Guru SMAN 42 Jakarta Menulis
Jumat, 25 Desember 2015 - 02:12 WIB
Tanah Syria termasuk daerah yang kaya dan banyak
mempunyai sejarah. Tujuh abad lamanya
kerajaan Rumawi menguasai daerah ini dan merupakan salah satu sumber kekayaan
yang penting bagi kerajaan Rumawi itu. Sesudah
peperangan Yarmuk yang termasyhur tahun 636 M., maka terbukalah jalan bagi
tentara Islam untuk menguasai seluruh negeri Syria. Kota Anwah, Tadmur, Ba’labaka, Antakia,
Tabriah, Napolis, Sur, Yarusalem dan lain-lain satu demi satu jatuh ke tangan
Islam.
Di kota Yarusalem tentara Islam telah mendapat
perlawanan yang amat sengit. Setelah
empat bulan lamanya kota ini di kepung oleh tentara Islam barulah mereka
menyerah. Tetapi panglima Savironius
yang mempertahankan kota itu, mengajukan syarat, bahwa penyerahan kota
Yarusalem itu hendaklah diterima oleh khalifah sendiri. Oleh sebab itu khalifah Umar bin Khathab
berangkat dari Medinah menuju Yarusalem untuk menerima penyerahan kota
tersebut.
Di sana khalifah Umar bin khathab memperlihatkan
sifat pemurah dan pema’af Islam.
Khalifah telah menjamin keselamatan penduduk, melindungi harta benda
mereka hanya membayar jizyah menurut kesanggupan. Perlakuan orang Islam yang baik itu
menimbulkan perasaan saling mengerti.
Tahulah mereka bahwa cita-cita Islam itu amat murni dan suci.
Perasaan ukhuwah Islam yang lahir dari hati yang
lkhlas bersih, dengan tidak memandang harta dan kasta, hanya didasarkan kepada
taqwa semata; hal ini segera dapat diterima oleh penduduk Yarusalem, sehingga
pada waktu itu bukan sedikit jumlahnya orang Nasrani yang meninggalkan
agamanya, lalu memeluk agama Islam.
Tidak saja di Palestina, tetapi seluruh tanah Syria, kedatangan tentara
Islam disambut gembira, sehingga dengan demikian Syria itu akhirnya menjadi
negeri yang terpenting dalam dunia Islam.
Kota Yarusalem amat penting artinya bagi ummat
Islam, karena di sanalah berdirinya Masjidil-Aqsha yaitu masjid yang ketiga
sesudah Masjidil-Haram dan Masjid An-Nabi.
Dari sanalah iNabi Muhammad s.a.w.
mi’raj ke langit, bertemu dengan Tuhan Yang Maha Esa. Di sana pula tanah air dari Nabi ‘Isa
a.s. Rasul Tuhan yang mulia itu.
H a r a m
a s - S y a r i f
Haram as-Syarif itu ialah sebuah lapangan yang luas
ekali. Panjangnya kira-kira 500
meter. Di dalam lapangan yang luas ini
berdiri Mesjid Umar dan Mesjid Al-Aqsha dan beberapa buah bangunan suci
lainnya. Orang-orang yang bukan Islam dilarang menempuh Haram
As-Syarif itu. Lapangan ini dahulunya
sebuah bukit bernama bukit Moriah yang kemudian diratakan oleh Nabi Sulaiman
ketika ia hendak mendirikanrumah ‘ibadah.
Kemudian lapangan ini diperluas lagi oleh raja Herodos yang beragama
Yahudi, pada abad sebelum Masehi.
M e s j i d U m a r b i n K h a t h a b
Mesjid atau Jami’ Umar ini sebenarnya bukan sebuah mesjid, melainkan
sebuah bangunan yang luar biasa yang dimaksudkan sebagai monumen. Orang Arab menamakannya Qubba tus Sakhra’ dan
orang Barat menamakannya Dome of the Rock, yang berarti Kubbah Batu.
Meskipun bangunan ini dinamakan Mesjid Umar, tetapi
yang mendirikannya bukan khalifaf Umar bin Khathab, hanya sewaktu beliau datang
ke Yarusalem, ia telah menyatakan keinginannya untuk mendirikan sebuah mesjid
di lapangan Haram As-Syarif itu. Umar
bin Khathab wafat pada tahun 644 M. Sedangkan mesjid ini selesai didirikan pada
tahun 72 H. (691 M).
Tempat dimana Mesjid Umar didirikan, adalah tempat
yang banyak mengandung sejarah penting karena:
1.
Dibekas rumah ibadat yang didirikan oleh Nabi
Sulaiman a.s.
2.
Di sini bekas candi Yupiter yang disucikan oleh
orang Rumawi.
3.
Di sini kemudian tentara Salib mendirikan arca
Yesus Kristus.
Dan sekarang tempat yang bersejarah itu menjadi
tempat yang suci yang dimuliakan oleh seluruh ummat Islam. Bangunan asal dari mesjid Umar itu, adalah
menurut wujud cipta Byzantium.
Dikerjakan oleh arsitek dan pekerja-pekerja yang didatangkan dari kerajaan
Rumawi, karena pada abad pertama sesudah hijrah itu orang Islam belum banyak
yang ahli dalam seni bangun.
Akan tetapi raja-raja Islam berikutnya, selalu
berupaya memperbaiki dan memperindah Mesjid Umar itu, sehingga pada beberapa
abad kemudian dalam bangunan ini terlihatlah persenyawaan antara wujud cipta
byzantium, Arab dan Persi.
Bentuk denah mesjid ini segi delapan dan mempunyai
empat buah gapura yang menghadap ke setiap penjuru. Di tengah-tengah sekali terdapat sebuah
skhra’(batu) yang besar, panjangnya 17 meter dan tingginya 2 meter. Batu ini merupakan puncak dari bukit Moriah.
Diceritakan bahwa pada sakhra’ inilah Nabi Daud dan
Nabi Sulaiman melakukan penyembelihan korban dan dari sana pula Nabi Muhammad
s.a.w. naik ke langit pada malam mi’rajnya. Setelah perang Salib, sakhra’ tersebut
dipagar dengan terali besi.
Mesjid Umar memiliki sebuah kubbah yang besar.
Pada trommel yang di bawah Kubbah itu dituliskan ayat-ayat Al Qur-an
yang berhubungan dengan Nabi Isa a.s.
Ayat Al Qur-an ditulis dengan huruf Koufi yang serba keemasan. Kubbah ini diperbaharui pada tahun 1882
M. Yaitu pada zman memuncaknya kesenian
Islam.
Baik kubbah atau dinding luarnya, dihiasi dengan
kaca dan batu permata yang berwarna-warna, gemerlapan ditimpa cahaya matahari,
amat menakjubkan dan luar biasa sekali keindahannya. Sehingga ketika tentara Salib memasuki kota
ini, mereka menyangka bahwa inilah candi yang didirikan oleh Nabi Suliman yang
kaya raya itu.
hiasan dalam mesjid ini begitu ramai, penuh dengan
ukiran yang halus, mozaik dan lain-lain.
Tiangnya terbuat dari batu pualam mempunyai kapitel berbagai rupa yang
berasal dari bangunan-bangunan Rumawi lama.
Di hadapan Mesjid Umar berdiri sebuah mimbar yang
terbuat dari batu pualam putih, dilindungi oleh sebuah kupel yang berbentuk
telapak kuda. Mimbar ini didirikan pada
abad ke-15 dinamakan mimbar Umar. selain
itu pada lapangan Haram as-Syarif terdapat kupel lainnya yang dinamakan Qubbah
Silsilah atau Mahkamah Daud. Menurut
sejarah, di sanalah bekas mahkamah (pengadilan) Nabi Daud a.s.
M e s j i d
a l - A q s h a
Mesjid ini berasal dari sebuah gereja Nasrani yang
didirikan oleh kaisar Yustinian pada tahun 570 M. (Christopher Lumby). Pada masa Khalifah Umar bin Khathab, gereja
ini dijadikan mesjid. Dalam abad ke-8
Mesjid al-Aqsha itu runtuh karena gempa bumi, lalu diperbaharui dan selesai
pada tahun 785 M. Sekian lama mesjid ini
jatuh ke tangan orang Kristen, namun pada tahun 583 H. (1187 h.) Sultan
Salahuddin Al-Ayubi telah berhasil mengambilnya kembali.
Mihrab mesjid ini dihiasi dengan mozaik, di sana
tertulis bahwa mihrab yang indah itu dibuat oleh Sultan Salahuddin sendiri pada
tahun 583 H. (1187 M.). jendela kaca
yang ada di sebelah atas mihrab ini dibuat dalam abad ke-16. Mimbarnya penuh dengan ukiran-ukiran yang
dibuat pada tahun 564 H. (1168 M.).
Mesjid al-Aqsha ini mempunyai memiliki dua buah
sayap yang masing-masing mempunyai mihrab. Yang satu dinamakan Mihrab Umar.
Mengapa demikian? Itu karena dahulu Khalifah Umar bin Khathab pernah sembahyang
di tempat itu. Mihrab Umar ini di sisi
atasnya berbentuk melengkung setengah lingkaran dan pada kedua sisinya terdapat
tiang kembar spiral terbuat dari pualam.
Mihrab yang satu lagi dinamakan Mihrab Zakaria. (SP)
Pustaka:
C. Israr,
Sejarah Kesenian Islam 1. Bulan Bintang
- Jakarta 1978
Ki Slamet 42 di Bumi
Pangarakan, Bogor – Kamis, 24 Desember 2015 – 23:38 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar