Denmas Priyadi Blog │
Jumat, 17 Mei 2013 │ 08:29 WIB
PENERAPAN STRATEGI
PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS X-6 DI SMA NEGERI 42
JAKARTA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2011-2012
HENNY LESTARI
ABSTRAK
Kenyataan rendahnya hasil belajar peserta didik SMA dalam mata pelajaran matematika mencerminkan bahwa kebanyakan mereka
belum mampu membangun konsep pengetahuannya sendiri ketika mengerjakan
soal-soal evaluasi dengan penalaran yang benar. Umumnya mereka tidak siap dan
tidak terbiasa memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelajaran di
sekolah secara mandiri. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis telah melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mgetahui apakah stategi pembelajaran aktif yang
diberikan secara terencana dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan dan setiap siklus terdiri
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Yang menjadi objek penelitian
adalah siswa kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta
tahun
pelajaran 2011-2012 semester1 yang berjumlah 37 orang
dengan tingkat kemampuan yang bervariasi.Hasil-hasil penelitian menunjukkan
bahwa strategi
pembelajaran aktif dalam pembelajaran matematika yang
diberikan secara terencana dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini diketahui berdasarkan banyaknya peserta didik yang mencapai
ketuntasan semakin meningkat,
yaitu sebesar 40,54% sebelum tindakan penelitian, menjadi 64,86% pada akhir
siklus I dan kemudian mencapai 94,59% pada siklus II dengan standar
ketuntasan minimal 75. Disamping itu diperoleh temuan
bahwa respon dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika juga meningkat
sejalan dengan peningkatan hasil. Karena itu kesimpulan hasil penelitian ini
adalah, strategi pembelajaran
aktif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika.
Kata
kunci: Hasil belajar, strategi pembelajaran aktif
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu regulasi peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia adalah diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Implementasi KTSP di sekolah menuntut para guru dan peserta didik untuk lebih
kreatif dan memiliki inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. KTSP
lebih menekankan pada pencapaian kompetensi peserta didik, ini berarti dalam
pembelajaran matematika berpusat kepada peserta didik (student oriented) dan bukan lagi bersumber pada guru (teacher oriented).
Karakteristik
pembelajaran matematika lebih menekankan pada membangun atau mengkonstruksi
pengetahuan tentang konsep yang sedang dibahas. Proses mengkonstruksi
pengetahuan ini memerlukan kreatifitas guru untuk menciptakan “PAIKEM-GEMBROT”
(pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan
berbobot) sehingga peserta didik dapat berpartisipasi aktif yang pada akhirnya
mereka memiliki pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan, sedangkan
guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.
Pada tahun pelajaran
2011-2012 sekarang ini peneliti mengajar di kelas X SMA Negeri 42 Jakarta.
Peneliti sangat prihatin karena sampai sekarang ini nilai matematika masih
rendah berkisar antara 60 sampai 70, sehingga pada pelaksanaan pengajaran yang
dilakukan perlu adanya penelitian agar didapatkan strategi pembelajaran yang
paling efektif.
Pada kesempatan ini peneliti
mengadakan penelitian tentang rendahnya penguasaan peserta didik pada materi
logaritma , dan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah tidak efektifnya
pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan materi logaritma
tersebut.
Tidak efektifnya pengajaran
yang dilakukan guru tersebut diduga akibat kurang tepatnya guru dalam
menggunakan strategi pembelajaran. Hal ini ditandai adanya kecenderungan guru dalam mengajarkan materi
tersebut dengan metode ceramah secara klasikal.
Dilandasi keinginan untuk
mencari strategi pembelajaran yang tepat dan efisien untuk meningkatkan hasil
nilai penguasaan materi logaritma dari peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 42
Jakarta semester 1 tahun pelajaran 2011-2012 inilah, maka peneliti merasa perlu mengadakan penelitian
tindakan kelas.
Peningkatan hasil belajar pada
materi logaritma dan efektifitas pembelajaran yang diharapkan oleh peneliti adalah
dengan langkah mengarahkan pembelajaran peserta didik aktif secara kelompok
besar maupun dalam kelompok kecil.
Selain harapan yang telah disampaikan diatas penelitian ini diharapkan dapat merubah paradigma guru dalam
melakukan pembelajaran dari guru sebagai
pusat belajar agar beralih ke peserta
didik.
Guna mewujudkan harapan yang
diinginkan oleh peneliti seperti di atas maka peneliti menerapkan “strategi
pembelajaran aktif” dengan menggunakan teknik pembelajaran kelompok besar dan pembelajaran
kelompok kecil.
B. Rumusan dan Pemecaan
Masalah
1. Rumusan masalah
1.1. Apakah
melalui strategi pembelajaran aktif
dapat meningkatkan penguasaan
materi logaritma bagi peserta didik
kelas X-6 di SMA Negeri 42 Jakarta semester 1 tahun pelajaran 2011-2012?
1.2. Apakah strategi pembelajaran aktif merupakan
pembelajaran yang efektif untuk
mengajarkan materi logaritma bagi peserta didik kelas X-6 di SMA Negeri 42
Jakarta semester 1 tahun pelajaran 2011-2012?
2. Pemecahan Masalah
Dengan strategi
pembelajaran aktif dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika
pada materi logaritma serta meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di
kelas X-6 semester 1 SMA Negeri 42 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012.
C. Tujuan Penelitian.
Tujuan dari
pada penelitian yang dilakukan pada kelas X-6 di SMA Negeri 42 Jakarta semester
1 tahun pelajaran 2011-2012 ini adalah :
1. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan penguasaan materi logaritma bagi peserta didik kelas X-6.
2. Mencari pengajaran yang efektif untuk mengajarkan
materi logaritma bagi peserta didik kelas X-6.
3. Meningkatkan
prestasi belajar matematika bagi peserta didik kelas X-6 di SMA negeri 42 Jakarta semester 1 tahun pelajaran 2011 –
2012 .
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari
penelitian yang dilakukan ini adalah :
- peserta didik dapat meningkatkan penguasaan materi logaritma melalui
strategi pembelajaran aktif.
- peserta didik dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi
logaritma.
- guru mendapatkan suatu strategi pembelajaran yang efektif untuk
mengajarkan materi logaritma bagi peserta didik kelas X-6.
- Bagi sekolah dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran
khususnya pembelajaran matematika.
KAJIAN TEORI
A.
Strategi Belajar dan Mengajar.
