Minggu, 25 Januari 2015

S.PRIYADI: "MUSIK TRADISIONAL DAERAH JAWA BARAT"


Musik Tradisional Badeng dari Malangbong ( Foto:SP)
Musik Badeng dari Malangbong, Kabupaten Garut

GURU SMAN 42 JAKARTA MENULIS - Senin, 26 Januari 2015 - 09:48 WIB -

JAWA BARAT memiliki bermacam ragam kesenian daerah yang dapat dikelompokkan ke dalam 6 jenis kesenian yaitu: — Seni musik/karawitan Seni rupa Seni tari Seni teaterSeni sastra — Seni permainan.

1.    MUSIK ANGKLUNG
      Angklung adalah instrumen musik yang terbuat dari batang pohon bambu yang memang banyak tumbuh di Indonesia tak terutama daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Kapankah angklung mulai diciptakan orang di Jawa Barat? Belum ada temuan yang bisa dijadikan acuan,  karena angklung sudah dikenal akrab  masyarakat  daerah Jawa Barat.  Bahkan angklung hingga sekarang menjadi suatu jenis kesenian yang sangat populer, merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam mengiringi beberapa jenis upacara seperti upacara upacara turun bumi, seren taun, panen padi dan sebagainya.  Dalam acara pesta keluarga atau warga, dan pesta hari-hari besar, kesenian angklung menjadi bagian yang tak terpisahkan.

Kesenian angklung terutama kesenian angklung tradisional bisa dimainkan oleh 4 orang yang disertai 4 buah dogdog. Permainan musik angklung yang demikian disebut “Buncis” atau “Badud”  atau “Dogdog Lojor”.  instrumen kesenian angklung tradisional semacam tabung bambunya terdiri atas dua atau tiga tabung bambu yang berskala nada pentatonis (daerah), oleh karena itu dikenal dengan sebutan angklung pentatonis. Jenis kesenian angklung yang sudah umum dikenal masyarakat khususnya masyarakat daerah Jawa Barat adalah:

a.    Angklung Diatonis.
    Seorang guru HIS dari daerah Kuningan, Jawa Barat yang bernama, Daeng Sutisna pada tahun 1938 menciptakan angklung yang berskala diatonis yang mampu memainkan lagu-lagu bernada diatonis secara instrumental maupun iringan vokal dengan memainkan secara beregu.  Angklung diatonis sekarang lebih dikenal dengan sebutan “Angklung Padaeng”. 

Daeng Sutisna pertama kali memperkenalkan angklung ciptaannya dengan memainkan di depan anak-anak asuhnya yang menjadi pramuka (pandu), dan ternyata anak-anak asuhannya itu sangat menyukai permainan angklung Pak Daeng terutama pada bunyi suara angklung yang begitu unik, riang dan terdengar semarak sesuai dengan alam kejiwaan anak-anak, lugu, riang penuh canda ria dan suasana kegembiraan, sehingga angklung “padaeng” ini menjadi media dan sarana yang tak terpisahkan salam setiap aktifitas kehidupan kelompok pramukanya, khususnya pada setiap acara-acara perkemahan.  Lambat-laun angklung padaeng di samping berfungsi untuk hiburan juga sebagai media pembentukan karakter seperti; memupuk sikap kebersamaan, kerja sama, disiplin, tanggung jawab, teliti, cermat, sabar, rajin belajar, rajin berlatih, terampil dan tekun berdoa kepada Tuhan.

Angklung diatonis ( angklung padaeng) yang diciptakan Daeng Sutisna ini semakin menyebar dan dikenal ke seluruh daerah Jawa Barat dan daerah-daerah lain di luar Jawa Barat bahkan ke seluruh Nusantara bahkan pula sampai ke mancanegara. Berkat kreasi, inovasi dan dedikasinya jasa-jasanya dalam mengembangkan dan memajukan dunia pendidikan lewat karyanya itu Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memutuskan bahwa angklung Padaeng dinyatakan sebagai salah satu media pendidikan khususnya dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/Kemendiknas.

b.    Angklung Bungko
     Angklung Bungko merupakan jenis angklung tradisional khas daerah Bungko daerah Jatiwangi, Kabupaten Cirebon.  Fungsi angklung ini adalah sebagai pengiring atau pelengkap upacara tradisional “Mapag Sri”. Dalam upacara tersebut setiap keluarga diwajibkan membawa “Tumpeng” ke bale desa.  Setelah sellesai membaca doa bersama, Pamongdesa, Lebe dan Kabayan memotong “congkot” atau buceng (ujung tumpeng), lalu tumpeng tersebut dibawa lagi oleh sang empunya masing-masing.  Waditra atau instrumen yang dipakai dalam kesenian angklung Bungko adalah: 1). Tiga buah angklung, 2). Kendang besar, 3). Gong dan Kempul, 4). Ketuk. Sejenis angklung tradisional Bungko yang banyak terdapat di daerah Pandeglang dan Leuwiliang, Bogor  adalah angklung gubrag.  Permainan angklung gubrag dilengkapi dengan dengan dogdoglojor.
2.    MUSIK BADENG
      Kesenian Badeng umumnya terdapat di daerah Malangbong, Kabupaten Garut.  Instrumen musik yang dipakai dalam kesenian ini antara lain angklung pentatonis yang dilengkapi dengan dogdoglojor. Para pemain kesenian Badeng semua ikut bernyanyi dan menari sambil memainkan angklung dan dogdoglojor yang dipegangnya.  Pemain kesenian Badeng ini pada umumnya adalah orang-orang tua terdiri atas enam sampai sepuluh orang.

3.    MUSIK BELUK
      Kesenian Beluk merupakan salah satu jenis kesenian vokal yang sampai sekarang masih populer di daerah Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Banten, Banjaran (Bandung), dan daerah lainnya.  Seni vokal  Beluk dimainkan dengan cara duduk sambil zikiran.  Diawali dengan suara rendah yang makin lama semakin meninggi, dan diakhiri dengan suara keras melengking (beluk) oleh salah seorang yang hadir, sedang yang lainnya tetap dengan suara rendah. 
 
4.    MUSIK CALUNG
     Calung merupakan salah satu jenis kesenian daerah Jawa Barat yang instrumennya (waditra/alat) terbuat dari bambu.  Pada awalnya calung dimainkan oleh muda-mudi yang sedang menunggu dan menghalau burung-burung yang mengganggu memakan padi di sawah dengan menggunakan “kokoprak atau “pancurendang”,  sedangkan calung dipergunakan di saat senggang sebagai hiburan bersenang-senang yang diekspreskan melalui lagu-lagu.  Konon kata calung berasal dari kata “caca cici tingkurulung” (suara bambu yang dipukul).  Di Jawa Barat ada beberapa jenis calung yang sudah sangat dikenal akrab  dan sering dimainkan antara lain:

a.    Calung Renteng
      yaitu calung yang bumbungnya memakai lubang di sebelah kiri dan kanan.  Pada lubang itu dimasukkan tali sehingga bumbungnya tersusun menurut susunan nada-nadanya.  Jika akan ditabuh ujung tali yang bersamaan diikatkan pada pohon, sedang ujung-ujung yang lainnya diikatkan pada pinggang.  Dimainkan oleh pemain seperti menabuh gambang.

b.    Calung Jingjing
      Calung dengan bentuk yang berbeda, lubang bumbungnya hanya terdapat di bagian atas yang ditusuk dengan bambu.  Jika akan dimainkan tangan kiri memegang bambu penusuk dengan cara ditenteng atau dijinjing.  Seperangkat calung jingjing terdiri atas 4 buah runtuy/susun. Nada calung jingjing lebih lengkap sehingga dapat mengiringi lagu-lagu kresi baru.

c.     Calung Buhun
      Bentuk Calung Buhun mirip dengan calung renteng hanya lagu-lagu yang dibawakan biasanya lagu-lagu yang sudah buhun (lama).  Calung Buhun masih terdapat di beberapa daerah Sagaranten, Sirnaresmi, Cisewu, Cibitung, Cisolok dan daerah lainnya.  Adapun lagu-lagu yang biasa dimainkan calung buhun antara lain; buncis, rangray, lutung loncat, cimplung, kembang beureum, dan sebagainya.  Calung buhun umumnya dimainkan oleh 4 sampai 6 orang.

5.    MUSIK DEGUNG
    Merupakan kesenian khas daerah Jawa Barat/Pasundan.  Kesenian Degung iasa dipakai dalam perayaan-perayaan seperti khitanan, perkawinan, menjemput tamu terhormat, dan sebagainya.  Pada awalnya instrumen Degung hanya beberapa saja seperti; bonang, jenglong, panerus dan gong.  Berkat kreasi dan upaya para ahli seni degung maka instrumen degung dilengkapi dengan suling dan kendang.  Degung yang awalnya berupa musik instrumental pada tahun 1964 dilengkapi dengan juru kawih/juru sekar sehingga lebih meriah.  Adapun vokal yang dinyanyikan dalam degung bisa berupa angganasekar/solo bisa juga secara rampaksekar.

Dari segi kwantitas, penyebaran seni degung cukup pesat. Dari aspek ekonomi, hal ini sangat menguntungkan bagi pengrajin instrumen gamelan maupun bagi penabuh atau seniman degung.  Penyebaran seni degung telah merasuk ke seluruh wilayah Jawa Barat.  Tembang-tembang yang dinyanyikan dan diperdengarkan dalam seni degung digolongkan ke dalam degung klasik seperti: Beberlayar, Bimamobos, Lalayaran, Galatik manggut, Mengari, Karangmantri, dan sebagainya.

Lain daripada itu ada juga lagu-lagu ciptaan baru seperti:  Lambang Parahyangan, Purbasasaka, Lengsermidang dan sebagainya.  Berkat upaya keras dan jasa-jasa E. Tjarmedi, para pakar dan seniman degung maka kesenian degung sampai kini masih tetap digemari masyarakat khususnya masyarakat daerah Jawa Barat.

6.    MUSIK GEMBYUNG
      Gemyung adalah kesenian terbang yang dikombinasi dengan instrumen ketuk tilu antara lain: 4 buah terbang, kendang, kulanter, gong, kempul dan rebab.  Kesenian Gembyung ini terdapat di daerah Dukuh (Linggajati-Kuningan), Caracas (Panawuan-Kuningan), Banten dan Sumedang.  Kesenian Gembyung Sumedang instrumen musiknya terdiri atas: 5 buah Gembyung/terbang besar, kendang, gong bambu. Perkembangan seni Gembyung menjadi Bangreng merupakan singkatan dari nama  alat musik terbang dan ronggeng.  Pentas seni Gembyung bisa digelar di serambi rumah, bale desa, halaman rumah.  Umumnya pergelaran seni Gembyung dalam rangka pengisi hiburan pada acara-acara seperti khitanan, pesta perkawinan dan acara hari-hari besar dan sebagainya.

7.    MUSIK GONG RENTENG
     Gong renteng  dinamakan juga degung renteng atau gamelan Renteng.  Seni degung ini dimainkan sebagai gending-gending penghormatan upacara ritual tradisi seperti gong renteng yang ada di Cirebon.  Instrumen yang dipakai dalam musik gong renteng: Bonang “Cecempres”, Jenglong, Kendang, Beri”, gong renteng, gangsa, Gending-gending ata lagu-lagu yang biasa diperdengarkan di antaranya adalah Balebandung, Papalayon, Pangkur, Sisirganda. Sampai sekarang musik gong renteng sampai sekarang masih dimainkan terutama di daerah Gurudag (Banten), Cikebo (Tanjungsari-Sumedang), Cileunyi (Bandung), Cigugur (Kuningan), Banjaran (Bandung) dan daerah lainnya.

8.    MUSIK MAWALAN
      Mawalan adalah kesenian Rebana yang biasanya membawakan lagu-lagu bersyair keagamaan dengan lirik berbahasa Arab seperti kesenian musik Gambus. Lagu-lagu yang biasa dibawakan adalah lagu Sikkah, Dukah, Saeni Husaen, dan sebagainya.  Instrumen pengiring seni Mawalan terdiri atas 3 atau 4 buah terbang (ketimpring).  Cara memainkannya, sepuluh atau lima belas pemain duduk bersila secara berkeliling, dua orang selaku pemimpin memberi aba-aba kepada para pemain yang lain, lalu sang pemimpin tadi menyanyikan sebuah lagu, sedang yang lainnya mengikutinya bersama-sama.  Kesenian Mawalan sampai sekarang masih terdapat di daerah Cianjur, Serang, Tasikmalaya, Ciamis, dan sebagainya.

9.    MUSIK RENGKONG
     Rengkong jenis kesenian musik tradisional yang biasa dimainkan oleh rakyat untuk memeriahkan upacara ngakut (mengangkut padi) dari sawah ke lumbung.  Untuk melakukan ngakut tersebut dengan menggunakan pemikul yang disebut “angguk”  yang terbuat dari sepotong bambu yang ujungnya dibuat lekukan-lekukan melingkar yang fungsinya untuk meletakkan tali pemikul.  Jika orang yang memikul berjalan atau bergerak maka akan terjadi pergeseran antara lekukan angguk dengan tali sehingga akan menimbulkan suara atau bunyi.  Seni musik tradisional Rengkong selain untuk upacara ngakut juga dimainkan dalam acara khitanan, perkawinan atau perayaan hari besar.  Adapun instrumen lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap dalam kesenian Rengkong adalah “hatong”.  Hatong ada bermacam-macaan antara lain, Hatong ijon/Honghong yang dibuat dari satu ruas bambu, Hatong Sekarat dibuat dari dua ruas bambu, dan Hatong Pangajak yang dibuat dari tiga ruas bambu.  Seni Rengkong terdapat di daerah, Rancakalong-Sumedang, Ciamis, Tasikmalaya, Ujungberung, dan daerah lainnya.

10.  MUSIK TARAWANGSA
       Musik Tarawangsa disebut juga musik Ngekngek sejenis musik tradisional yang biasa dimainkan untuk mengiringi tarian khusus bersifat sakral.   Dalam permainan musik ini dilengkapi dengan  Jentreng  sejenis  instrumen  musik  kecapi.  Tarawangsa dan Jentreng masih terdapat didaerah Rancakalong-Sumedang.  Meskipun masyarakat Rancakalong sudah memeluk agama Islam tetapi masih belum membuang sepenuhnya kebiasaan-kebiasaan lama warisan nenek moyangnya, terutama dalam tata cara  perlakuan untuk menghormati padi. Seni musik Tarawangsa dimainkan setelah selesai mengangkut padi ke lumbung desa.  Dimainkan pada malam harinya, dengan penuh kegembiraan sebagai rasa syukur dan rasa terimakasih terhadap Dewi Sri yang telah memberi berkah panen padi yang begitu besar dan berlimpah.  Musik Tarawangsa dimainkan sebagai pengiring tarian dengan lagu-lagu pokok antara lain, Pangapungan, Panganginan, Pamapag, Panimang, Lalayaran, Bangbalikan.  Musik Tarawangsa bisa dimainkan dalam laras Pelog maupun Salendro.  Adapun cara memainksn instrumen Tarawangsa sama halnya memainkan instrumen musik Rebab yakni dengan cara digesek hanya penekanan jari pada string /kawat yang berlainan.  Fungsi tarawangsa sama dengan Rebab yakni berfungsi sebagai pembawa melodi lagu (murdalagu), dan sebagai anggeran wiletan, sedangkan penekanan string kawat yang kedua adalah sebagai Kenong dan Gong.  Musik Tarawangsa terdapat juga di daerah Banten (Baduy) dan Banjaran (Bandung), meskipun dalam fungsinya agak berlainan.

11.   MUSIK TARLING
        Tarling jenis musik orkes yang instrumennya terdiri atas dua buah gitar dan suling.  Nama Tarling sendiri merupakan singkatan dari kedua nama instrumen tersebut, gitar dan suling.  Di samping gitar dan suling dilengkapi dengan; Kendang, Gong, Saron, Kenong, Gender dan Ketuk.  Lagu-lagu yang dibawakan dalam musik Tarling biasanya berlaras pelog atau diatonis.  Tarling juga sering dimainkan untuk mengiringi pentas cerita lakon yang biasanya tentang babad Cirebon atau cerita-cerita rakyat. 

12.     MUSIK TEMBANG SUNDA
        Tembang Sunda atau Mamaos sejenis seni suara (vokal) yang berirama bebas.  Waditra atau instrumen pengiring Tembang Sunda adalah; satu buah instrumen kecapi indung/perahu/gelung, satu buah kecapi incik dan suling.  Syair-syair untuk Tembang Sunda biasanya berupa pupuh seperti: Kinanti, Sinom, Asmarandana, Dandanggula, dan sebagainya.  Sampai kini Tembang Sunda masih banyak penggemarnya terutama orang tua dan para kaum priyayi hampir di seluruh Jawa Barat.

Pustaka :
Proyek Sasana Budaya – Direktorat Jenderal Kebudayaan – Depdikbud Jakarta 1977/78.
“Petunjuk Wisata Budaya Jawa Barat”

Senin, 26 Januari 2015 – 09: WIB
Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan, Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar