Slamet Priyadi Blog│Senin, 24 Juni
2013│21:05 WIB
Slamet Priyadi SMA Negeri 42 |
Dalam berbagai kesempatan saat saya dan teman-teman
santai minum kopi di kantin samping Rumah sakit Halim, saya acapkali
berbincang-bincang tentang berbagai hal. Sekali waktu kami bahas juga tentang
prestasi akademik siswa SMA Negeri 42 yang masih tertinggal dengan
sekolah lain seperti SMAN 48, SMAN 81 dan yang lain. Dalam kesempatan diskusi tersebut saya lontarkan
pertanyaan sebagai berikut, “Apakah sekolah memiliki pengaruh besar terhadap
prestasi belajar siswa?”, “Mengapa sampai sekarang prestasi akademik siswa SMA
Negeri 42 masih tertinggal dengan sekolah lain yang notabene lebih muda
usianya dibanding SMA Negeri 42?”. Rupanya
beberapa pertanyaan tersebut cukup menggelitik dan membuat berkerut kening
teman-teman oleh karena
jawabannya memang membutuhkan suatu analisa
secara pedagogis serta pemikiran yang
referensional (berdasar keilmuan).
Jawaban klise terucap dari teman-teman, “Ya
tentu, dong! Soalnya perekrutan siswa kelas X pada awalnya memang sudah bukan
siswa-siswa yang pilihan, dalam arti siswa-siswa yang masuk mendaftar ke SMAN
42 bukan pilihan pertama akan tetapi pilihan ke dua yang secara intelektual relative
rendah”. Dengan Input dan kualitas siswa yang demikian tentu saja wajar
apabila outputnya pun juga rendah.
Jika dipikir, jawaban tersebut memang ada benarnya juga. Akan tetapi jika
demikian adanya, hal tersebut
tentu justru
menggambarkan kegagalan kita sebagai guru dan sekolah, komponen sekolah beserta
fasilitas dan sarana sekolah sebagai institusi pendidikan yang selama ini
tempat kita mengabdi, dan bekerja selaku tenaga pendidik. Jelasnya jawaban
tersebut seakan-akan menunjukkan kepada kita bahwa SMA Negeri 42 selaku institusi
pendidikan tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap performa
akademik siswa.
Apabila kita umpamakan dengan sebuah industri yang
memproduksi barang tertentu, jika kualitas bahan bakunya rendah tentu hasil produksinya
juga rendah. Dengan demikian di sini jalannya proses produksi menjadi tidak
berarti dan mubazir. Padahal prinsip ekonomi mengatakan, “Mendapatkan untung
sebesar-besarnya dengan capital yang sekecil-kecilnya”. Mengacu pada
prinsip ekonomi tersebut, seharusnya langkah yang dilakukan adalah bagaimana
caranya memaksimalkan suatu produksi dengan modal yang kecil dan bahan baku
yang murah, dapat menghasilkan produksi yang baik dan berkualitas sehingga bisa
dijual dengan harga yang tinggi atau mahal.
Pandangan yang menyatakan penyebab rendahnya
kualitas siswa (prestasi akademik siswa) karena “input” yang rendah, saya pikir
tidak tepat karena itu berarti proses pembelajaran (schooling) yang dilakukan
oleh SMAN 42 sama sekali tidak berarti karena tidak memberikan nilai tambah
pada diri siswa. Kalaupun ada siswa yang berprestasi menggembirakan,
semata-mata itu karena kemampuan dirinya yang memang sudah ada sebelumnya hasil
dari didikan dan binaan orang tua atau pada sekolah sebelumnya.
Pandangan tersebut di atas seyogyannya tidak
dijadikan pegangan untuk langkah ke depan. Untuk itu mulai dari sekarang kita
para guru dan seluruh komponen sekolah harus bersatu padu bertekad satu
untuk memajukan dan meningkatkan prestasi akademik siswa SMAN 42 dengan bekerja
keras, aktif inovatif, kreatif, efektif dan selalu tampil dalam suasana yang
menyenangkan sehingga siswa di kelas dapat menerima pelajaran tanpa harus takut
dan tegang.
Berkait dengan hal tersebut beberapa hasil
penelitian tentang sekolah yang efektif (effectiveness school) membuktikan
bahwa tingkat kecerdasan atau prestasi belajar siswa sangat ditentukan
oleh lingkungan belajar (learning environment) siswa di sekolah. Oleh karena
itu utamanya adalah bagaimana kita menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasana
pembelajaran yang aktif, apresiatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
agar setiap siswa mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Semakin kondusif
dan efektif lingkungan belajar sekolah maka semakin besar pula kesempatan siswa
untuk meningkat prestasinya.
Dengan demikian, utamanya kita tidak lagi berdalih
mempermasalahkan kualitas input yang diterima sekolah, akan tetapi bagaimana
kita memfokuskan pada strategi, model, dan pendekatan serta metode-metode
apa yang efektif untuk meningkatkan kemampuan dan pretasi akademik siswa.
Kualitas input yang rendah lebih baik kita jadikan sebagai pemicu semangat
dalam rangka untuk membuktikan kepada masyarakat, bangsa dan Negara bahwa
lembaga pendidikan khususnya SMA Negeri 42 mampu memberikan nilai tambah (value
added) bagi siswa semua. JAYALAH, JAYALAH SMA Negeri 42!
Referensi:
Pembelajaran yang
efektif-Jamaludin, M.Ed)
Penulis:
Slamet Priyadi
di Pangarakan, Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar