Senin, 24 Juni 2013

Upaya Meningkatkan Prestasi Akademik Siswa SMAN 42 (Sebuah renungan) by Slamet Priyadi



Slamet Priyadi Blog│Senin, 24 Juni 2013│21:05 WIB 

Slamet Priyadi SMA Negeri 42
Dalam berbagai kesempatan saat saya dan teman-teman santai minum kopi di kantin samping Rumah sakit Halim, saya acapkali berbincang-bincang tentang berbagai hal. Sekali waktu kami bahas juga tentang prestasi akademik siswa SMA Negeri 42 yang masih  tertinggal dengan sekolah lain seperti SMAN 48, SMAN 81 dan yang lain. Dalam kesempatan diskusi tersebut saya lontarkan pertanyaan sebagai berikut, “Apakah sekolah memiliki pengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa?”, “Mengapa sampai sekarang prestasi akademik siswa SMA Negeri 42 masih  tertinggal dengan sekolah lain yang notabene lebih muda usianya dibanding SMA Negeri 42?”. Rupanya beberapa pertanyaan tersebut cukup menggelitik dan membuat berkerut kening teman-teman oleh karena jawabannya memang membutuhkan suatu  analisa secara pedagogis serta pemikiran   yang  referensional (berdasar keilmuan).

Jawaban klise terucap dari teman-teman, “Ya tentu, dong! Soalnya perekrutan siswa kelas X pada awalnya memang sudah bukan siswa-siswa yang pilihan, dalam arti siswa-siswa yang masuk mendaftar ke SMAN 42 bukan pilihan pertama akan tetapi pilihan  ke dua yang secara intelektual relative rendah”.  Dengan Input dan kualitas siswa yang demikian tentu saja wajar apabila outputnya pun juga rendah. 

Jika dipikir,  jawaban tersebut memang ada benarnya juga. Akan tetapi jika demikian adanya, hal tersebut tentu justru menggambarkan kegagalan kita sebagai guru dan sekolah, komponen sekolah beserta fasilitas dan sarana sekolah sebagai institusi pendidikan yang selama ini tempat kita mengabdi, dan bekerja selaku tenaga pendidik. Jelasnya jawaban tersebut seakan-akan menunjukkan kepada kita bahwa SMA Negeri 42 selaku institusi pendidikan tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap performa akademik siswa. 

Apabila kita umpamakan dengan sebuah industri yang memproduksi barang tertentu, jika kualitas bahan bakunya rendah tentu hasil produksinya juga rendah. Dengan demikian di sini jalannya proses produksi menjadi tidak berarti dan mubazir. Padahal prinsip ekonomi mengatakan, “Mendapatkan untung sebesar-besarnya dengan capital yang sekecil-kecilnya”. Mengacu pada prinsip ekonomi tersebut, seharusnya langkah yang dilakukan adalah bagaimana caranya memaksimalkan suatu produksi dengan modal yang kecil dan bahan baku yang murah, dapat menghasilkan produksi yang baik dan berkualitas sehingga bisa dijual dengan harga yang tinggi atau mahal. 

Pandangan yang menyatakan penyebab rendahnya kualitas siswa (prestasi akademik siswa) karena “input” yang rendah, saya pikir tidak tepat karena itu berarti proses pembelajaran (schooling) yang dilakukan oleh SMAN 42 sama sekali tidak berarti karena tidak memberikan nilai tambah pada diri siswa. Kalaupun ada siswa yang berprestasi menggembirakan, semata-mata itu karena kemampuan dirinya yang memang sudah ada sebelumnya hasil dari didikan dan binaan orang tua atau pada sekolah sebelumnya. 

Pandangan tersebut di atas seyogyannya tidak dijadikan pegangan untuk langkah ke depan. Untuk itu mulai dari sekarang kita para guru dan seluruh komponen sekolah harus bersatu padu bertekad satu  untuk memajukan dan meningkatkan prestasi akademik siswa SMAN 42 dengan bekerja keras, aktif inovatif, kreatif, efektif dan selalu tampil dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa di kelas dapat menerima pelajaran tanpa harus takut dan tegang. 

Berkait dengan hal tersebut beberapa hasil penelitian tentang sekolah yang efektif (effectiveness school) membuktikan bahwa tingkat kecerdasan atau prestasi belajar siswa  sangat ditentukan oleh lingkungan belajar (learning environment) siswa di sekolah. Oleh karena itu utamanya adalah bagaimana kita menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasana  pembelajaran yang  aktif, apresiatif, kreatif, efektif dan menyenangkan agar setiap siswa mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Semakin kondusif dan efektif lingkungan belajar sekolah maka semakin besar pula kesempatan siswa untuk meningkat prestasinya.
Dengan demikian, utamanya kita tidak lagi berdalih mempermasalahkan kualitas input yang diterima sekolah, akan tetapi bagaimana kita memfokuskan pada strategi, model, dan pendekatan serta metode-metode apa yang efektif untuk meningkatkan kemampuan dan pretasi akademik siswa. Kualitas input yang rendah lebih baik kita jadikan sebagai pemicu semangat dalam rangka untuk membuktikan kepada masyarakat, bangsa dan Negara bahwa lembaga pendidikan khususnya SMA Negeri 42 mampu memberikan nilai tambah (value added) bagi siswa semua. JAYALAH, JAYALAH  SMA Negeri 42!
 
Referensi:
Pembelajaran yang efektif-Jamaludin, M.Ed) 

Penulis:
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor

Sabtu, 22 Juni 2013

Tradisi Saweran Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Sunda Oleh Slamet Priyadi


Slamet Priyadi Blog│Sabtu, 22 Juni 2013│08:27 WIB

Pelaksanaan IJAB QOBUL oleh pak Penghulu
Pada hari Jumat, 15 Juni 2013 pukul 09:20, saya menyaksikan prosesi pernikahkan putra kedua saya, Jagad Perwira dengan Bunga Restu putri kedua dari bapak Encep Hudri dan ibu Euis (besan) di rumahnya yang beralamat di kampung Tejo Ayu, Cicurug, Sukabumi.

Ada acara yang cukup unik dan menarik dari keseluruhan prosesi upacara perkawinan tersebut, yaitu acara setelah prosesi pernikahan atau Ijab Kabul Sang Pengantin selesai dilaksanakan berupa "Tradisi Saweran” yang banyak memberi pesan moral, social, dan bersifat religius. Dalam pelaksanaannya ternyata Tradisi Saweran ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah upacara perkawinan masyarakat sunda yang sudah turun-temurun dilakukan, berisikan petuah-petuah yang disampaikan kepada sang pengantin agar mereka di kemudian hari mampu mengarungi bahtera rumahtangga secara damai, sejahtera, harmonis dan bahagia.
 
Juru Sawer memandu upacara sawer sambil menyanyikan tembang yang berisi pituah-pituah bagaimana menjalani kehidupan berumah tangga yang syakinah, mawaddah, warohmah
Pada acara Saweran ini, kedua mempelai duduk secara berdampingan, yang didampingi oleh orangtua masing-masing mempelai. Sebuah payung berwarna emas memayungi keduanya. Lantunan tembang-tembang sunda disampaikan oleh juru sawer yang mengandung pituah-pituah, bagaimana seharusnya menjalani kehidupan sebuah mahligai rumah tangga bahagia. Dalam sesi ini, juru sawer di tengah-tengah lantunan tembang yang dinyanyikan, menebarkan berbagai jenis benda  dalam “bokor” yang berisi koin uang recehan, beras, bunga, permen, dan lain-lain kepada hadirin dan para undangan. Menurut juru sawer, hal ini merupakan symbol atau lambang, dimana uang sebagai lambang kemakmuran, beras sebagai lambang kesejahteraan, dan permen sebagai lambang bahwa, sepahit apapun proses kehidupan yang dijalani dalam hidup berumah tangga, harus selalu diselesaikan dengan cara yang manis semanis rasa permen.

Acara saweran dengan menebarkan permen dan uang recehan oleh juru sawer merupakan acara yang paling ditunggu-tunggu dan sangat disukai anak-anak yang menyaksikan jalannya acara saweran ini. Mereka saling berlarian, melompat sana-sini saling berebut koin uang recehan dengan penuh suka cita penuh canda ria. 
Orang tua wajib mendampingi kedua mempelai saat acara pemberian doa restu dari sanak keluarga, handai taulan, hadirin, dan para undangan
Menurut Juru Sawer selaku pemandu jalannya upacara ini, "Tradisi Saweran yang dilakukan pada setiap upacara perkawinan atau upacara khitanan dalam keluarga masyarakat Sunda merupakan lambang rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah rizki yang telah diberikan dan dimilikinya. Lain daripada itu , upacara ritual ini juga bertujuan agar kedua mempelai pasangan pengantin dapat memahami makna yang terkandung di dalamnya bahwa di dalam hidup ini, agar selalu saling berbagi, saling membantu, saling bekerja sama, saling tolong menolong terhadap sesama".
Syah menjadi pasangan suami istri dan siap pula menghadapi romantika kehidupan berumah tangga

Referensi:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud

Penulis:
Slamet Priyadi Pangarakan, Bogor

Senin, 17 Juni 2013

Jurnal PTK Seni Musik Oleh Slamet Priyadi


PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA NOTASI ANGKA SISWA 

SLAMET PRIYADI*)
SMA Negeri 42 Jakarta


ABSTRAK

Masalah keterampilan membaca notasi musik terutama notasi angka adalah yang menjadi permasalahan utama terhadap pembelajaran seni musik di SMA Negeri 42. Keterampilan siswa kelas X 4 dalam membaca notasi musik terutama notasi angka masih sangat rendah. Ini penulis ketahui setelah melakukan pretes sebelum penelitian tindakan kelas, hanya 8 siswa atau 20 % saja yang mampu membaca dan menulis notasi angka dari jumlah siswa seluruhnya sebanyak 40 orang. Kesulitan siswa dalam membaca notasi angka terutama pada tingkat pemahaman bentuk dan nilai not, bunyi nada yang digunakan dalam notasi angka seperti bunyi nada do-re-mi-fa-sol-la-si, membaca dengan ketukan birama not 1/4, 1/2, 1/3, 3/4, dll. Mengacu pada permasalahan tersebut, dalam pembelajaran seni music penulis menerapkan metode demonstrasi. Oleh karena metode demonstrasi penyajiannya lebih mengutamakan peragaan dan praktik yang memang tepat untuk pelajaran seni music. Dengan menerapkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran seni musik, secara realitas, terbukti dapat meningkatkan keterampilan membaca notasi angka siswa kelas X 4. Sejalan dengan itu, aktifitas dan kualitas belajar siswa juga turut meningkat.   Hal ini berdasarkan data yang penulis peroleh dari sebaran angket, lembar pengamatan, jurnal harian, dan evaluasi melalui pretes dan postes yang penulis lakukan. Diperoleh peningkatan cukup signifikan, yaitu  tingkat keaktifan siswa di siklus I  sebanyak 22 siswa  atau 55,00 % saja, tetapi di Siklus II meningkat menjadi 37 siswa atau meningkat menjadi 92,50 %.  Sementara peningkatan hasil belajar Siklus I nilai rata-rata 73,33 dan di Siklus II meningkat menjadi 81,20. Artinya peningkatan aktifitas belajar dan hasil belajar sudah melewati target KKM yang telah ditetapkan yaitu 75,00.

Kata Kunci :  Metode Demonstrasi, Keterampilan Membaca, Notasi Angka


PENDAHULUAN
     Permasalahan keterampilan siswa dalam  membaca notasi musik terutama notasi angka adalah menjadi tantangan dalam pembelajaran seni musik di SMA Negeri 42 Jakarta. Keterampilan siswa terutama siswa kelas X 4 dalam membaca notasi angka masih sangat rendah. Ini penulis ketahui setelah melakukan pretes sebelum penelitian tindakan kelas pada kegiatan belajar mengajar Senin, 27 Febuari 2012. Hanya 8 siswa atau 20 % saja yang mampu membaca dan menulis notasi angka dari jumlah siswa sebanyak 40 orang.  Kesulitan siswa dalam membaca notasi angka terutama pada tingkat pemahaman bentuk dan nilai not, bunyi nada yang digunakan dalam notasi angka seperti bunyi nada do–re–mi–fa– sol–la–si–do, bagaimana membaca dengan ketukan birama not 1/4, 1/2, 1/8, dan lain-lain. Berdasarkan masalah tersebut penulis menyimpulkan, siswa kelas X 4 masih belum memahami dan belum mengerti sepenuhnya dengan apa yang disajikan guru dalam menyampaikan  materi pembelajaran seni musik. Mengacu pada permasalahan tersebut di atas, maka penulis akan menerapkan metode demonstrasi dalam proses kegiatan pembelajaran seni musik. Dengan harapan  penerapan metode demonstrasi menjadi salah satu solusi yang dapat meningkatkan keterampilan membaca notasi angka siswa kelas X 4. Oleh karena metode demonstrasi merupakan suatu metode pembelajaran yang penyajiannya lebih mengutamakan peragaan dan praktik dengan latihan-latihan yang terus menenerus secara berkelanjutan. Lain daripada itu dalam metode demonstrasi, juga ditunjukkan tentang suatu proses penyampaian materi pembelajaran secara faktual baik dalam bentuk sebenarnya atau tiruan. Bahan Ajar Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru ( 2009 : 24 ). Jelasnya, dengan peragaan, latihan dan praktik yang dilakukan baik oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran notasi music maupun oleh siswa dalam proses pembelajaran akan berpengaruh besar dalam meningkatkan keterampilan membaca notasi angka siswa kelas X 4 SMA Negeri 42 Jakarta. Oleh karena itu penulis merumuskan masalah peneletian sebagai berikut, “Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan membaca notasi angka siswa kelas X 4 SMA Negeri 42 Jakarta pada kompetensi dasar menggelar pertunjukan musik kelas tahun pelajaran 2011 / 2012?”
Tujuan Penelitian    
Secara umum tujuan belajar seni music di SMA pertama-tama adalah agar siswa mampu membaca suatu karya musik tertulis. Tujuan selanjutnya adalah agar siswa akrab, terbiasa, dan lebih familiar dengan bahasa music, terampil membaca notasi serta  menuliskan gagasan musiknya melalui notasi musik yang ditulisnya. Dengan demikian siswa memiliki kemampuan   mendokumentasikan karya-karyanya itu secara literer, dalam bentuk notasi dengan tepat dan lebih mudah. Tim Seni Musik SMA (1999: 78). Tujuan  penelitian tindakan kelas ini adalah “Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Notasi Angka  Siswa Kelas X 4 Melalui Penerapan Metode Demonstrasi  Pada Pembelajaran Seni Musik Di SMA Negeri 42 Jakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat teoritis yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah; Memperoleh  pengetahuan  tentang metode    demonstrasi dalam meningkatkan keterampilan membaca notasi music, memiliki pengetahuan tentang metode demonstrasi sebagai dasar untuk melakukan penelitian tindakan kelas selanjutnya. Sedangkan  manfaat praktis bagi siswa adalah; Meningkatkan keterampilan siswa dalam hal membaca notasi angka, bermain musik baik musik vocal maupun instrumental. Pendek kata, dengan penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran seni music, siswa lebih tertarik, dan lebih cepat menangkap, materi pelajaran karena siswa langsung bisa melihat peragaan yang ditampilkan guru, serta dapat mempraktikkannya secara langsung. Hal ini sebagaimana dinyatakan Ella Sulhah Saidah, Sri Gianti, dan Purnama Syaifurrahman dalam “Bahan Ajar Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru” halaman 24,  “metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang penyajiannya lebih mengutamakan peragaan dan praktik dengan latihan-latihan yang terus menerus secara berkelanjutan. Berkait dengan penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan dalam proses pembelajaran seni musik di kelas X 4 SMA Negeri 42 melalui penerapan metode demonstrasi, maka penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Merumuskan tujuan mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, menentukan garis besar langkah-langkah pelaksanaan praktik demonstrasi, melaksanakan evaluasi dengan membuat soal tes untuk tagihan aspek afektif,dan aspek psikomotorik.

METODE PENELITIAN
     Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan di SMA Negeri 42 Jakarta, pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di kelas X 4  yang jumlah siswanya sebanyak 40 orang, terdiri siswa laki-laki sebanyak 20 orang dan siswa wanita sebanyak 20 orang. Alasan penulis memilih sampel kelas X 4 sebagai subyek penelitian didasarkan kepada nilai praktik siswa dalam keterampilan membaca notasi angka belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM 75. Keterampilan siswa dalam membaca notasi musik terutama notasi angka masih sangat rendah. Ini penulis ketahui setelah melakukan pretes sebelum penelitian tindakan kelas pada hari Senin, 27 Febuari 2012. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, siklus I tiga kali pertemuan. Pertemuan 1 dilakukan pada minggu ke 2 bulan Maret (Senin, 05 Maret 2012). Pertemuan 2 dilakukan pada minggu ke 3 (Senin, 12 Maret 2012). Pertemuan ke 3 dilakukan pada minggu ke 4 (Senin 19 Maret 2012).  Sedangkan siklus II pertemuan 1 dilakukan bulan Maret minggu ke 4 (Senin, 26 Maret 2012). Pertemuan ke 2 dilakukan bulan April  pada minggu ke 1 (Senin, 02 April 2012), dan pertemuan 3 dilakukan pada minggu ke 3  (Senin, 09 April 2012). Pelaksanaan Penelitian tindakan Kelas  dilakukan dalam bentuk “Siklus” terdiri dari    empat  komponen yaitu:
Tahap Perencanaan. Pada tahap ini menyiapkan Silabus, RPP, lembar angket dan kuisioner siswa yang berupa: Format kegiatan observasi  yang diisi oleh penulis selaku  observer. Format jurnal harian atau catatan di lapangan untuk mengetahui respon siswa, sikap, minat dan prilaku di kelas, dan dicatat dalam jurnal tersebut. Menyiapkan soal-soal untuk pretes dan postes pada siklus I dan siklus II. Daftar hadir siswa, daftar nilai  pretes dan postes.
TahapTindakan. Melaksanakan program pembelajaran tatap muka sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Melakukan pretes dengan menyertakan soal-soal seni musik sesuai dengan RPP dengan memberikan kuisioner, lembar angket  kepada setiap siswa. Melaksanakan postes pada pertemuan ke tiga siklus I, dan pertemuan ke tiga pada siklus II.
Tahap Pengamatan. Melakukan pengamatan sesuai dengan format pengamatan yang telah disiapkan,dan mencatat hal-hal yang penting dalam jurnal harian pada saat pembelajaran.
Tahap Refleksi.  Melakukan  evaluasi materi  sajian pembelajaran dengan penggunaan metode demonstrasi, melakukan tatap muka untuk evaluasi belajar siklusI. Untuk memperbaiki tindakan  ditahapan siklus berikutnya. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, catatan harian, angket  kuisioner dan test hasil belajar. 

Observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Jurnal harian. Ditulis untuk  merekam semua kegiatan dalam proses pembelajaran yang tidak terekam pada lembar observasi, baik berupa perilaku khusus siswa maupun permasalahan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan berikutnya. 
Data tes hasil belajar siklus I dan II
Diambil dari tes formatif setiap siklus yang diberikan setelah berakhirnya siklus I maupun siklus II. Hal ini agar setiap berakhirnya siklus dapat diketahui perkembangan siswa melalui pembelajaran di kelas oleh upaya guru dalam meningkatkan keterampilan membaca notasi angka pada pelajaran seni musik melalui penerapan metode demonstrasi. 
Foto. Penelitian ini dilengkapi kegiatan foto sebagai dokumen kegiatan siswa dan guru di kelas.
Analisis Data. Diambil dari pengamatan yang dilakukan penulis, juga dari siswa yang menjawab lembar pertanyaan kuisioner. Data hasil belajar didapatkan setelah diadakan tes hasil belajar berupa postes untuk memperlihatkan sampai sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi. 
Data observasi. Data observasi diambil melalui pengamatan penulis pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran di kelas. Pengolahannya dengan menggunakan rumus : A / B x 100 % dengan keterangan :    
A = Frekuensi aktivitas yang teramati
B = Jumlah siswa / frekuensi semua aktivitas pada lembar observasi. 
 
Data angket. Data angket yang disebarkan pada siswa  dijawab dengan mencheklis ”S”  ”setuju” atau ”SS” sangat setuju, “TS” tidak setuju dan “STS” sangat tidak setuju,  bertujuan untuk melihat seberapa banyak dalam satu kelas tersebut ada peningkatan minat belajar seni musik setelah menerapkan metode demonstrasi.
Data tes hasil belajar
Peneliti menentukan nilai setiap siswa dari hasil pretes dan postes masing-masing siklus dengan memberikan nilai skala 100, adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran seni musik adalah 75, kemudian menentukan banyaknya siswa yang mendapat nilai sama atau lebih dengan 75 ( KKM seni musik ). Banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 75 dihitung prosentasenya dengan menggunakan rumus :
Jumlah siswa mencapai KKM
________________________  X 100
 Jumlah seluruh siswa
Sementara skor nilai rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan skor nilai seluruh siswa dibagi dengan jumlah siswa. 
Data jurnal harian. Penulis selaku observer mendeskripsikan kejadian selama penelitian berlangsung, baik pada siklus 1 maupun siklus II.
Instrumen Penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa seperangkat soal untuk pretes dan postes pada siklus I dan II, soal-soal evaluasi setiap akhir pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN
           
SIKLUS I
Perencanaan.
     Pada tahap perencanaan penulis melakukan persiapan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan langkah-langkah: Mengajukan surat izin keterangan melakukan Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 42 Jakarta; Menyusun format lembar angket dan kuisioner siswa berupa: Format kuisioner pendapat siswa tentang penyajian guru dalam menyampaikan pembelajan; Format  kegiatan  observasi  yang  diisi oleh  penulis berupa, format jurnal  harian  atau  catatan  di lapangan untuk mengetahui respon,  pemahaman, keterampilan membaca notasi angka, sikap dan prilaku  siswa  di  kelas.

Pelaksanaan                                                                      
Pada  pertemuan  tatap  muka  pertama hari Senin, 5 Maret 2012. Di awal pembelajaran selama 15 menit, penulis menjelaskan secara garis besar pengertian tentang notasi musik secara umum. Baik notasi angka, notasi huruf, dan notasi balok disertai dengan contoh gambar dan peragaan membaca notasi musik secara vocal oleh guru dan siswa; Menjelaskan tentang bentuk not penuh, not setengah, not seperdelapan dalam penulisan notasi angka. Peran titik  sebagai tanda oktaf rendah oktaf tinggi, peran titik sebagai perpanjangan nada dengan demonstrasi secara langsung di depan siswa lalu diikuti oleh siswa kelas X 4 semuanya. Seperti pada gambar berikut:

Contoh bentuk dan nilai not
No:
Bentuk Not
N a m a 
Nilai
1
2
3
4

5

6
0  .     .     .
3    .     .  
5    .
2
  ___    ___    
 5    1   .    3
  ___    ___
 3   5   1   7
Not penuh
Not ¾
Not ½
Not ¼

Not 1/8

Not 1/16
4 ketuk
3 ketuk
2 ketuk
1 ketuk

½ ketuk

¼ ketuk
No:
Tanda Diam
N a m a  
Nilai
1
2
3
4

5

6
0   0   0   0
0   0   0
0  0
0
____   ____
0    0   0     0
____   ____
0    0   0    0
Diam penuh
Diam ¾
Diam ½
Diam ¼

Diam 1/8

Diam 1/16
4 ketuk
3 ketuk
2 ketuk
1 ketuk

½ ketuk

¼ ketuk

Pada  kegiatan  inti, penulis memberi tugas kepada siswa untuk membentuk 5 kelompok vokal. Setiap kelompok terdiri dari 5 atau 8 orang baik laki-laki maupun perempuan. Selanjutnya, tiap kelompok berlatih membaca notasi angka secara solmisasi lalu berlatih bernyanyi dengan lirik lagu. Berikut adalah materi Praktik berlatih membaca notasi angka dengan ketukan birama, solmisasi, dan lirik lagu

  __    __    __          __    __    __
1  1  5  5  1  2  3  |  5  6  5  4  3  2  1  |  
 1      2         3       4       1        2        3        4
Dodosolsol doremi    sollasol  fa mi  re  do
Sungguh aku bangga  skolah diempat dua
______    ___    ___            ___    ___    ___    .
2  2  2  6  6  2  3  4  |  5  6  5  5  6  7  1  |
1        2        3        4       1       2        3        4
Rere la  la  re mi  fa      sol la sol sol la  si  do
Bersihsehat lingkungannya segudang prestasinya

Pada akhir kegiatan pembelajaran selama 15 menit penulis melakukan konfirmasi dengan memberikan lembar kuisioner angket siswa berisi sepuluh item pernyatan yang berkait dengan  penyajian penulis dalam menyampaikan materi pembelajaran seni musik di kelas.  Hal ini penulis lakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan penulis dalam penyampaian materi pelajaran seni musik. Dari pernyataan nomor 1.  Pelajaran seni musik harus disajikan dalam suasana pembelajaran yang aktif dan kreatif.  Tetap tidak mengalami perubahan. Diperoleh hasil 30 = 70,00 % siswa setuju dan 10 = 25,00 % sangat setuju. Selanjutnya dari  pernyataan  nomor 2. Penyajian guru dalam menyampaikan materi pelajaran seni musik cukup menarik dan menyenangkan. Sebelumnya 10 siswa = 25,00 % setuju, meningkat menjadi 13 = 32,50 %  setuju. 5 siswa = 12,50 % sangat setuju, meningkat menjadi 7 = 17,50 % setuju.   Sedangkan 25 siswa = 62,50 % memilih tidak setuju turun menjadi 20 = 50,00 %  Pada   pernyataan  nomor 3.  yang  berkait  dengan  alat   peraga,   guru menggunakan media pembelajaran seperti TIK, pianika, gitar, keyboard yang sebelumnya diperoleh 15 = 32,50 % siswa setuju, meningkat menjadi 18 = 45,50 % setuju, dan 5 = 12,50 % siswa sangat setuju, meningkat menjadi 8 = 20,00 % dan 20 = 50 % siswa sebelumnya menyatakan tidak setuju turun menjadi 14 = 35,00 % tidak setuju. Berikutnya pada pernyataan nomor 4. Penyampaian materi pembelajaran seni musik yang disampaikan guru jelas dan mudah dicerna. Sebelumnya diperoleh hasil, 10 = 25,00 % siswa memilih setuju,  meningkat menjadi 15 = 37,50 %.  dan 2 = 5,00 % siswa sangat setuju, meningkat menjadi 5 = 12,50 %. Sedangkan 28 siswa = 60 % yang sebelumnya menyatakan tidak setuju turun menjadi 19 = 47,50 %. Selanjutnya pada pernyataan nomor terakhir, nomor 5. Tugas-tugas seni musik yang diberikan guru terlalu sukar dan sulit dilaksanakan.  Sebelumnya diperoleh 20 = 50 % siswa setuju, turun menjadi 10 = 25,00 % siswa sangat setuju, dan 10 = 25,00 siswa menyatakan tidak setuju meningkat menjadi 15 = 35,50 %. Peningkatan nilai terjadi pula pada pretes praktik membaca notasi angka Senin, 12 Maret 2012. Berikut adalah rentang peningkatan jumlah respon sikap siswa dan pretes materi pembelajaran seni musik membaca notasi angka sebelum siklus dan sesudah siklus.
 
Peningkatan Nilai
Sebelum Siklus
Sesudah Siklus
     
Score  rata-rata
=    65,00


Score  rata-rata =   70,75

Pada pertemuan tatap muka ke 2 Senin, 12 Maret 2012, penulis memperbaiki kelemahan dan kekurangan penyajian proses pembelajaran seni musik yaitu  dengan menerapkan metode demonstrasi yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif dengan praktik bernyanyi maupun bermain musik dengan membaca notasi lagunya. Diakhir pempembelajaran, penulis memberikan kuisioner yang sama seperti di pertemuan ke 1. Dari pernyataan nomor 1.  Pelajaran seni musik harus disajikan dalam suasana pembelajaran yang aktif dan kreatif.  Tetap tidak mengalami perubahan. Diperoleh hasil 30 = 70,00 % siswa setuju dan 10 = 25,00 % sangat setuju. Pada pernyataan  nomor 2. Penyajian guru dalam memperagakan dan mendemonstrasikan materi pelajaran seni musik cukup menarik dan menyenangkan. Di siklus 1,  13 = 32,50 %  setuju, meningkat satu poin menjadi 14 = 35,00 %  setuju.  Siswa yang menjawab sangat setuju tetap 7 = 17,50 % tidak mengalami peningkatan tetap 7 = 17,50 %.   Sedangkan memilih tidak setuju turun dari 20 = 50,00 %  menjadi 19 siswa = 47,50%.  Pada   pernyataan  nomor 3.  yang  berkait  dengan  alat   peraga,   guru menggunakan media pembelajaran seperti TIK, pianika, gitar, keyboard yang sebelumnya diperoleh18 = 45,50 %   siswa setuju, meningkat menjadi 19 = 47,50 %, dan siswa sangat setuju, yang tadinya 7 = 17,50 % meningkat menjadi 8 = 20,00 % dan 20 = 50 % siswa sebelumnya menyatakan tidak setuju turun menjadi 14 = 35,00 % Berikutnya pada pernyataan nomor 4. Penyampaian materi pembelajaran seni musik yang disampaikan guru jelas dan mudah dicerna. Di siklus 1 maupun siklul 2 tetap tidak mengalami perubahan siswa memilih setuju, 15 = 37,50 %. Di siklus 2 tetap 15 = 37,50 %.  dan  5 = 12,50 %. siswa sangat setuju, tetap 28 siswa = 60 % dan yang menyatakan tidak setuju tetap 19 = 47,50 %.  Selanjutnya pada pernyataan nomor terakhir, nomor 5. Tugas-tugas seni musik yang diberikan guru terlalu sukar dan sulit dilaksanakan.  Sebelumnya diperoleh 13 = 22,50 % siswa.  Di siklus 2 meningkat menjadi 14 = 35,00 %  dan 10 = 25,00 siswa yang menyatakan tidak setuju sebanyak 15 = 35,50 %. Turun  1 poin menjadi 14 = 35,00 %. Dari data kuisioner tersebut di atas terjadi peningkatan minat dan motivasi belajar pada diri siswa terhadap pelajaran seni musik, oleh karena guru dalam menyajikan pembelajaran seni musik menggunakan metode demonstrasi yang fokus aktifitas belajarnya  pada peragaan, praktik dan berlatih secara berulang-ulang sehingga siswa lebih cepat menerima materi pelajaran.  Pada pertemuan tatap muka ke 3 siklus I yang dilakukan Senin, 19 Maret 2012, di awal kegiatan tatap muka, penulis melakukan apersepsi selama 15 menit  dengan: Menulis di papan tulis notasi angka lagu ”Ki Hajar Dewantara” kemudian menyanyikannya  secara   bersama-sama. Pada kegiatan inti melaksanakan postes praktik secara kelompok selama 75 menit. setiap kelompok 6 orang campuran laki-laki dan perempuan. Pada tes praktik ini setiap kelompok hanya membaca notasi dan menyanyikannya secara solmisasi, tidak dengan syairnya. Berikut adalah soalnya:  Baca dan nyanyikanlah notasi angka  lagu Ki Hajar Dewantara, berikut  dengan   teknik vocal  yang benar dengan memperhatikan  unsur:  1. Harmoni, 2. Eksprresi, 3. Artikulasi, 4. Improvisasi, 5. Performance.
Kriteria Penilaian
Aspek Yang Dinilai
Elemen Seni Musik
Skor
1
2
3
4
5
Harmoni (keselarasan)
Ekspresi (penghayatan)
Artikulasi (pengucapan)
Improvisasi (variasi)
Pervormance (penampilan)
1
1
1
1
1

         Jumlah Nilai
Nilai=                    X 100
         Jumlah skor

5

Dari hasil postes diperoleh Tuntas  18 =  35,00 %,Tidak Tuntas 22 =  65,00 % dengan skor rata-rata 73,33. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus I meskipun belum mencapai taeget KKM 75,00.
Rentang Peningkatan Belajar Siklus I
Tatap Muka  1
Tatap Muka 2
Tatap Muka 3
Tuntas 8= 20, 00 %
Tidak tuntas 32 =  80%
Score  rata-rata  65,00

Tuntas 9=   22,50 %
Tidak tuntas 31=  77, 50 %
Score  rata-rata   70,75
Tuntas 18= 35,00 %
Tidak Tuntas 22=  65,00 %
Score rata-rata  73,33


Pengamatan  (Observasi)
Berdasarkan pada hasil pengamatan  terhadap aktifitas siswa pada siklus I  di pertemuan pertama Senin, 5 Maret 2012 di peroleh data 13 = 32,5 % siswa ikut berpartisipasi aktif berlatih membaca notasi dan ketukan birama. Selanjutnya, berdasar pengamatan  terhadap aktifitas siswa yang dilakukan pada pertemuan ke 2 Senin, 12 Maret 2012 terjadi peningkatan sebanyak 7 siswa. Sebelumnya sebanyak 13 siswa=32,5 % tambah 7 siswa sehingga menjadi 20 = 50% siswa berpartisipasi aktif. Dengan demikian, siswa yang tidak aktif dalam berlatih membaca notasi angka di kelompoknya hanya tersisa separuhnya sebanyak   20 = 50 % siswa.  Dengan demikian terjadi peningkatan aktifitas belajar siswa di siklus I setelah menggunakan metode demonstrasi meningkat menjadi 50,00 %.    Demikian pula dengan nilai hasil belajar siswa, terjadi peningkatan. Sebelumnya siswa tuntas sebanyak 8= 20%,  tidak tuntas sebanyak 31 siswa = 77,50 % dengan nilai rata-rata 65,00,- Sesudah menggunakan metode demonstrasi meningkat sebanyak 9 = 22,50 % dan tidak tuntas sebanyak 31 = 80 % dengan nilai rata-rata  70,75 . di pertemuan ke 3 Senin, 19 Maret 2012 meningkat menjadi rata-rata nilai siswa siswa 73,33. Berikut adalah datanya sebagaimana tertera pada tabel berikut:  
Refleksi Mengacu pada hasil observasi di siklus I yang masih banyak kelemahan dan perlu tindak lanjut berupa perbaikan-perbaikan untuk siklus berikutnya, maka tindakan yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : Berupaya melakukan peningkatan dan penyempurnaan  metode pembelajaran dengan lebih banyak praktik peragaan dan latihan-latihan membaca notasi lagu.  Mengkolaborasi metode demonstrasi dengan metode pembelajaran lainnya, seperti metode diskusi kelompok, dan lain-lain; Memotivasi siswa agar lebih aktif berdiskusi dalam kelompok, berlatih menyanyikan dengan membaca notasi angka lagu-lagu yang akan digelar dalam pertunjukan musik kelas.
  
SIKLUS II

Perecanaan.
     Setelah refleksi di siklus I, siklus II merupakan tindakan perbaikan  siklus I. Adapun tindakan-tindakan  yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: Memotivasi siswa agar lebih aktif berdiskusi, kreatif, banyak berlatih vokal  dengan membaca notasi lagu-lagu yang akan ditampilkan; Memperbaiki strategi, pendekatan, dan model pembelajaran serta metode demonstrasi dengan mengurangi penyajian materi yang verbalistik dengan memberikan materi fokus pada membaca notasi lagu, dengan harmoni, ekspresi, dinamika, melodi pokok lagu, dan lain-lain.
                    
Pelaksanaan Tindakan.
     Aktifitas tindakan kelas yang dilakukan pada siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan tatap muka. Setiap tatap muka fokus penekanan penyampaian materi pembelajaran pada bagaimana agar masing-masing siswa dalam kelompoknya, secara teknis teoritis mampu dan terampil membaca notasi angka yang kemudian menyanyikan lagu-lagu tersebut dengan baik.  
Pembahasan Pada pertemuan pertama yang dilakukan pada Senin, 26 Maret 2012 sama seperti pada pelaksanaan siklus I, hanya di siklus II ini,  lebih diintensifkan lagi dengan berupaya memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang terdapat pada siklus I. Di awal pembelajaran penulis melakukan apersepsi berupa penjelasan tentang pertunjukan musik disertai peragaan dan demonstrasi memainkan instrument dengan harmonisasi suara sopran, alto, tenor dan bass. Selanjutnya, pada kegiatan inti  memberi tugas kepada setiap  kelompok vocal untuk berlatih membaca notasi angka secara solmisasi penggalan lagu-lagu yang akan ditampilkan dengan teknik vocal yang benar sebagai persiapan pertunjukan musik kelas.Pada akhir pembelajaran penulis memberikan lembar angket pada seluruh siswa kelas X 4   yang sama seperti yang dilakukan pada pertemuan pertama di siklus I. Pada pertemuan kedua Senin, 2 April 2012, langkah awal pembelajaran, sebagai penyegaran, dimulai dengan bernyanyi secara bersama-sama senam birama 4/4 diulang sebanyak sepuluh kali selama 10 menit. Tindakan ini adalah sebagai latihan teknik pernapasan, agar memiliki pernapasan yang baik, Memiliki artikulasi atau pengucapan kata-kata sehingga syair lagu dapat didengar dengan baik dan jelas. Lain daripada itu gerak tangan dalam senam birama 4/4 ini juga untuk melatih keterampilan sebagai seorang diregen dalam memimpin paduan suara saat upacara tujuhbelasan, dan lain-lain.

Gerak Birama 4/4
                                     1
                                 3               4
                                     2 
Notasi:
 __  __  __        __   __ __     __  __  __   
1 1 5 5 1 2 3 | 5 6 5 4 3 2 1 | 2 2 6 6 2 3
     __  __  __
4 | 5 6 5 5 6 7 1 ║

Langkah selanjutnya pada kegiatan inti siswa secara kelompok berlatih membaca dan menyanyikan notasi angka lagu Jayalah Negeriku Indonesia” baik secara solmisasi maupun  menyanyikan liriknya. Pada kegiatan akhir selama sepuluh menit kemba memberikan lembar kuisioner pada semua siswa kelas X 4 untuk diisi terkait dengan penyajian guru dalam menyampaikan materi pembelajaran seni musik dengan metode demonstrasi. Hasil yang diperoleh, pada pernyataan nomor 1. ” Pelajaran seni musik harus disajikan dalam suasana pembelajaran yang aktif dan  kreatif ”, tetap tidak mengalami perubahan. Pada pernyataan nomor 2. ”Penyajian guru dalam memperagakan dan mendemonstrasikan materi pelajaran seni musik cukup menarik dan menyenangkan” di pertemuan ke 1 Senin, 26 Maret 2012 siswa menjawab setuju 16, sangat setuju 8, berarti 24 = 60 % , menjawab tidak setuju 16 = 40 %.  Pada pertemuan ke 2 Senin, 2 April 2012 mengalami peningkatan, siswa menjawab setuju 20, sangat setuju 10, ini artinya 30 = 75 % siswa menjawab setuju, dan menjawab tidak setuju sebanyak 10 =25 %. Pada pernyataan nomor 3. ” Guru menggunakan media pembelajaran seperti pianika, gitar, keyboard”,Pertemuan1 menjawab setuju  21, dan sangat setuju  7 siswa atau 28 = 70 % .  Menjawab tidak setuju hanya 12 = 30 %. Pada pertemuan ke 2, siswa menjawab setuju dan setuju menjadi 25 + 5 = 30 = 75 %. Sedangkan menjawab tidak setuju 10 = 25 %.  Untuk pernyataan nomor 4. ” Penyampaian materi pembelajaran seni musik yang disampaikan guru jelas dan mudah dicerna”. Di pertemuan ke 1 siswa menjawab setuju plus sangat setuju 17 + 12 =  29 = 72,50 % dan menjawab tidak setuju 11 = 27,50 %. Sedangkan di pertemuan ke 2 menjawab setuju plus sangat setuju 20 + 12 = 32 = 80 % sedang menjawab tidak setuju sebanyak 8 = 20 %. Untuk pernyataan nomor 5. ” Tugas-tugas seni musik yang diberikan guru terlalu sukar dan sulit dilaksanakan”. Pada pertemuan awal, siswa menjawab setuju plus sangat setuju 10 + 8 = 18 = 45 % dan siswa menjawab tidak setuju sebanyak 22 = 55 %. Selanjutnya pada pertemuan kedua siswa menjawab setuju plus sangat setuju 7 + 10 = 17 = 42,50 % dan menjawab tidak setuju sebanyak 23 = 57,50 %.  Dengan demikian prosentase sikap dan minat siswa terus mengalami peningkatan terhadap pelajaran seni musik  di siklius II, dan dengan penerapan metode demonstrasi semakin mendapat respon yang positif dari siswa. Pada pertemuan tatap muka ke 3 siklus II yang dilakukan Senin, 9 April 2012, di awal kegiatan tatap muka, penulis melakukan apersepsi selama 15 menit  dengan menulis di papan tulis notasi angka lagu Jayalah Negeriku Indonesia ciptaan Drs Slamet Priyadi.  Selanjutnya pada kegiatan inti melaksanakan postes praktik secara kelompok selama 75 menit. setiap kelompok 8 orang campuran laki-laki dan perempuan. Pada tes praktik ini setiap kelompok harus membaca notasi lagu dan menyanyikannya baik secara solmisasi, maupun dengan syairnya. Berikut adalah soal postes praktik membaca menyanyikan notasi angka lagu ”Jayalah Negeriku Indonesia” 
Soal  Postes Praktik Siklus II. Baca dan nyanyikanlah notasi angka  lagu Jayalah Negeriku Indonesia, berikut ini baik secara solmisasi maupun dengan liriknya.  Perhatikan pula masalah  teknik vocal  yang benar dengan memperhatikan  unsur:  1. Harmoni, 2. Eksprresi, 3. Artikulasi, 4. Improvisasi, 5. Performance! Dari data hasil postes siklus II  pertemuan ke 3 Senin, 9 April 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding dengan postes siklus I pertemuan ke 3 Senin, 19 Maret 2012.   Hal ini oleh karena dalam proses pembelajaran di kelas di pertemuan satu, dan pertemuan dua siklus II, focus pembelajaran lebih diintensifkan pada praktik, latihan dan peragaan serta demonstrasi bernyanyi dengan membaca notasi lagu baik secara solmisasi, syair lagu maupun dengan instrumern musik. Pada postes siklus I diperoleh hasil siswa tuntas sebanyak 25 atau 62,50 %. Tidak tuntas sebanyak 15 = 47,50%, dengan nilai rata-rata 73,33.  Pada siklus II siswa tuntas meningkat menjadi 36 siswa atau  90,00 %, siswa tidak tuntas sebanyak 4 = 10 % dengan nilai rata-rata  81,20 sudah melebihi target KKM 75. Berikut adalah tabel rentang peningkatan nilai siklus I dan siklus II.
Observasi(Pengamatan)                                                    
 Pelaksanaan observasi pada siklus II sama seperti pada siklus I. Adapun yang diamati adalah: Observasi Kinerja Siswa, berdasarkan pada hasil pengamatan  terhadap aktifitas siswa yang dilakukan pada siklus II  di pertemuan pertama Senin, 26 Maret 2012 di peroleh data 24 = 60,00 % siswa ikut berpartisipasi aktif, dan 16 = 40 % siswa masih belum aktif dalam aktifitas kelompok membahas tugas pertunjukan musik kelas. Selanjutnya, berdasarkan pada hasil pengamatan  terhadap aktifitas siswa yang dilakukan pada pertemuan ke 2 Senin, 2 April 2012 terjadi peningkatan sebanyak 9 = 22,50% siswa. Sebelumnya sebanyak 24 siswa = 60,00 %  menjadi 33 = 82,50% siswa berpartisipasi aktif. Dengan demikian, siswa yang tidak aktif dalam berlatih pertunjukan musik kelas 7 siswa = 17,50%. Pada pertemuan ke 3 Senin, 9 April 2012 setelah  postes praktik, penulis juga  melakukan konfirmasi berkait dengan hasil postes yang sekaligus juga melakukan pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa secara keseluruhan. Berikut adalah hasilnya.  Sebanyak 37 = 92,50% siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran dan hanya 3 = 7,50 % siswa yang tidak aktif. Sedangkan peningkatan nilai hasil belajar di pertemuan ke 3 perolehan hasil belajar dari nilai rata-rata 73,33 di pertemuan ke dua  meningkat menjadi 81, 20 di pertemuan ke 3. Dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran seni musik kompetensi dasar menggelar pertunjukan musik kelas dengan indicator, “terampil membaca dan menulis notasi musik   dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa yang sekaligus dapat meningkatkan keterampilan membaca, menulis dan bernyanyi dengan teknik yang benar secara signifikan. Peningkatan aktifitas belajar dan keterampilan siswa dalam membaca notasi musik siswa  di pertemuan ke 1 Senin, yang sebelumnya 60,00%,  meningkat menjadi 82,50% dipertemuan ke 3 meningkat lagi menjadi 92,50 % di pertemuan ke 3. Realitas keadaan semacam ini terjadi juga pada hasil belajar siswa yang juga mengalami peningkatan cukup signifikan. Pada postes siklus I score rata-rata 73,33 dan pada postes siklus II score rata-rata 81,20. Refleksi Berdasarkan data hasil yang diperoleh setelah melakukan tindakan disiklus I dan siklus II dengan tiga kali pertemuan, disertai tindakan pengamatan atau observasi aktifitas belajar siswa, evaluasi belajar siswa, serta pengisian lembar angket kuisioner kepada siswa dari penulis selaku observer, berpendapat bahwa pembelajaran seni musik yang disampaikan dengan menggunakan metode demonstrasi terjadi peningkatan yang cukup signifikan baik dalam aktifitas belajar maupun peningkatan keterampilan membaca notasi angka terhadap pelajaran seni musik. Adapun hasil yang diperoleh memperlihatkan, peningkatan aktivitas terutama pada siswa yang bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat, meskipun siswa yang aktif  pada Siklus I  belum banyak, 22 siswa  atau 55,00 %, tetapi pada Siklus II meningkat menjadi 37 siswa atau meningkat 92,50%. Sementara peningkatan hasil belajar siswa Siklus I nilai rata-rata 73,33 dan di Siklus II meningkat menjadi 81,20.   Berikut adalah tabel rentang peningkatan aktifitas belajar dan nilai siswa Siklus I dan Siklus II.

PENINGKATAN  NILAI  SISWA  SIKLUS I     DAN  SIKLUS  II


SIKLUS  I

SIKLUS  II
Senin, 12 / 03 / 2012
Senin, 19 / 03 / 2012
Senin, 2 / 04 / 2012
Senin, 9 / 04 / 2012
Siswa tuntas
8 = 22,50
Siswa tuntas       9 =
 20, 00     
Siswa tuntas      25 = 62,50
Siswa tuntas     36 =
90,00
Tidak tuntas      32 = 80 %
Tidak tuntas
31=  77,50 %  
Tidak tuntas     15 = 47,50 %  
Tidak tuntas       4 = 10 %
Nilai
65,00
Nilai
70,75
Nilai  73,33
Nilai  81,20






Berdasarkan data hasil yang diperoleh setelah melakukan tindakan disiklus I dan siklus II penulis berpendapat, penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran seni music mampu meningkatkan keterampilan membaca notasi angka siswa kelas X 4. Ini terbukti dengan terjadinya peningkatan yang cukup signifikan. Adapun hasil yang diperoleh memperlihatkan, peningkatan aktivitas terutama pada siswa yang bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat, meskipun siswa yang aktif  pada Siklus I  belum banyak, 20 siswa  atau 50,00 %, tetapi pada Siklus II meningkat menjadi 37 siswa atau meningkat 92,50 %. Peningkatan  nilai rata-rata hasil belajar siswa dapat dilihat dari rentang ketuntasan belajar yang meningkat terus, siklus I rata-rata nilai pretes siswa 65,00 dan pada postes nilai rata-rata 70,75.  Sementara peningkatan hasil belajar Siklus II sebelumnya nilai rata-rata 73,33 meningkat menjadi 81,20 .

KESIMPULAN
     Berbasis dari analisa hasil penelitian yang mengacu pada rumusan masalah  yang telah ditentukan, disertai dengan temuan-temuan dalam proses tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab IV tentang proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilam membaca notasi angka pada pelajaran seni musik melalui penerapan metode demonstrasi di kelas X 4, SMA Negeri 42 maka dapat
disimpulkan: “Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan membaca notasi angka pada pelajaran seni musik kompetensi dasar: ”Menggelar Pertunjukan Musik Kelas” di kelas X 4 SMA Negeri 42.Berbanding lurus dengan aktifitas belajar siswa yang meningkat dengan penggunaan metode demonstrasi, nilai hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada KD:MenggelarPertunjukkanMusikKelas”. Peningkatan aktifitas belajar dan keterampilan siswa dalam membaca notasi musik terutama notasi angka, di pertemuan ke 1 Senin, yang sebelumnya 60,00%,  meningkat menjadi 82,50% dipertemuan ke 3 meningkat lagi menjadi 92,50%. Realitas keadaan semacam ini terjadi juga pada hasil belajar siswa yang juga mengalami peningkatan cukup signifikan. Pada postes siklus I score rata-rata 73,33 dan pada postes siklus II score rata-rata 81,20

PUSTAKA ACUAN

Supardi Suhardjono. 2011. Publikasi Ilmiah Non Penelitian, Dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru. Yogyakarta: Penerbit Andi.
UHAMKA 2009. Peningkatan Profesi Guru Melalui Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan    
(PAKEM). Jakarta: Rayon 37 UHAMKA.
Mendiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas
Sri Gianti, Ella Sulhah, Purnama Saifurrahman, 2009. Bahan Ajar Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru. Jakarta: Rayon 37 UHAMKA
M. Soeharto, 1993. Belajar Notasi Musik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tim Seni Musik SMA, 1999. Pendidikan Seni Musik SMA 1. Jakarta: Galaxi Puspa Mega
Matius Ali, 2006. Seni Musik SMA Untuk Kelas X. Jakarta: e s i s
Hadi Sunarko, 1987. Seni Musik. Jakarta: Rosda Karya

*) Slamet Priyadi adalah guru seni budaya di SMA Negeri 42 Jakarta