan itu adalah didasarkan atas kesanggupan mereka. Orang yang tidak mampu, membayar separuh dari jumlah pembayaran yang mampu, bahkan ada pula yang dibebaskan sama sekali.

Kewajiban membayar pajak itu diterima baik oleh orang Nasrani di Spanyol, karena pajak yang harus mereka bayar setiap tidak begitu berat. Semua pajak yang diterima itu dimasukkan ke dalam kas negara. Selain dari pemasukan pajak itu, pemerintah mempunyai pula Baitul Maal. Semua zakat yang ditarik dari kaum Muslimin masuk menjadi kekayaan Baitul Maal itu, begitu pula sedekah, wasiat dan seperlima dari ghanimah yaitu harta rampasan perang, dimasukkan ke dalam perbendaharaan Baitul Maal. Dari sumber inilah dikeluarkan biaya pemerintahan,pembangunan gedung-gedung, sekolah, rumah sakit, tempat perawatan sosial, mesjid dan lain-lain.

Ketika kerajaan Bani Umayah di Spanyol sudah kuat dan makmur dan dengan negara tetangga sudah diadakan perjanjian damai, maka anggaran biaya angkatan perang yang merupakan pengeluaran biaya yang terbesar selama ini mulai dibatasi.  Dan, kekayaan negara yang berlimpah-limpah itu dipergunakan sebesar-besarnya untuk pembangunan materieel dan moreel yang mungkin dicapai oleh peradaban manusia pada abad itu. Banyak kota yang dibangun dan sistim pengairan diatur sebaik-baiknya. Dari daerah pegunungan  dibuat saluran air, untuk mengairi daerah kering dan keperluan kota-kota. Selain itu yang tidak dapat dilupakan oleh sejarah ialah jasa Khalifah An-Nashir  dalam bidang ilmu pengetahuan. Ia telah membantu dan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada para pujangga, ahli pikir, sarjana, seniman dan lain-lain. Buku-buku filsafat Yunani kuno dengan segala macam pengetahuandalam bahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Setelah negeri Spanyol mulai aman dan tenteram, pemerintahan sudah tersusun dengan baik, maka orang Islam mulailah melangkah ke arah pembangunan baru dan sebagainya. Pada awalnya amat banyak arsitek yang didatangkan dari Rumawi, mereka diserahi tugas memimpin pembangunan istana, kantor pemerintahan, mesjid, sekolah dan bangunan-bangunan lainnya. Meskipun para arsiteknya didatangkan dari Rumawi, tetapi bangunan-bangunan baru yang didirikan di Andalusia bukanlah tiruan dari seni bangun Rumawi, bukan pula menuruti bentuk seni bangun Gothik yang telah mentradisi di Spanyol. Dalam mendirikan bangunan gedung-gedung, orang Islam mengambil  inti sari keindahan dari seni bangun Rumawi, seni bangun Gothik, seni bangun Byzantium dan sebagainya yang dipadu menjadi satu persenyawaan yang menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih indah dan khas. Akan tetapi memang bentuk seni Byzantium lebih mendominasi dalam keseluruhan bentuk bangunan. Dari perpaduan sari keindahan inilah satu cara penciptaan baru dalam seni bangun di Andalusia yang belum pernah dikenal pada abad-abad sebelumnya. Inilah yang dimaksud dengan seni bangun Islm Andalusia.

Adapun seni ukir dan seni hias sudah jauh lebih maju dari masa sebelumnya, baik mengenai  teknik ataupun dari segi konsep pemikirannya yang sudah lebih mendalam. Ornamen dan ukiran bukan saja disusun menurut kehalusan perasaan tetapi juga menurut perhitungan geometris yang teliti, sehingga ia merupakan suatu hasi seni yang mengharuan hati dan menakjubkan yang mampu menimbulkan perasaan empati bagi penikmatnya.

Faham Baru Dalam Kesenian Islam

Selaras dengan kemajuan cara berfikir ummat Islam pada masa itu, baik kemajuan cara berfikir yang khusus mengenai keagamaan atau dalam berbagai rupa pengetahuan lainnya, maka seni ukir dan seni hias , mendapat kemajuan yang lebih pesat, jauh lebih tinggi dari mutu seni ukir dan seni hias dalam masa sebelumnya. Kemajuan seni ukir dan seni hias, nyata kentara sekali dalam upaya melepaskan diri kungkungan motif yang amat sempit. Perluasan motif dari bentuk alam kosmos dan alam botanis saja, adalah suatu perubahan yang radikal dan berani dalam sejarah perkembangan seni rupa Islam.

Keberanian mereka untuk meretas faham tradisional dalam pengambilan mtif seni rupa, adalah berdasaarkan keyakinan bahwa jiwa tauhid tidak akan mungkin disesatkan oleh motif biologis yang distilir dalam penjelmaan seni ukir dan seni skulptur. Oleh sebab itu dalam masa kejayaan Islam di Andalusia, mulai ditemukan hasil-hasil seni skulptur dan seni lukis mengambil motif dari alam biologis atau makhluk bernyawa. Pada awalnya masih nampak keberanian yang masih maju-mundur.  Keinginan untuk melukis obyek makhluk hidup yang bernyawa itu sudah ada, tetapi hasil seni rupa tradisional masih mempengaruhi mereka.

Ukiran yang menghiasi sebuah jambangan bunga besar yang terdapat dalam salah satu ruang istana Alhambra, memperlihatkan suatu hasil kesenian yang tinggi, yang mencoba memperluas motif, tetapi masih ragu-ragu melukis makhluk bernyawa dalam bentuk naturalis. Lukisan dua ekor binatang yang berdiri berhadapan, dengan kepala seperti kepala burung unta dengan badan seperti giraf, motif binatang seperti ini hanya mungkin lahir dalam alam fantasi semata, dan mungkin juga mempunyai maksud yang dogmatis, tetapi kemungkinan besar bahwa itu adalah hasil pemecahan antara keinginan dan tradisi.

Jambangan bunga besar Alhambra itu memperlihatkan pula suatu hasil komposisi yang harmonis dari beragam motif yang distilir menghiasi bidang lengkung dan leher jambangan. Hiasannya terdiri dari motif daun-daunan, tulisan Arab serta bentuk geometris  pada lehernya merupakan satu persenyawaan yang indah dari berbagai macam ukiran.

Bentuk keseluruhan jambangan itu serta ukiran-ukiran yang menghiasinya, memberikan kesan yang nyata bahwa jambangan itu bukan dimaksudkan untuk tempat bunga dan bukan pula sebagai guci air, tetapi merupakan suatu hasil perwujudan rasa indah dari para seniman Islam pada masa itu.

Dalam sejarah seni rupa Islam pada abad sebelumnya, belum banyak ditemukan pengambilan motif biologis. Orang menjauhi  melukis sesuatu yang berbentuk makhluk bernyawa. Yang banyak ditemui dalam kesenian Islam ialah motif geometris, seperti bentuk segi tiga, bujur sangkar, segi lima, belah ketupat, motif tangga, meander, spiral, dan lain-lain yang disebut oleh orang Arab, “asykalu-handasiah” atau dari motif botanis, seperti daun-daunan, akar, kembang dan lain-lain yang distilir dengan amat indahnya.

Di dalam Al Quran sendiri tidak ada ayat-ayat yang melarang membuat gambar makhluk bernyawa. Tetapi yang dilarang adalah memuja arca dan sebagainya yang disebut al-ashnam dan at-thaghut, karena yang demikian itu adalah perbuatan musyrik, mempersekutukan Tuhan dengan makhluknya. Hanya dalam sebuah Hadits yang shahih dari Sa’id ibnu Hasan berkata :

“Ketika saya bersama-sama dengan Ibnu Abbas, tiba-tiba datang seorang lelaki, ia berkata: Hai Ibnu Abbas1 Aku hidup dari hasil kerajinan tanganku, ialah membuat arca seperti ini. Laklu Ibnu Abbas menjawab: Tidak akan aku katakan kepadamu, hanya apa yang telah kudengar dari Rasulullah s.a.w. Beliau bersabda: siapa yang melukis sebuah gambar, maka dia akan disiksa Tuhan sampai dia bisa memberinya bernyawa, tetapi selamanya ia tidak akan mungkin memberi gambar itu bernyawa.

Hadits pendek ini bermakna melarang membuat gambar-gambar makhluk bernyawa. Karena siapa yang menggambar seekor binatang umpanya, maka pada hari kemudian dia disuruh memberi gambar itu bernyawa. Dan Tuhan akan menyiksa orang itu karena pekerjaan yang tersebut tidak sanggup dilaksanakannya.

Itulah sebabnya maka di dalam perkembangan seni rupa Islam terjadi pembatasan motif di sekitar alam benda, seperti pengambilan motif dari alam cosmos, alam botanis serta bentuk geometris dan menjauhi motif-motif biologis seperti gambar manusia atau binatang. Akan tetapi beberapa abad kemudian setelah Nabi wafat, yaitu sesudah agama Islam mulai memasuki dan menguasai negeri-negeri yang telah tinggi peradaban dan kebudayaannya seperti negeri Persi, Rumawi, dan Gothik, maka terjadilah perubahan dan kemajuan dalam cara berfikir, terutama dalam menghadapi persoalan-persoalan baru yang belum ada ketika masa Rasulullah s.a.w. masih hidup. Umpamanya kemajuan dalam bidang ilmu hayat membutuhkan berbagai jenis gambar binatang. Hiphotesis yang dilakukan dalam laboratorium Perguruan Tinggi Kedokteran di Cordova menghendaki gambar-gambar anatomi manusia, serta banyak lagi hal-hal lain yang membutuhkan gambaran dari makhluk bernyawa.

Alangkah sulit diperoleh kemajuan dalam agama Islam jika menggambar makhluk bernyawa saja tidak siperbolehkan, sedang gambar-gambar seperti itu tidak bisa dipisahkan dari hubungan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia. Terkait dengan hal tersebut maka Rasulullah s.a.w. sebelum beliau wafat, bersabda :

“Antum  ‘alamuuridunyaakum.” ( Artinya : Kamulah yang lebih tahu tentang urusan keduniaanmu )

Sabda Nabi yang hanya empat patah kata itu, membuktikan bahwa agama Islam tidak mengajarkan suatu filsafat hidup yang sempit, tetapi ia telah membukakakan pintu yang selebar-lebarnya agar ummat Islam tidak takut berkecimpung dalam hidup, untuk mencapai kebahagiaan dengan menggunakan akal dan fikiran yang telah dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepadanya.

Larangan menggambar makhluk bernyawa, arca dan sebagainya, pada awal lahirnya agama Islam itu, dipandang dari sudut tauhid amat penting sekali dan sangat beralasan sekali. Karena pada waktu itu di kota Mekah masih bertaburan puing-puing bekas reruntuhan arca-arca yang telah disembah dipuja nenek moyang mereka berabad-abad lamanya. Masih terbayang dalam pelupuk mata penduduk Mekah bagaimana tokoh dari Lata, Uzza dan arca lainnya yang tidak kurang dari 360 buah banyaknya yang telah dibersihkan dari sekitar Ka’bah. Selain itu dalam tubuh kaum munafiqin masih mengalir darah kepercayaan nenek moyang yang telah turun-temurun.

Jika kepercayaan politheisme itu, tidak dibongkar sampai ke akar-akarnya; jika semua berhala tidak dihancurkan; jika pada waktu itu pembuatan patung diberi kesempatan berkembang, maka akan tumbuhlah tunas baru dari kepercayaan lama yang telah tumbang dan akan menggoyang saendi-sendi ketauhidan mereka yang masih baru memeluk agama Islam. Tetapi manakala hakikat tauhid telah mendarah daging dalam tubuh ummat Islam dan mereka tahu bahwa patung-patung tidak bisa berbuat apapun, maka tidak ada alasan bahwa kepercayaan yang telah berabad-abad dikubur itu, akan hidup kembali di tengah-tengah keyakinan ummat Islam yang telah berkemajuan.

Faham yang beranggapan bahwa membuat sesuatu yang berbentuk makhluk hidup  atau bernyawa itu tidak diharukan dalam agama Islam, mungkin sulit dipertahankan terutama dalam abad modern ini. Terkecuali jika dalam masyarakat Islam yang terpisah dari dunia ramai, seperti masyarakat Badui di tengah gurun pasir atau suku-suku yang mendiami rimba belantara benua Afrika dan sebagainya.

Demikian kemungkinan jalan fikiran ummat Islam pada zaman kerajaan Islam berkuasa di Spanyol, sehingga dalam sejarah kesenian Islam di Andalusia itu banyak ditemui arca-arca yang indah dan tinggi nilai mutu seninya, bahkan perusahaan kerajinan negara di Cordova membuat arca yang dibuat dari emas murni.

Selain itu seni lukis mulai berkembang dan mendapat tempat dalam pertumbuhan kebudayaan Islam. Lukisan berwarna yang amat besar dari Majelis Umara’, yaitu lukisan raja-raja Islam di Cordova yang menghiasi plafon sebuah ruangAlhambra, cukup memenuhi syarat-syarat visual dan geesteliyke elemen yang harus ada pada seni lukis. Latar belakang lukisan yang sengaja dikosongkan, lebih menonjolkan obyek yang dilukiskan, begitu pula masing-masing dilukiskan secara sederhana, bukan merupakan hasil idealisme yang dilebih-lebihkan, tetapi hanya menurut kenyataan yang bisa dipertanggungjawabkan baik mengenai proporsi, perspektif, warna dan gerak atau teknik lukisan keseluruhannya.

Referensi:
C. Israr, Sejarah Kesenian Islam 1
Bulan Bintang-Jakarta, 1978

Sabtu, 11 April 2015 – 22:46 WIN
Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan, Bogor