Pada setiap pengajaran ada tujuan
yang harus dicapai dan untuk pencapaian tujuan tersebut kita perlu menyampaikan
topik – topik yang didalamnya ada konsep
– konsep yang harus sampai pada peserta didik, dan untuk itu diperlukan
pendekatan tertentu seperti pemecahan masalah , latihan soal , latih – hafal dan mungkin dengan
pendekatan yang lainnya.
Andi Hakim Nasution ( 1982 : 243 )
menyatakan bahwa dalam suatu pengajaran yang berkaitan dengan suatu materi kurikulum
tertentu prinsip keterlaksanaan dipenggaruhi oleh empat komponen pokok yaitu
pembawa materi , penyaji materi , pendekatan dan penerima materi. Pengaturan
materi kurikulum tersebut dinamakan strategi belajar mengajar.
Pada pengajaran matematika sampai
sekarang ini masih menggunakan strategi lama yaitu metodenya ceramah untuk
kelas yang jumlahnya 40 peserta didik, pendekatan yang digunakan deduktif,
padahal dilihat dari kombinasi yang ada dalam strategi pembelajaran paling
tidak ada 40 kombinasi yang dapat dilaksanakan dalam pengajaran, walaupun ada
beberapa metode yang tidak dapat diterapkan pada pelajaran matematika.
B.
Strategi Pembelajaran Aktif
a.
Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif
Strategi merupakan istilah lain
dari pendekatan, metode atau cara. Di dalam kepustakaan pendidikan
istilah-istilah tersebut di atas sering digunakan secara bergantian. Menurut
Udin S. Winataputra & Tita Rosita ( 1995: 124) istilah strategi secara
harfiah adalah akal atau siasat. Sedangkan strategi pembelajaran diartikan
sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa peserta
didik dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya.
Sedangkan pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini,
Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani (2007:xvi) adalah suatu pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi
aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman (1988:35-41) menyatakan
lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar
aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas perlu disusun ulang
untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan kondisi belajar peserta
didik. Namun begitu tidak ada satu
susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang
tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan
sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada
kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang
kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syamsu Mappa
dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan penggunaan meja, kursi dan papan tulis
berroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar dan menajar
yang bergairah.
Aktifitas peserta didik belajar di kelas terwujud bila
terjadi interaksi antar warga kelas.
Boakes dalam Mar’at (1984:110) menyatakan bahwa di dalam interaksi ada
aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik) dan berdasarkan atas
kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan perasaan, dan ada
hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam bentuk tingkah laku
dan perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46)
menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat
merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian,
upaya mengaktifkan peserta didik belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan
timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas. Interaksi ini
akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan merasakan bahwa kegiatan
belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan
proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman (1988:30)
menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya
kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru.
Langkah berikut adalah guru menyampaikan materi
sebagaimana biasa. Strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik
adalah pertama-tama guru masuk dan keluar kelas tepat waktu, berilah salam
hangat, gunakan bahasa yang santun dan nada bicara lembut dan buat suasana
belajar menjadi nyaman, ini dapat digunakan guru untuk mengarah pada strategi
pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam belajar dan lebih
menarik.
1) Mulailah proses belajar mengajar dengan materi yang ringan tetapi menantang
yang dapat merangsang peserta didik turut aktif berfikir. Kemudian masuk pada
materi yang akan kita ajarkan dengan senantiasa melibatkan peserta didik dalam
proses belajar mengajar. Misalkan senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang materi yang kita ajarkan agar peserta didik lebih mudah memahami materi
yang kita berikan.
2) Memahami dan menghormati berbagai perbedaan yang ada, tidak merendahkan dan
mencemooh peserta didik serta mengormati keberhasilan setiap peserta didik.
3) Memberi kesempatan yang sama kepada semua peserta didik untuk bicara dan
jangan menginterupsi pembicaraan peserta didik.
4) Bila seorang peserta didik mengemukakan pendapat, jadilah pendengar yang
baik dan selanjutnya berikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk
memahaminya dan memberikan komentarnya.
5) Sekali waktu, berilah kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan
saran atau kritik guna perbaikan proses pembelajaran.
6) Sediakan waktu untuk berkomunikasi dengan peserta didik di luar kelas.
b.
Prosedur Pembelajaran Aktif
Proses pembelajaran di kelas dapat
dipandang sebagai tiga bagian kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal
(pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian,
strategi pembelajaran aktif dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang
mengaktifkan peserta didik pada setiap bagian kegiatan secara terurut. Prosedur tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Prosedur Mengaktifkan Peserta didik Belajar Matematika
Pada Awal Pembelajaran
Dimensi pertama dalam
peristiwa belajar matematika adalah membangun sikap dan persepsi positif
terhadap belajar dan matematika sebagai obyek belajar. Kesiapan mental untuk
terlibat dalam pembelajaran mutlak dicapai dalam mengaktifkan peserta didik
belajar matematika, oleh karenanya kegiatan membangunkan sikap dan persepsi
positif peserta didik harus dilakukan sejak awal dimulainya pembelajaran. Hal
yang harus dilakukan guru pada awal pembelajaran adalah membangunkan minat,
membangunkan rasa ingin tahu, dan merangsang peserta didik untuk berfikir. Bila
minat peserta didik, rasa ingin tahu peserta didik telah bangkit, serta peserta didik telah terangsang untuk berfikir
ini berarti peserta didik telah siap secara mental untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran matematika, dan bila
terjadi sebaliknya berarti secara mental peserta didik belum siap terlibat
dalam pembelajaran.
Dengan memodifikasi
strategi berbagi pengetahuan secara aktif, Silberman (1988:100-102), mengawali kegiatan
pembelajaran aktif dengan prosedur sebagai
berikut:
a)
Tentukan
rentang waktu yang pasti untuk kegiatan awal pembelajaran.
b) Ucapkan salam pembuka yang menghangatkan peserta didik.
c)
Sediakan daftar
pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran matematika yang akan diajarkan.
Misalnya:
(1)
kata-kata
untuk didefinisikan,
(2)
soal-soal
sederhana dari aplikasi rumus yang telah dikenal,
(3)
pertanyaan
tentang aplikasi matematika sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
d) Perintahkan peserta
didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa dan
dalam waktu yang telah ditentukan.
e)
Perintahkan
peserta didik untuk menyebar di kelas, menanyakan kepada temannya jawaban
pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya, Doronglah peserta didik
untuk saling membantu.
f)
Perintahkan
untuk kembali ke tempat semula dan gunakan teknik tanya jawab untuk membahas
jawaban yang mereka dapatkan.
g)
Gunakan
pertanyaan-pertanyaan arahan sebagai upaya merangsang berfikir peserta didik
menjawab pertanyaan yang tak satupun peserta didik bisa menjawab.
h)
Gunakan
informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan ini sebagai sarana untuk
memperkenalkan topik-topik penting materi pelajaran dalam kegiatan inti.
