Jumat, 13 Juni 2014

PERAN ISLAM DALAM PERKEMBANGAN MOTIF BATIK



Oleh Wiyoso Yudoseputro


Motif kaligrafi Arab dan motif perlambangan pada kain batik untuk panji

GURU SMAN 42 JAKARTA MENULIS – Sabtu, 14 Juni 2014 – 07:45 wib – Batik pada zaman Islam tetap merupakan karya seni budaya istana.  Perkembangan yang dicapai pada zaman Islam antara lain dengan diketemukan ragam hias baru yang bersifat Islam.  Ragam hias Islam yang selalu disebut dalam karya seni Islam pada umumnya ialah motif kaligrafi Arab, motif mesjid, dan motif permadani.  Penampilan motif-motif hias Islam itu kebanyakan terdapat pada kain untuk panji, bendera, untuk hiasan dinding; jadi tidak seperti motif hias lainnya yang tampil  pada hiasan batik untuk pakaian.

Seperti pada hiasan bangunan, motif kaligrafi Arab dalam penerapannya pada hiasan batik tidak mengurangi nilai-nilai perlambangan lama.  Kaligrafi Arab yang mengisi motif perlambangan kraton seperti motif singa adalah contoh dari hiasan panji lama yang tersimpan dalam keraton Mangkunegara.  Tidak banyak bedanya dengan hiasan Macam Ali dari kraton Kasepuhan.  Nilai baru yang ikut berbicara dalam perkembangan seni batik.  Berkurangnya nilai-nilai perlambangan sejalan dengan berkurangnya nilai seni batik yang dituntut oleh tradisi kebudayaan istanaa.   Nilai baru yang ikut berbicara dalam perkembangan seni batik sebagai seni klasik ialah nilai ekonomi.  Batik tidak lagi semata-mata menjadi lambang kebesaran kraton atau sebagai pakaian upacara kebesaran di istana.  Batik dalam perkembangannya menjadi jenis pakaian sehari-hari yang meluas dalam masyarakat biasa.  Sehingga timbul kebutuhan untuk menghasilkan batik secara berlipat ganda.  Kebutuhan ini menghasilkan cara baru membuat batik dengan teknik cap sebagai pengganti teknik batik tulis dengan peralatan yang yang berbeda. Batik cap tidak lagi menuntut kepekaan tangan dalam menulis hiasan batik dan tidak lagi dipersyaratan pengetahuan tentang perlambangan dari motif-motif batik bagi para pengrajin.

Canting dan cap yang dipakai dalam teknik membatik

Kemungkinan batik cap berarti pertanda berubahnya nilai seni kerajinan menjadi nilai seni industri.  Dalam catatan Gubernur Jendral Rafles, batik cap mulai dihasilkan sekitar permulaan abad kesembilan belas di Jawa.  Kelahiran batik diperkirakan sebagai pengaruh dari kain cap yang berasal dari India yang dibuat dari logam.  Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa batik cap diperkenalkan oleh pedagang Cina.  Dengan teknik baru dari batik cap tersebut dicapai nilai baru dalam seni batik.  Pada umumnya nilai seni batik cap kurang tinggi dibandingkan dengan batik tulis.  Hal ini tidak hanya karena kain mori dari batik cap yang lebih rendah kualitasnya, tetapi juga karena nilai pribadi seniman tidak terdapat lagi pada batik cap.  Keluwesan dan kelancaran garis yang sambung menyambung membuat batik tulis lebih mencerminkan kepribadian para pembatik.  Sebaliknya sifat yang serba teratur, garis serba tajam, titik dan pola disain yang tidak cermat dan sama; semua ini hanya berhasil dicapai melalui teknik cap dan menimbulkan kesan yang serba teknis yang hambar dan menjemukan.

Bagaimanapun tuntutan teknis baru dalam seni batik sebagai warisan seni batik mempunyai arti bahwa seni batik sebagai warisan seni budaya bangsa Indonesia berkembang terus dengan nilai-nilai baru.

Referensi:
Wiyoso Yudoseputro: “Pengantar Seni Rupa Islam”, Penerbit Angkasa Bandung, 2000
Editor:
Slamet Priyadi, Pangarakan, Bogor