GURU SMAN 42 MENULIS - Sabtu, 11 April 2015 - Di dalam negara Islam, setiap
warga negara mendapat kemerdekaan menganut agama dan kepercayaannya. Mereka
mendapat perlindungan dari pemerintah dalam melakukan ‘ibadah dan segala macam
upacara keagamaan. Begitu pula hak-hak mereka dijamin oleh pemerintah. Hal ini
didasarkan kepada firman Tuhan :
“Tidak ada paksaan dalam agama,
sebenarnya sudah nyata petunjuk dari “kesesatan.” (Al-Baqarah ayat 256 )
Oleh sebab itu sejarah
perkembangan agama Islam tidak dimulai dengan pedang terhunus. Kemajuan pesat
yang sudah dicapainya tidaklah dipaksakan dengan kekerasan senjata. Melainkan
tersebar dengan perantaraan da’wah . da’wah atau seruan Islam ini adakalanya
dengan jalan mengirim utusan kepada raja-raja yang belum beragama Islam untuk
memperkenalkan agama itu, serta diiringi dengan seruan supaya raja-raja tersebut
bersedia memeluk agama Islam.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w. masih
hidup, beliau pernah mengirim utusan kepada raja-raja di sekitar jazirah Arab, di antaranya ialah
kepada Heraclus Kaisar Rumawi Timur. Tetapi jika kehormatan agama Islam itu
dilanggar dengan memberikan penghinaan atau utusan Islam yang dikirim itu
dibuat cacad dan dinodai atau da’wah itu disambut dengan sifat permusuhan, maka
barulah diadakan tindakan pembalasan.
Sesungguhnya setiap kaum Muslimin
pada masa itu, telah menyediakan nyawanya sekalipun untuk menggalang kehormatan
agama mereka. Keberanian tentara Islam lahir karena keyakinan bahwa, membela
agama Tuhan itu adalah kewajiban mereka sendiri dan jika mereka gugur dalam
perjuangan di jalan Tuhan itu, maka kematian mereka adalah kematian satria di
medan perang yang dinamkan mati syahid, ialah kematian yang amat mulia di sisi
Tuhan.
Sesudah seluruh tanah Spanyol
jatuh ke bawah kekuasaan Islam, maka amat banyak penduduknya memeluk agama
Islam. Di samping itu mereka yang tetap dalam agama Nasrani, kepercayaan serta
hak milik mereka tetap dihormati dan dilindungi oleh pemerintah Islam. Mereka
bebas melakukan ‘ibadah dan upacara keagaan mereka seperti biasa, bahkan
pemerintah memberikan bantuannyadalam pendirian atau pembangunan gereja-gereja
baru. Amat banyak gereja baru yang dibangun dalam masa kejayaan Islam itu.
Bagi mereka yang tetap beragama
Nasrani, harus menta’ati peraturan umum dari negara di samping membayar pajak
kepada pemerintah. Pajak yang dipikulkan itu adalah didasarkan atas kesanggupan
mereka. Orang yang tidak mampu, membayar separuh dari jumlah pembayaran yang
mampu, bahkan ada pula yang dibebaskan sama sekali.
Kewajiban membayar pajak itu
diterima baik oleh orang Nasrani di Spanyol, karena pajak yang harus mereka
bayar setiap tidak begitu berat. Semua pajak yang diterima itu dimasukkan ke
dalam kas negara. Selain dari pemasukan pajak itu, pemerintah mempunyai pula
Baitul Maal. Semua zakat yang ditarik dari kaum Muslimin masuk menjadi kekayaan
Baitul Maal itu, begitu pula sedekah, wasiat dan seperlima dari ghanimah yaitu
harta rampasan perang, dimasukkan ke dalam perbendaharaan Baitul Maal. Dari
sumber inilah dikeluarkan biaya pemerintahan,pembangunan gedung-gedung,
sekolah, rumah sakit, tempat perawatan sosial, mesjid dan lain-lain.
Ketika kerajaan Bani Umayah di
Spanyol sudah kuat dan makmur dan dengan negara tetangga sudah diadakan
perjanjian damai, maka anggaran biaya angkatan perang yang merupakan
pengeluaran biaya yang terbesar selama ini mulai dibatasi. Dan, kekayaan negara yang berlimpah-limpah
itu dipergunakan sebesar-besarnya untuk pembangunan materieel dan moreel yang
mungkin dicapai oleh peradaban manusia pada abad itu. Banyak kota yang dibangun
dan sistim pengairan diatur sebaik-baiknya. Dari daerah pegunungan dibuat saluran air, untuk mengairi daerah
kering dan keperluan kota-kota. Selain itu yang tidak dapat dilupakan oleh
sejarah ialah jasa Khalifah An-Nashir dalam
bidang ilmu pengetahuan. Ia telah membantu dan memberi kesempatan yang
seluas-luasnya kepada para pujangga, ahli pikir, sarjana, seniman dan
lain-lain. Buku-buku filsafat Yunani kuno dengan segala macam pengetahuandalam
bahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Setelah negeri Spanyol mulai aman
dan tenteram, pemerintahan sudah tersusun dengan baik, maka orang Islam
mulailah melangkah ke arah pembangunan baru dan sebagainya. Pada awalnya amat
banyak arsitek yang didatangkan dari Rumawi, mereka diserahi tugas memimpin
pembangunan istana, kantor pemerintahan, mesjid, sekolah dan bangunan-bangunan
lainnya. Meskipun para arsiteknya didatangkan dari Rumawi, tetapi
bangunan-bangunan baru yang didirikan di Andalusia bukanlah tiruan dari seni
bangun Rumawi, bukan pula menuruti bentuk seni bangun Gothik yang telah
mentradisi di Spanyol. Dalam mendirikan bangunan gedung-gedung, orang Islam
mengambil inti sari keindahan dari seni
bangun Rumawi, seni bangun Gothik, seni bangun Byzantium dan sebagainya yang
dipadu menjadi satu persenyawaan yang menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih
indah dan khas. Akan tetapi memang bentuk seni Byzantium lebih mendominasi
dalam keseluruhan bentuk bangunan. Dari perpaduan sari keindahan inilah satu
cara penciptaan baru dalam seni bangun di Andalusia yang belum pernah dikenal
pada abad-abad sebelumnya. Inilah yang dimaksud dengan seni bangun Islm
Andalusia.
Adapun seni ukir dan seni hias
sudah jauh lebih maju dari masa sebelumnya, baik mengenai teknik ataupun dari segi konsep pemikirannya
yang sudah lebih mendalam. Ornamen dan ukiran bukan saja disusun menurut
kehalusan perasaan tetapi juga menurut perhitungan geometris yang teliti,
sehingga ia merupakan suatu hasi seni yang mengharuan hati dan menakjubkan yang
mampu menimbulkan perasaan empati bagi penikmatnya.
Faham Baru
Dalam Kesenian Islam
Selaras dengan kemajuan cara
berfikir ummat Islam pada masa itu, baik kemajuan cara berfikir yang khusus
mengenai keagamaan atau dalam berbagai rupa pengetahuan lainnya, maka seni ukir
dan seni hias , mendapat kemajuan yang lebih pesat, jauh lebih tinggi dari mutu
seni ukir dan seni hias dalam masa sebelumnya. Kemajuan seni ukir dan seni
hias, nyata kentara sekali dalam upaya melepaskan diri kungkungan motif yang amat
sempit. Perluasan motif dari bentuk alam kosmos dan alam botanis saja, adalah
suatu perubahan yang radikal dan berani dalam sejarah perkembangan seni rupa
Islam.
Keberanian mereka untuk meretas
faham tradisional dalam pengambilan mtif seni rupa, adalah berdasaarkan
keyakinan bahwa jiwa tauhid tidak akan mungkin disesatkan oleh motif biologis
yang distilir dalam penjelmaan seni ukir dan seni skulptur. Oleh sebab itu
dalam masa kejayaan Islam di Andalusia, mulai ditemukan hasil-hasil seni
skulptur dan seni lukis mengambil motif dari alam biologis atau makhluk
bernyawa. Pada awalnya masih nampak keberanian yang masih maju-mundur. Keinginan untuk melukis obyek makhluk hidup
yang bernyawa itu sudah ada, tetapi hasil seni rupa tradisional masih
mempengaruhi mereka.
Ukiran yang menghiasi sebuah
jambangan bunga besar yang terdapat dalam salah satu ruang istana Alhambra,
memperlihatkan suatu hasil kesenian yang tinggi, yang mencoba memperluas motif,
tetapi masih ragu-ragu melukis makhluk bernyawa dalam bentuk naturalis. Lukisan
dua ekor binatang yang berdiri berhadapan, dengan kepala seperti kepala burung
unta dengan badan seperti giraf, motif binatang seperti ini hanya mungkin lahir
dalam alam fantasi semata, dan mungkin juga mempunyai maksud yang dogmatis, tetapi
kemungkinan besar bahwa itu adalah hasil pemecahan antara keinginan dan
tradisi.
Jambangan bunga besar Alhambra
itu memperlihatkan pula suatu hasil komposisi yang harmonis dari beragam motif
yang distilir menghiasi bidang lengkung dan leher jambangan. Hiasannya terdiri
dari motif daun-daunan, tulisan Arab serta bentuk geometris pada lehernya merupakan satu persenyawaan yang
indah dari berbagai macam ukiran.
Bentuk keseluruhan jambangan itu
serta ukiran-ukiran yang menghiasinya, memberikan kesan yang nyata bahwa jambangan
itu bukan dimaksudkan untuk tempat bunga dan bukan pula sebagai guci air,
tetapi merupakan suatu hasil perwujudan rasa indah dari para seniman Islam pada
masa itu.
Dalam sejarah seni rupa Islam
pada abad sebelumnya, belum banyak ditemukan pengambilan motif biologis. Orang
menjauhi melukis sesuatu yang berbentuk
makhluk bernyawa. Yang banyak ditemui dalam kesenian Islam ialah motif
geometris, seperti bentuk segi tiga, bujur sangkar, segi lima, belah ketupat,
motif tangga, meander, spiral, dan lain-lain yang disebut oleh orang Arab, “asykalu-handasiah”
atau dari motif botanis, seperti daun-daunan, akar, kembang dan lain-lain yang
distilir dengan amat indahnya.
Di dalam Al Quran sendiri tidak
ada ayat-ayat yang melarang membuat gambar makhluk bernyawa. Tetapi yang
dilarang adalah memuja arca dan sebagainya yang disebut al-ashnam dan at-thaghut, karena
yang demikian itu adalah perbuatan musyrik, mempersekutukan Tuhan dengan
makhluknya. Hanya dalam sebuah Hadits yang shahih dari Sa’id ibnu Hasan berkata
:
“Ketika saya bersama-sama dengan Ibnu Abbas, tiba-tiba datang seorang
lelaki, ia berkata: Hai Ibnu Abbas1 Aku hidup dari hasil kerajinan tanganku,
ialah membuat arca seperti ini. Laklu Ibnu Abbas menjawab: Tidak akan aku
katakan kepadamu, hanya apa yang telah kudengar dari Rasulullah s.a.w. Beliau
bersabda: siapa yang melukis sebuah gambar, maka dia akan disiksa Tuhan sampai
dia bisa memberinya bernyawa, tetapi selamanya ia tidak akan mungkin memberi
gambar itu bernyawa.
Hadits pendek ini bermakna
melarang membuat gambar-gambar makhluk bernyawa. Karena siapa yang menggambar
seekor binatang umpanya, maka pada hari kemudian dia disuruh memberi gambar itu
bernyawa. Dan Tuhan akan menyiksa orang itu karena pekerjaan yang tersebut
tidak sanggup dilaksanakannya.
Itulah sebabnya maka di dalam
perkembangan seni rupa Islam terjadi pembatasan motif di sekitar alam benda,
seperti pengambilan motif dari alam cosmos, alam botanis serta bentuk geometris
dan menjauhi motif-motif biologis seperti gambar manusia atau binatang. Akan
tetapi beberapa abad kemudian setelah Nabi wafat, yaitu sesudah agama Islam
mulai memasuki dan menguasai negeri-negeri yang telah tinggi peradaban dan kebudayaannya
seperti negeri Persi, Rumawi, dan Gothik, maka terjadilah perubahan dan
kemajuan dalam cara berfikir, terutama dalam menghadapi persoalan-persoalan
baru yang belum ada ketika masa Rasulullah s.a.w. masih hidup. Umpamanya
kemajuan dalam bidang ilmu hayat membutuhkan berbagai jenis gambar binatang.
Hiphotesis yang dilakukan dalam laboratorium Perguruan Tinggi Kedokteran di
Cordova menghendaki gambar-gambar anatomi manusia, serta banyak lagi hal-hal
lain yang membutuhkan gambaran dari makhluk bernyawa.
Alangkah sulit diperoleh kemajuan
dalam agama Islam jika menggambar makhluk bernyawa saja tidak siperbolehkan,
sedang gambar-gambar seperti itu tidak bisa dipisahkan dari hubungan
pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia. Terkait dengan hal tersebut
maka Rasulullah s.a.w. sebelum beliau wafat, bersabda :
“Antum ‘alamuuridunyaakum.” ( Artinya : Kamulah yang lebih tahu tentang urusan
keduniaanmu )
Sabda Nabi yang hanya empat patah
kata itu, membuktikan bahwa agama Islam tidak mengajarkan suatu filsafat hidup
yang sempit, tetapi ia telah membukakakan pintu yang selebar-lebarnya agar ummat
Islam tidak takut berkecimpung dalam hidup, untuk mencapai kebahagiaan dengan
menggunakan akal dan fikiran yang telah dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa
kepadanya.
Larangan menggambar makhluk
bernyawa, arca dan sebagainya, pada awal lahirnya agama Islam itu, dipandang
dari sudut tauhid amat penting sekali dan sangat beralasan sekali. Karena pada
waktu itu di kota Mekah masih bertaburan puing-puing bekas reruntuhan arca-arca
yang telah disembah dipuja nenek moyang mereka berabad-abad lamanya. Masih terbayang
dalam pelupuk mata penduduk Mekah bagaimana tokoh dari Lata, Uzza dan arca
lainnya yang tidak kurang dari 360 buah banyaknya yang telah dibersihkan dari
sekitar Ka’bah. Selain itu dalam tubuh kaum munafiqin masih mengalir darah
kepercayaan nenek moyang yang telah turun-temurun.
Jika kepercayaan politheisme itu,
tidak dibongkar sampai ke akar-akarnya; jika semua berhala tidak dihancurkan;
jika pada waktu itu pembuatan patung diberi kesempatan berkembang, maka akan tumbuhlah
tunas baru dari kepercayaan lama yang telah tumbang dan akan menggoyang
saendi-sendi ketauhidan mereka yang masih baru memeluk agama Islam. Tetapi manakala
hakikat tauhid telah mendarah daging dalam tubuh ummat Islam dan mereka tahu
bahwa patung-patung tidak bisa berbuat apapun, maka tidak ada alasan bahwa
kepercayaan yang telah berabad-abad dikubur itu, akan hidup kembali di
tengah-tengah keyakinan ummat Islam yang telah berkemajuan.
Faham yang beranggapan bahwa
membuat sesuatu yang berbentuk makhluk hidup atau bernyawa itu tidak diharukan dalam agama
Islam, mungkin sulit dipertahankan terutama dalam abad modern ini. Terkecuali jika
dalam masyarakat Islam yang terpisah dari dunia ramai, seperti masyarakat Badui
di tengah gurun pasir atau suku-suku yang mendiami rimba belantara benua Afrika
dan sebagainya.
Demikian kemungkinan jalan
fikiran ummat Islam pada zaman kerajaan Islam berkuasa di Spanyol, sehingga
dalam sejarah kesenian Islam di Andalusia itu banyak ditemui arca-arca yang
indah dan tinggi nilai mutu seninya, bahkan perusahaan kerajinan negara di Cordova
membuat arca yang dibuat dari emas murni.
Selain itu seni lukis mulai
berkembang dan mendapat tempat dalam pertumbuhan kebudayaan Islam. Lukisan berwarna
yang amat besar dari Majelis Umara’, yaitu lukisan raja-raja Islam di Cordova
yang menghiasi plafon sebuah ruangAlhambra, cukup memenuhi syarat-syarat visual
dan geesteliyke elemen yang harus ada pada seni lukis. Latar belakang lukisan
yang sengaja dikosongkan, lebih menonjolkan obyek yang dilukiskan, begitu pula
masing-masing dilukiskan secara sederhana, bukan merupakan hasil idealisme yang
dilebih-lebihkan, tetapi hanya menurut kenyataan yang bisa
dipertanggungjawabkan baik mengenai proporsi, perspektif, warna dan gerak atau
teknik lukisan keseluruhannya.
Referensi:
C. Israr,
Sejarah Kesenian Islam 1
Bulan Bintang-Jakarta, 1978
Sabtu, 11
April 2015 – 22:46 WIN
Slamet Priyadi
di Kp. Pangarakan, Bogor
terimkasih..informsinya.
BalasHapusmf sebulumny, saya lagi butuh buku sejarah kesenian islam
bisa bantu saya, soalnya saya udah cari di gramedia nggak ada lagi buku nya, soalnya lagi butuh bget untuk tugas...kul.
atau info toko yg ada jual buku sejarah kesenian islam
trimaksh sebulumnya
terimaksh informasinya.
BalasHapusass, maaf sebelumnya, saya lagi butuh buku sejarah kesenian islam, karangan israr, saya sudah cari di gramedia bukunya gk ada lagi di terbitkan, saolnya lagi butuh sekali untk tugas kul, mau naya kira-kira saya bisa beli bukunya dimana ya?
terimaksih sebelumnya.