Secara umum, manusia
tidak menyukai suatu kegiatan yang kurang bervariasi. Oleh karenanya perlu
dipilih kegiatan lain sebagai variasi kegiatan di atas. Berikut ini dapat
menjadi alternatif pilihan.
(1)
Daftar
pertanyaan dapat diganti dengan menyediakan kartu indeks dan perintahkan
peserta didik untuk menuliskan satu informasi yang menurut peserta didik akurat
tentang materi yang akan diajarkan.
(2) Kegiatan menyebar dapat diganti dengan merotasi pertukaran pendapat antar
kelompok belajar di kelas.
2) Prosedur Mengaktifkan
Peserta didik Belajar Matematika Pada Kegiatan Inti Pembelajaran
Telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan matematika di segala jenjang
dimaksudkan untuk membangun pengetahuan, keterampilan dan sikap terkait dengan
matematika. Pembelajaran aktif dalam pendidikan matematika dapat berlangsung
dalam proses penyelidikan atau proses bertanya. Peserta didik dikondisikan
dalam sikap mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif). Kondisi ini
terjadi jika peserta didik dilibatkan dalam tugas dan kegiatan yang secara
halus mendesak mereka untuk berfikir, bekerja, dan merasakan.
Berdasarkan pendapat di atas, upaya yang harus dilakukan
guru untuk mengaktifkan peserta didik belajar matematika adalah:
(1) mengkondisikan situasi belajar matematika menjadi
kegiatan peserta didik mengupayakan pemecahan masalah atau mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan, baik masalah atau pertanyaan yang diajukan guru maupun
peserta didik;
(2) mendorong ketertarikan peserta didik untuk mendapatkan informasi atau
menguasai keterampilan melalui pemecahan masalah atau mencari jawaban atas
pertanyaan;
(3) mendesak peserta didik secara halus untuk bergerak mengkaji atau
menilai suatu jawaban pertanyaan, suatu pendapat (gagasan), atau suatu penyelesaian masalah. Guru dapat
menggunakan berbagai strategi dengan berbagai teknik untuk mengaktifkan peserta
didik dalam kegiatan inti. Dengan memodifikasi pendapat Silberman
(1988:117-206), strategi berikut ini dapat digunakan guru untuk mengaktifkan
peserta didik belajar matematika:
a)
Menstimulir rasa ingin tahu peserta didik
Prosedur
(1) Ajukan pertanyaan/masalah yang kompleks (njelimet) atau yang mempunyai
beberapa kemungkinan jawaban untuk menstimulasi keingintahuan peserta didik
tentang materi yang akan diajarkan.
Pertanyaan
yang disajikan haruslah merupakan pertanyaan yang menurut guru ada beberapa
peserta didik yang mengetahui jawabannya atau bagian dari jawaban. Pertanyaan
dapat berupa pertanyaan sehari-hari, cara melakukan sesuatu, definisi, cara
kerja (prosedur).
(2) Doronglah peserta didik untuk berfikir, membuat skema atau diagram, dan
membuat dugaan umum.
Gunakan
frase semisal “ coba tebak” atau “coba jawab”
(3) Jangan buru-buru memberikan tanggapan. Tampung semua dugaan peserta didik.
Ciptakan rasa penasaran tentang jawaban yang sesungguhnya.
Sebagai
variasi, buatlah peserta didik berpasangan dan membuat dugaan secara kolektif.
(4) Gunakan pertanyaan itu untuk mengarahkan peserta didik kepada apa yang
hendak diajarkan. Anda perlu memastikan bahwa peserta didik lebih menaruh
perhatian terhadap pelajaran dibanding biasanya.
b)
Menstimulir peserta didik untuk belajar mandiri
Prosedur
(1) Bagikan kepada peserta didik bahan ajar, disertai beberapa
pertanyaan/masalah yang terurut dari yang sederhana sampai yang kompleks.
(2) Perintahkan peserta didik untuk mempelajari bahan ajar secara mandiri atau
berpasangan.
(3) Perintahkan peserta didik untuk membubuhkan tanda tanya pada materi yang
belum mereka pahami. Anjurkan untuk menyisipkan tanda tanya sebanyak mungkin.
Perintahkan peserta didik untuk menyusun pertanyaan sebanyak mungkin terkait
dengan tanda tanya yang mereka bubuhkan
(4) Perintahkan peserta didik untuk mengemukakan pertanyaan secara tertulis.
Beri kesempatan peserta didik lain untuk menanggapinya. Lakukan seterusnya
sehingga semua pertanyaan peserta didik dibahas.
(5) Berikan penjelasan sebagai sarana pemantapan dari jawaban atas pertanyaan
peserta didik.
(6) Perintahkan peserta didik menyelesaikan masalah dalam bahan ajar secara mandiri
atau berpasangan.
(7) Perintahkan peserta didik untuk mengemukakan jawaban masalah. Berikan
kesempatan peserta didik lain memberikan komentar atau mengemukakan kemungkinan
jawaban lain.
(8)
Berikan
pemantapan jawaban atas pertanyaaan
Jika guru merasa bahwa peserta didik akan
mengalami kesulitan mempelajari sendiri bahan ajar, berikan sejumlah informasi
yang mengarahkan mereka.
c)
Menstimulir peserta didik untuk belajar bersama dalam kelompok.
Prosedur
(1)
Perintahkan
peserta didik secara mandiri mempelajari bahan ajar
(2)
Perintahkan
untuk menuliskan hal yang belum diketahui dalam bentuk pertanyaan.
(3)
Perintahkan
untuk membentuk kelompok. Perintahkan masing-masing kelompok memberi nama
kelompok dengan nama dalam matematika, misalnya: kelompok aljabar, kelompok
Phytagoras dan sebagainya.
(4) Diskusikan pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing anggota kelompok.
(5) Berikan tugas memecahkan masalah, dengan petunjuk yang jelas. misalnya:
tuliskan rumus, gambarkan, buat skema atau diagram yang kamu gunakan untuk
menjawab.
(6) Berikan peran pada anggota kelompok. Misalnya:
fasilitator, pencatat, juru bicara, pengatur waktu.
(7) Berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di
depan kelas.
(8) Perintahkan peserta didik untuk kembali ke posisi semula dan lakukan salah
salah satu berikut:
(a)
Membahas
materi secara bersama
(b)
Dapatkan
pertanyaan dari peserta didik
(c)
Beri
peserta didik pertanyaan kuis
(d) Sediakan latihan penerapan atau kuis bagi siwa untuk menguji pemahaman
mereka.
d) Belajar berpasangan
Prosedur:
(1)
Berikan
kepada peserta didik, satu atau beberapa permasalahan yang memerlukan
perenungan dan pemikiran.
(2)
Perintahkan
peserta didik untuk menyelesaikan masalah secara perseorangan.
(3)
Setelah
semua peserta didik menyelesaikan masalah, aturlah menjadi sejumlah pasangan
dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.
(4)
Perintahkan
pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap masalah, memperbaiki tiap jawaban
perseorangan
(5)
Bila
semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap
pasangan dengan pasangan lain di dalam kelas.
(6)
Perintahkan
seluruh peserta didik untuk memilih jawaban yang tepat untuk tiap pertanyaan.
Untuk menghemat waktu, bagilah seluruh
peserta didik dalam 4 kelompok besar berilah nama kelompok. Berikan
permasalahan yang berbeda pada masing-masing kelompok Pada akhir sesi,
perintahkan masing-masing kelompok untuk menyajikan jawaban terbaiknya. Berikan
hadiah pada jawaban terbaik.
e) Turnamen belajar
Prosedur:
(1)
Bagilah
peserta didik menjadi sejumlah tim beranggotakan 2 hingga 8 peserta didik.
Pastikan bahwa tim memiliki jumlah anggota yang sama. Perintahkan untuk memberi
nama kelompok masing-masing.
(2) Berikan bahan ajar kepada tim untuk dipelajari bersama.
(3) Buat beberapa pertanyaan yang dapat menguji aspek ingatan dan pemahaman
terhadap materi yang diberikan. Gunakan format yang memudahkan penilaian
sendiri. Misalnya: pilihan ganda, melengkapi, benar-salah, atau definisi
istilah, menyatakan rumus atau teorema.
(4) Perintahkan peserta didik untuk menjawab secara perseorangan. Pastikan hal
ini dilakukan oleh masing-masing peserta didik.
(5) Setelah semua peserta didik menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi
sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.
(6) Lakukan diskusi kelas untuk menentukan jawab pertanyaan.
(7) Perintahkan peserta didik untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka
jawab dengan benar, dan mintalah mereka untuk memberikan skor.
(8)
Perintahkan peserta
didik untuk menyatukan skor mereka dengan anggota tim mereka untuk mendapatkan
skor tim. Umumkan skor dari tiap tim. Berikan hadiah atau berilah tepuk tangan
pada tim yang memperoleh skor tertinggi. Sebutlah ini sebagai “ronde satu”.
(9)
Perintahkan mereka untuk
belajar lagi untuk ronde ke dua dalam turnamen.
Kemudian
ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari “ronde kedua”. Perintahkan
peserta didik dengan prosedur seperti ronde satu.
Turnamen ini dapat dilakukan dengan jumlah
ronde bervariasi dan waktu tiap ronde
dapat dilakukan bervariasi, namun pastikan bahwa setiap ronde peserta didik
menjalani sesi belajar. Dengan kesepakatan peserta didik, guru dapat memberikan
penalti (hukuman) kepada peserta didik yang memberikan jawaban salah dengan
pengurangan nilai (misal -1 atau -2) dan memberikan nilai 0 pada peserta didik
yang tidak menjawab.
f)
Menstimulir pembelajaran antar peserta didik
Prosedur
(1)
Bentuklah kelompok
dengan jumlah kelompok sesuai dengan topik (sub pokok bahasan) yang akan
dipelajari peserta didik. Topik dipilih yang saling terkait.
(2)
Beri
setiap kelompok sejumlah informasi, konsep, atau keterampilan untuk diajarkan
kepada peserta didik lain.
(3)
Perintahkan
setiap kelompok untuk menyusun cara dalam menyajikan atau mengajarkan topik
mereka kepada peserta didik lain. Sarankan mereka untuk menghindari cara
ceramah atau semacam pembacaan laporan. Doronglah mereka untuk menjadikan
pengalaman belajar sebagai pengalaman yang aktif bagi peserta didik
(4) Kemukakan beberapa saran berikut ini:
(a)
sediakan
media visual
(b) berikan kesempatan temanmu untuk membaca materi terlebih dahulu.
(c) gunakan contoh atau analogi untuk menyajikan poin-poin pengajaran
(d)
libatkan
temanmu dalam diskusi atau tanya jawab.
(e) berikan kesempatan pada temanmu untuk bertanya
(f) Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan (baik di
dalam maupun di luar kelas). Kemudian perintahkan
tiap kelompok untuk menyajikan pelajaran mereka. Beri tepuk tangan atas usaha
mereka.
Sebagai
alternatif dari pengajaran model ini adalah perintahkan peserta didik untuk
mengajarkan atau memberi bimbingan kepada peserta didik lain secara individual
atau dalam kelompok kecil.
3) Strategi menutup pembelajaran matematika
Pada
kegiatan menutup pembelajaran dapat dimanfaatkan guru untuk:
a)
memberikan
kesempatan bagi peserta didik merangkum atau membuat ikhtisar dari pelajaran
pada hari itu,
b)
memotivasi
peserta didik untuk mempelajari ulang bahan ajar dan atau menyelesaikan tugas
rumah secara mandiri atau kelompok,
c) memberikan informasi bahan ajar pertemuan berikutnya,
d) mendapatkan penilaian dari peserta didik guna perbaikan proses
pembelajaran, dan
e)
memberikan
salam penutup.
Cara yang baik untuk
membelajarkan membuat ikhtisar bahan ajar adalah memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk membuat ikhtisar dan menyajikan ikhtisar kepada peserta
didik lain. Strategi berikut dapat digunakan guru:
Prosedur
a)
Jelaskan
kepada peserta didik bahwa bila guru yang membuat ikhtisar pelajaran, itu
bertentangan dengan prinsip belajar aktif.
b)
Bagilah
peserta didik menjadi kelompok beranggotakan dua hingga 4 orang.
c)
Perintahkan
setiap kelompok untuk membuat ikhtisar pelajaran pada hari itu. Doronglah
setiap kelompok untuk membuat uraian singkat guna disampaikan pada kelompok
lain. Gunakan pertanyaan panduan, misalnya:
(1)
Apa
judul materi yang baru saja dipelajari?
(2)
Tuliskan
definisi atau rumus yang baru saja dipelajari secara terurut!
(3)
Digunakan
dalam masalah apa saja rumus yang baru di pelajari?
C. Pembelajaran Efektif.
Dalam proses belajar mengajar agar didapatkan suatu hasil yang maksimal
maka diperlukan suatu teknik pembelajaran yang efisien dan afektif sehingga
tidak mengahabiskan waktu yang lama dan bertele-tele yang kadang hasilnya
kurang memuaskan.
Menurut Daniel
Muijs dan David Reynolds (2008 : 65 – 66) Suatu pengajaran klasikal agar
efektif maka harus jauh dari sekedar menyampaikan isi pelajaran dengan gaya
ceramah kepada murid. Hampir semua peneliti sepakat tentang pentingnya
interaksi antara guru dan peserta didik.
Didalam studinya terhadap peserta didik sekolah dasar di Inggris ( Daniel
Muijs , 2008) menemukan efek - efek
positif dari seringnya menggunkaan tanya jawab , komunikasi dengan kelas dan
menggunakan petanyaan dan pernyataan tingkat tinggi selain itu perlu pentingnya
interaksi untuk pengajaran yang efektif.
Peneliti – peneliti di Amerika telah
menunjukkan pentingnya interaksi, di dalam penelitian – penelitian mereka
sebelum studi – studi yang dilakukan di Eropa. Rosenshine dan Furst ( 1973 )
menemukan penggunaan beragam pertanyaan sebagai sebuah faktor krusial di dalam
penelitian mereka yang dimulai tahun 1960 sampai dengan 1970.
Karena pentingnya interaksi dan tanya jawab sebagai elemen yang paling luas
diteliti dalam peneltian tentang mengajar. Oleh karena itu perlu diketahui
dalam tanya jawab yang efektif dan
interaksi yang efektif dalam pembelajaran.
Tanya jawab dapat digunakan untuk memeriksa pemahaman peserta didik untuk
memberikan dasar pada pembelajaran peserta didik, untuk membantu peserta didik
dalam mengklarifikasikan dan memverbalisasikan pikiran mereka, dan membantu
peserta didik mengembangkan sense of mastery ( perasaan menguasai sesuatu ).
Tanya jawab yang efektif dapat terjadi
bila penguasaan diri yang solid tentang strategi – strategi mana yang paling
efektif.
Di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran langsung, berbagai
pertanyaan perlu dilontarkan pada awal pelajaran , ketika topik dari pelajaran
sebelumnya diulas. Agar tanya jawab efektif tercapai maka seorang pengajar
perlu mencampur pertanyaan tingkat tinggi dan tingkat rendah mencakup produk
dan proses serta pertanyaan terbuka dan tertutup, namun seorang pengajar harus
memastikan bahwa ada cukup banyak pertanyaan proses tingkat tinggi dan terbuka.
Dalam tanya jawab yang efektif dalam pembelajaran langsung bila peserta
didik menjawab benar diberikan respon
positif namun impersonal dan bila seorang peserta didik memberikan jawaban yang
kurang sepenuhnya benar, maka pengajar perlu memberikan prompt kepadanya untuk
menemukan jawaban yang benar.
Bentuk interaksi lain yang
efektif dalam pembelajaran adalah diskusi kelas, namun suatu diskusi agar
efektif perlu disiapkan dengan seksama. Pengajar perlu memberikan pedoman yang
jelas kepada peserta didik tentang apa yang didiskusikan. Selama diskusi
peserta didik perlu dipastikan untuk tetap pada tugasnya, dan guru perlu
menuliskan poin – poin utama yang muncul selama diskusi. Setelah diskusi
poin-poin utama ( produk diskusi ) ini
dapat dirangkum dan peserta didik diminta untuk meberikan komentar tentang
seberapa baik diskusi itu tersebut berjalan
( proses diskusi ). Agar pembelajaran afektif guru juga harus memastikan
bahwa peserta didik – peserta didik yang pemalu yang mungkin kurang aktif untuk diberikan kesempatan dalam
keterlibatannya dalam proses belajar mengajar.
D. Hasil belajar Matematika.
Penekanan pembelajaran matematika
lebih diutamakan pada proses dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses
ini lebih ditekankan pada proses belajar matematika seseorang. Tujuan yang
paling utama dalam pembelajaran matematika adalah mengatur jalan pikiran untuk
memecahkan masalah bukan hanya menguasai konsep dan perhitungan walaupun
sebagian besar belajar matematika adalah belajar konsep struktur ketrampilan
menghitung dan menghubungkan konsep-konsep tersebut. Andi Hakim Nasution
(1982:12 ) mengemukakan bahwa dengan menguasai matematika orang akan belajar
menambah kepandaiannya.
Sementara itu Nana Sudjana (1995:22
) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan–kemampuan yang
dimiliki peserta didik setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Gagne (
1978:47-48 ) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk
kapabilitas yakni ketrampilan intelektual strategi kognitif , informasi verbal
, ketrampilan motorik dan sikap.
Gagne dan Briggs (1978:49-55)
menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut
adalah : (1) ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan
pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan
terdefinisi kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah–masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing –
masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan berfikir, (3) informasi
verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan
jalan mengatur informasi –informasi yang relevan, (4) ketrampilan motorik
adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan–gerakan yang
berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan
dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian
terhadap obyek tersebut. Bloom (1976:201-207) membagi hasil belajar menjadi
kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan
dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan-
ketrampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan nilai serta
pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai.
Kawasan psikomotor adalah
kemampuan–kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif
dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun
secara hirarkis dari yang paling sederhana
sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah
kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman adalah
kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, (3) penerapan adalah kemampuan
mempergunakan hal – hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi–situasi
baru dan nyata, (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi
bagian–bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis
adalah kemampuan untuk memadukan bagian–bagian menjadi satu keseluruhan yang
berarti, (6) penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan
kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern atapun yang ditetapkan
lebih dahulu.
Berdasarkan pandangan-pandangan
dari para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar
matematika dalam penelitian ini adalah
hasil dari seorang peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar
matematika yang diukur dari kemampuan peserta didik tersebut dalam
menyelesaikan suatu permasalahan matematika
E.
Kerangka Pemikiran.
Dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif maka seorang peserta didik
akan selalu terlibat secara langsung dalam pembelajaran , sehingga dengan
keterlibatan ini materi yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya
dan konsep yang harus dikuasai peserta didik akan mudah diterimanya hal ini
sesuai dengan prinsip learning by doing
yang menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai peserta didik dengan
peserta didik tersebut ikut aktif dalam pembelajaran.
Bertolak dari pemikiran bahwa membawa peserta didik aktif dalam
pembelajaran akan memudahkan peserta didik menerima konsep yang harus
dikuasainya maka secara otomatis langkah membawa peserta didik aktif dalam
belajar ini merupakan suatu langkah yang efektif untuk menyampaiakan suatu
materi ajar.
- Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
tinjauan kerangka berfikir di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah
“Bila menggunakan strategi pembelajaran aktif dalam proses belajar, maka hasil
belajar peserta didik dalam belajar matematika pada materi logaritmai akan
meningkat secara signifikan”
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan jenis penelitian tindakan
kelas yang terdiri dari 2 siklus, menggunakan model Kemmis&Mc Taggart(1988) yang menyatakan bahwa dalam
satu
siklus terdiri dari 4 langkah yaitu : Perencanaan (Planning), pelaksanaan
(Action),
Pengamatan (Observation) dan Refleksi
(Reflective). Penelitian
akan dilanjutkan jika tindakan yang diberikan belum mencapai indikator yang
diharapkan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 42 Jakarta selama 4 bulan mulai bulan Juli 2011 sampai dengan
bulan Oktober 2011 pada mata pelajaran matematika di semester 1 dengaan subyek
penelitian peserta didik kelas X-4
berjumlah 37 orang.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Diskripsi
Awal.
Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, maka peneliti
mengadakan observasi dan pengumpulan data dari kondisi awal kelas yang akan
diberi tindakan, yaitu kelas X-6 SMA
Negeri 42 Jakarta, tahun pelajaran 2011– 2012. Pengetahuan awal ini perlu
diketahui agar kiranya penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
peneliti, apakah benar kiranya kelas ini
perlu diberi tindakan yang sesuai dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti
yaitu penerapan strategi pembelajaran aktif
untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran materi logaritma.Untuk mengungkap kondisi awal dari kelas yang
menjadi objek tindakan kelas ini maka peneliti melakukan langkah – langkah
sebagai berikut :
1 Perencanaan.
Untuk mengetahui kondisi awal dari kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta tahun
2011 – 2012 maka peneliti merencanakan observasi langsung pada pengajaran yang
dilakukan oleh guru pengajar matematika pada saat mengajarkan materi sifat –
sifat logaritma.
Observasi langsung pada pengajaran yang dilakukan guru dilakukan untuk mengetahui
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru pengajar saat menyampaikan
materi sifat – sifat logaritma
Peneliti membantu guru pengajar menyiapkan alat tes
yang akan digunakan sebagai alat untuk mengukur kemapuan penguasaan awal materi
logaritma dari peserta didik.
2 Pelaksanaan.
Pelaksanaan untuk mengukur kemampuan awal peserta didik dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011 di awali pengajaran yang dilakukan oleh
guru Pengajar Matematika kelas X-6 SMA
Negeri 42 Jakarta yang mengajarkan sifat – sifat logaritma dengan menggunakan
metode ceramah. Pada pembelajaran ini peneliti mengamati kejadian – kejadian
yang terjadi secara rinci pada saat guru memaparkan materi sifat-sifat
logaritma
Dalam menyampaikan materi sifat – sifat logaritma guru memerlukan waktu 1
jam pelajaran dan 15 menit untuk pemberian contoh, selanjutnya guru memberikan
posttest dengan menggunakan soal yang
telah dirancang sebelumnya. Pada pelaksanaan ini peneliti dan guru pengajar
bersama – sama mengawasi kerja peserta didik dalam mengerjakan soal yang
diberikan , sehingga keakuratan dari hasil pengawasan dapat dipertanggung jawabkan.
Pada pelaksanaan posttest ini peserta didik mengerjakan soal yang diberikan
selama 30 menit.
3 Hasil Pengamatan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa pada
pengajaran yang dilakukan, guru masih menggunakan cara pengajaran yang tradisional yaitu guru sebagai pusat
pembelajaran dan pengajaran materi sifat
– sifat logaritma tersebut diajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Pada pembelajaran berlangsung terlihat
peserta didik asyik dengan kegiatannya sendiri yang tidak ada kaitannya dengan
apa yang disampaikan guru. Justru masih terlihat peserta didik yang bermain –
main dengan temannya tanpa memperdulikan apa yang disampaikan oleh guru
pengajar.
Dan dari hasil pengerjaan peserta didik pada alat tes yang telah dirancang
oleh guru setelah diadakan koreksi maka didapatkan hasil yang kurang memuaskan.
Hasil koreksi tes awal dari 37 peserta didik yang ada di kelas tersebut
didapatkan hasil, 5 peserta didik mendapatkan nilai kurang dari 60 , 17 peserta
didik mendapatkan nilai antara 60 hingga 70, sedangkan peserta didik yang telah
tuntas atau mendapatkan nilai di atas batas ketuntasan minimal ada 15 peserta
didik . Dari paparan hasil nilai yang didapatkan peserta didik maka tampak
bahwa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 40,54 %
4 Refleksi
Dari kondisi awal yang ada tersebut maka perlu diadakan suatu tindakan
untuk mengangkat kemampuan penguasaan materi logaritma dari peserta didik kelas
X-6 SMA Negeri 42 Jakarta
Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan peneliti terhadap peserta didik,
terungkap bahwa peserta didik mempunyai kelemahan pada pengembangan skill
pengerjaan suatu masalah logaritma karena kurangnya peserta didik diberi
kesempatan untuk berlatih dalam menyelesaikan masalah – masalah, sehingga
peserta didik minta untuk diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah sebelum
guru pengajar menyelesaikannya.
Bertolak dari kondisi awal tersebut maka peneliti merencanakan tindakan
penelitian dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif pada pembelajaran
materi logaritma di kelas X-6 dengan memperlakukan pembelajarn aktif pada
kelompok besar.
B.
Deskripsi Siklus I
1
Perencanaan
Untuk melakukan penelitian pada siklus I ini peneliti merencanakan tindakan
yang meliputi :
1 Membuat silabus materi pembelajaran logaritma.
2 Membuat rancangan program pengajaran yang diperuntukkan untuk pengajaran
pada kelompok besar. Rancangan program
yang dibuat digunakan untuk
pengajaran 2 x 45 menit dengan rincian
(1) apersepsi 10 menit (2) Kegiatan inti berisi pengerjaan lembar kerja dan
mengaktifkan peserta didik dengan metode tanya jawab selama 40 menit (3)
Penutup 5 menit (4) evaluasi 35 menit
3 Membuat lembar kerja peserta didik yang digunakan untuk mengaktifkan
peserta didik dalam belajar dengan penyusunan tahap demi tahap yang membawa
peserta didik dalam penemuan masalah atau penyelesaian suatu masalah.
4 Membuat alat evaluasi yang digunakan untuk mendapatkan data kemampuan
peserta didik setelah mendapatkan tindakan dengan menggunakan strategi
pembelajaran aktif yang diperuntukkan untuk kelompok besar
5 Membuat solusi dan langkah untuk disampaikan pada peserta didik berkaitan
kelemahan peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang telah di ujikan oleh
guru.
2
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6
September 2011, peneliti melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan, dimulai dengan penjelasan pada peserta didik tentang kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta
didik dalam mengikuti kegiatan. Berdasarkan informasi yang telah didapatkan
peneliti pada saat observasi pengajaran yang dilakukan oleh guru pengajar maka
peneliti menyampaikan kelemahan dan kekurangan – kekurangan yang dilakukan
peserta didik dalam menyelesaikan materi
logaritma yang diujikan dengan menggunakan metode tanya jawab. Peneliti
membagikan lembar kerja yang telah dirancang oleh peneliti untuk diselesaikan
peserta didik secara keseluruhan dan peneliti berkeliling untuk mengamati cara
kerja peserta didik serta membantu peserta didik yang mengalami masalah dalam
menyelesaikan lembar kerja yang dibagikan.Pada saat pelaksanaan menyelesaikan
lembar kerja peserta didik tampak beberapa peserta didik saling komunikasi
dengan teman terdekatnya tentang cara penyelesaian dari lembar kerja yang
dibagikan. Sambil berkeliling peneliti mencatat hambatan – hambatan yang
terjadi pada saat peserta didik mengerjakan lembar kerja tersebut selain itu
peneliti juga mencatat peserta didik – peserta didik yang aktif dan mampu dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan oleh peneliti.
Peneliti memerintahkan pada peserta didik yang telah mampu memecahkan masalah yang masih menjadi masalah
pada sebagian besar peserta didik , untuk dijelaskan pada temannya cara
memecahkan masalah tersebut.
Pada akhir pengajaran yaitu 35 menit terakhir dari pembelajaran peneliti
memberikan post test yang harus diselesaikan oleh seluruh peserta didik secara
individual.
3
Hasil Pengamatan
Setelah lembar kerja yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan suatu
masalah logaritma dibagikan maka tampak peserta didik antusias dalam
mengerjakan lembar kerja tersebut.
Pada pengerjaan lembar kerja yang dibagikan ini tak terlihat adanya peserta
didik yang bermain – main ataupun asyik mengerjakan pekerjaan yang lain,
semuanya asyik dalam mengerjakan lembar kerja yang dibagikan.
Pada pelaksanaan pengerjaan lembar kerja tersebut tampak adanya peserta
didik yang mengalami hambatan dalam menyelesaikan bertanya pada teman
terdekatnya , namun ada pula peserta didik yang mengalami hambatan dalam
mengerjakan lembar kerja tersebut
langsung bertanya kepada peneliti dan guru pengajar.
Pada pengerjaan lembar kerja ditemukan peserta didik yang belum memahami
konsep dasar
logaritma bahwa serta
Pada post test yang diberikan setelah dikoreksi oleh guru pengajar dan
peneliti didapatkan hasil sebagai berikut :
Dari 37 peserta didik yang ada , 13 peserta didik mendapatkan nilai kurang
dari 75 , sedang 24 peserta didik telah
mendapatkan nilai diatas batas tuntas ( stantar ketuntasan minimal 75), hal ini
berarti 64,86 % peserta didik telah mencapai ketuntasan.
4
Refleksi
Dengan melihat titik lemah yang terjadi pada sebagian kecil peserta didik
berkenaan konsep dasar logaritma maka perlu diadakan penjelasan yang mendasar
pada anak – anak yang mengalami hambatan dengan memanfaatkan teman yang telah
memahami konsep dasar logaritma tersebut untuk menjelaskannya.
Mendata peserta didik yang punya kemampuan lebih dan mampu untuk menyampaikan
materi yang dikuasainya kepada temannya.
Perlunya dibentuk kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari 4 peserta
didik. untuk berkolaborasi dalam belajar dan dipimpin oleh anak yang punya
kemampuan lebih dan mempu menyampaikan materi yang dikuasainya.
Perlu dibuat suatu catatan – catatan dasar yang peserta didik sering salah
dalam mengartikan seperti untuk ditindak lanjuti
pada tindakan berikutnya.
C
Deskripsi Siklus II
1
Perencanaan
Pada perencanaan siklus II ini peneliti dan guru merencanakan tindakan
sebagai berikut :
a. Membuat kelompok kecil yang terdiri dari 4 anak dan masing – masing
kelompok dipimpin oleh anak yang dipilih dari anak yang punya kemampuan lebih
dan mampu memimpin..
b. Membuat rancangan pembelajaran materi logaritma sub bahasan persamaan
logaritma sederhana untuk kelompok kecil yang dipergunakan bagi pengajaran
selama 90 menit.
c. Membuat 2 lembar kerja yang
dipergunakan untuk diskusi kelompok
d. Merencanakan alat evaluasi yang berupa soal tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik.
2
Pelaksanaan Tindakan.
Seperti yang telah direncanakan maka peneliti melaksanaan tindakan siklus
II pada hari senin 12 September 2011 dengan materi bahasan persamaan logaritma
sederhana, pada tindakan di siklus II ini diawali penjelasan kepada peserta
didik tentang prosedur yang akan dilaksanakan pada pembelajaran untuk kelompok
kecil.
Peneliti membagi kelompok yang terdiri dari 4 peserta didik dan menentukan
ketua dari masing – masing kelompok tersebut, selanjutnya peserta didik
berkumpul menurut kelompok masing – masing.
Setelah peserta didik telah berkumpul dengan kelompoknya maka peneliti
membagikan lembar kerja peserta didik untuk didiskusikan bersama dari masing –
masing kelompok , pada saat peserta didik mulai berdiskusi peneliti berkeliling
untuk mencatat kesalahan – kesalahan yang dilakukan kelompok untuk dibimbing
serta mencatat peserta didik – peserta didik yang pasif agar bisa diajak aktif
oleh kelompoknya.
Setelah waktu yang
ditentukan pada lembar kerja habis maka peneliti meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerjanya dan kelompok lain diminta menanggapi apa yang telah dipresentasikan,
pada kesempatan ini peneliti memandu jalannya diskusi dan bersama – sama
peserta didik merumuskan jawaban.
|
Pada hari Selasa tanggal 13
September 2011 pada peserta didik diberikan evaluasi tentang penguasaan materi
persamaan logaritma sederhana dalam waktu 1 jam pelajaran atau 45 menit
3
Hasil Pengamatan
Pada pelaksanaan siklus II ini tampak sekali bahwa peserta didik sangat
antusias dalam mengerjakan tugas kelompok, semua peserta didik terlihat aktif
bersama kelompoknya dalam menyelesaikan lembar kerja yang diberikan peneliti.
Pada saat diskusi pembahasan materi yang diberikan satu kelompok untuk
ditanggapi oleh kelompok lain, kadang terlihat perbedaan pola berfikir dari
masing – masing individu dalam menyampaikan ide pemecahan masalah yang
diberikan.
Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan setelah dikoreksi didapatkan hasil
yang sesuai dengan indikator pencapaian hasil yang diharapkan karena dari 37
peserta didik yang ada dalam kelas X-6 tersebut hanya terdapat 2 peserta didik
yang mendapatkan nilai dibawah batas ketuntasan minimal, sehingga prosentasi
peserta didik yang telah tuntas adalah 94,59 %.
4
Refleksi
Dari hasil evaluasi yang diberikan selama 1 jam pelajaran atau 45 menit
tenyata 35 peserta didik telah mampu mendapatkan nilai di atas batas ketuntasan
minimal namun masih terlihat kesalahan yang dibuat oleh peserta didik
dikarenakan faktor kekurang telitian peserta didik dalam bekerja.
Masalah skill dan kecermatan dalam mengambil langkah pengerjaan masih perlu
ditingkatkan agar penguaasaan materi logaritma dapat lebih baik lagi.
Keaktifan dari peserta didik secara keseluruhan telah sesuai yang
diharapkan oleh peneliti karena dalam mengerjakan lembar kerja secara kelompok
ini 99 % telah aktif dalam pembahasan lembar kerja yang diberikan.
D
Deskripsi Antar Siklus.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan mulai pemantauan keadaan awal hingga
pelaksanaan tindakan pada siklus II maka dapat digambarkan seperti dibawah :
No
|
Indikator
|
Persentasi yang dicapai
|
||
Awal
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Peserta didik dapat menyatakan Sifat – Sifat logaritma
|
40,54 %
|
71,43 %
|
96,43 %
|
2
|
Peserta didik dapat menggunakan sifat – sifat logaritma untuk
menyelesaikan masalah
|
|
64,86 %
|
89,29 %
|
3
|
Peserta didik dapat menyelesaikan Persamaan logaritma sederhana
|
|
|
94,59 %
|
- Pembahasan dan Kesimpulan
Dari tabel antar siklus diatas tampak adanya hasil dari
masing – masing indikator yang harus dikuasai peserta didik setelah diberi
tindakan mengalami peningkatan yang sangat luar biasa. Peningkatan hasil
penguasaan materi logaritma ini bila dilihat dari tindakan yang dilakukan telah
sesuai dengan
pendapat Vygotsky, aktivitas kalaboratif (perpaduan) di antara anak-anak akan
mendukung dan membantu dalam pertumbuhan mereka, karena anak-anak yang seusia
lebih senang bekerja dengan orang yang satu zone
(zone of proximal development, zpd)
dengan yang lain, artinya proses muncul ketika ada ketertarikan antar sesama
anggota kelompok yang seusia. Jika anak nyaman dalam belajarnya maka akan
diperoleh hasil belajar yang baik. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran
berpusat pada peserta didik, yakni mempelajari materi pembelajaran, berdiskusi
untuk memecahkan masalah atau tugas. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan
semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat setara.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada peserta didik
kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta ini , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dengan membawa peserta didik aktif dalam pembelajaran akan dapat
meningkatkan penguasaan materi logaritma dari peserta didik yang bersangkutan.
2. Pembelajaran aktif merupakan strategi yang efektif untuk menyampaikan
materi logaritma bagi peserta didik.
3. Pembelajaran dalam kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan
penguasaan materi matematika dari
peserta didik , selain itu dengan kelompok kecil ini kerjasama diantara peserta didik dapat
tercipta dengan lebih baik.
4. Penggunaan lembar kerja untuk membawa peserta didik agar aktif dalam
belajar merupakan langkah yang efektif
bagi peserta didik karena peserta didik dapat bersosialisai dan saling
tukar informasi dan ide atau langkah – langkah kerja untuk menyelesaikan suatu
masalah dengan teman sebayanya, hal ini sesuai dengan pendapat dari Vygotsky , aktivitas kalaboratif
(perpaduan) di antara anak-anak akan mendukung dan membantu dalam pertumbuhan
mereka, karena anak-anak yang seusia lebih senang bekerja dengan orang yang
satu zone (zone of proximal development, zpd) dengan yang lain, artinya proses
muncul ketika ada ketertarikan antar sesama anggota kelompok yang seusia.
5. Pembelajaran aktif
dapat menaikkan hasil
belajar peserta didik.
B.
Saran.
Setelah mengadakan penelitian tindakan kelas pada peserta didik X-6 SMA
Negeri 42 Jakarta ini maka disarankan pada :
1. Guru dalam mengajar perlu memperhatikan paradigma- paradigma baru sehingga
dalam mengajar tidak monoton.
2. Guru perlu merancang pembelajaran dengan sebaik-baiknya dengan menggunkan
strategi yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi peserta didik yang akan
diberi pelajaran.
3. Guru dalam mengajar perlu menjadikan peserta didik sebagai jiwa dengan potensi yang lebih , sehingga guru cukup
sebagai fasilitator agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya dengan
sebaik-baiknya.
4. Guru perlu mencari strategi yang efektif untuk mengajarkan materi tertentu
sesuai dengan situasi dan kondisi dari peserta didik dan materi yang akan
diajarkan.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hakim Nasution. 1982. Landasan Matematika. Jakarta : Bharata Karya Aksara.
Anisa Basleman, Syamsu Mappa, dan David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan
Aplikasi (edisi ke 2). Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Daniel Muijs dan David Reynolds 2008. EffectiveTteaching Teori dan Aplikasi (
Edisi ke -2 )
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Gagne, Robert M and Leslie J. Briggs, 1978. Principles of Instructional Design. 2nd
Ed, New York :
Holt Rinehart and Winstons.
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani,
2007, Strategi PembelajaranAktif,
CTSD,IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta
Nana Sudjana, Tita Rosita dan Udin S Winata Putra. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Russeffendi, Silberman 1988. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya
dalam pengajaran
matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung :
Tarsito
Penulis:
Dra Henny Lestari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar