Musik Badeng dari Malangbong, Kabupaten Garut |
GURU SMAN 42 JAKARTA MENULIS - Senin, 26 Januari 2015 - 09:48 WIB -
JAWA BARAT memiliki bermacam ragam kesenian daerah
yang dapat dikelompokkan ke dalam 6 jenis kesenian yaitu: — Seni musik/karawitan — Seni rupa — Seni tari — Seni teater —
Seni sastra — Seni permainan.
1. MUSIK ANGKLUNG
Angklung adalah instrumen musik yang terbuat dari
batang pohon bambu yang memang banyak tumbuh di Indonesia tak terutama daerah
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Kapankah angklung mulai
diciptakan orang di Jawa Barat? Belum ada temuan yang bisa dijadikan acuan,
karena angklung sudah dikenal akrab masyarakat daerah Jawa Barat. Bahkan angklung hingga sekarang menjadi suatu
jenis kesenian yang sangat populer, merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
mengiringi beberapa jenis upacara seperti upacara upacara turun bumi, seren
taun, panen padi dan sebagainya. Dalam
acara pesta keluarga atau warga, dan pesta hari-hari besar, kesenian angklung
menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Kesenian angklung terutama kesenian angklung
tradisional bisa dimainkan oleh 4 orang yang disertai 4 buah dogdog. Permainan
musik angklung yang demikian disebut “Buncis”
atau “Badud” atau “Dogdog
Lojor”. instrumen kesenian angklung
tradisional semacam tabung bambunya terdiri atas dua atau tiga tabung bambu
yang berskala nada pentatonis (daerah), oleh karena itu dikenal dengan sebutan
angklung pentatonis. Jenis kesenian angklung yang sudah umum dikenal masyarakat
khususnya masyarakat daerah Jawa Barat adalah:
a.
Angklung
Diatonis.
Seorang guru HIS dari daerah Kuningan, Jawa Barat yang
bernama, Daeng Sutisna pada tahun 1938 menciptakan angklung yang berskala
diatonis yang mampu memainkan lagu-lagu bernada diatonis secara instrumental
maupun iringan vokal dengan memainkan secara beregu. Angklung diatonis sekarang lebih dikenal
dengan sebutan “Angklung Padaeng”.
Daeng Sutisna pertama kali memperkenalkan angklung
ciptaannya dengan memainkan di depan
anak-anak asuhnya yang menjadi pramuka (pandu), dan ternyata anak-anak
asuhannya itu sangat menyukai permainan angklung Pak Daeng terutama pada bunyi
suara angklung yang begitu unik, riang dan terdengar semarak sesuai dengan alam
kejiwaan anak-anak, lugu, riang penuh canda ria dan suasana kegembiraan,
sehingga angklung “padaeng” ini
menjadi media dan sarana yang tak terpisahkan salam setiap aktifitas kehidupan
kelompok pramukanya, khususnya pada setiap acara-acara perkemahan. Lambat-laun angklung padaeng di
samping berfungsi untuk hiburan juga sebagai media pembentukan karakter
seperti; memupuk sikap kebersamaan, kerja sama, disiplin, tanggung jawab,
teliti, cermat, sabar, rajin belajar, rajin berlatih, terampil dan tekun berdoa
kepada Tuhan.
Angklung diatonis ( angklung padaeng) yang diciptakan Daeng Sutisna ini semakin
menyebar dan dikenal ke seluruh daerah Jawa Barat dan daerah-daerah lain di
luar Jawa Barat bahkan ke seluruh Nusantara bahkan pula sampai ke mancanegara.
Berkat kreasi, inovasi dan dedikasinya jasa-jasanya dalam mengembangkan dan
memajukan dunia pendidikan lewat karyanya itu Pemerintah, dalam hal ini
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memutuskan bahwa angklung
Padaeng dinyatakan sebagai salah satu media pendidikan khususnya dalam
lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/Kemendiknas.
b.
Angklung
Bungko
Angklung Bungko merupakan jenis angklung tradisional
khas daerah Bungko daerah Jatiwangi, Kabupaten Cirebon. Fungsi angklung ini adalah sebagai pengiring
atau pelengkap upacara tradisional “Mapag Sri”. Dalam upacara tersebut setiap
keluarga diwajibkan membawa “Tumpeng” ke bale desa. Setelah sellesai membaca doa bersama,
Pamongdesa, Lebe dan Kabayan memotong “congkot” atau buceng (ujung tumpeng),
lalu tumpeng tersebut dibawa lagi oleh sang empunya masing-masing. Waditra atau instrumen yang dipakai dalam kesenian
angklung Bungko adalah: 1). Tiga buah
angklung, 2). Kendang besar, 3). Gong dan Kempul, 4). Ketuk. Sejenis
angklung tradisional Bungko yang banyak terdapat di daerah Pandeglang dan
Leuwiliang, Bogor adalah angklung gubrag. Permainan angklung gubrag dilengkapi
dengan dengan dogdoglojor.
2. MUSIK BADENG
Kesenian Badeng umumnya terdapat di daerah Malangbong,
Kabupaten Garut. Instrumen musik yang
dipakai dalam kesenian ini antara lain angklung pentatonis yang dilengkapi
dengan dogdoglojor. Para pemain kesenian Badeng semua ikut bernyanyi dan menari
sambil memainkan angklung dan dogdoglojor yang dipegangnya. Pemain kesenian Badeng ini pada umumnya
adalah orang-orang tua terdiri atas enam sampai sepuluh orang.
3. MUSIK BELUK
Kesenian Beluk merupakan salah satu jenis kesenian
vokal yang sampai sekarang masih populer di daerah Rancakalong, Kabupaten
Sumedang, Banten, Banjaran (Bandung), dan daerah lainnya. Seni vokal
Beluk dimainkan dengan cara duduk sambil zikiran. Diawali dengan suara rendah yang makin lama
semakin meninggi, dan diakhiri dengan suara keras melengking (beluk) oleh salah
seorang yang hadir, sedang yang lainnya tetap dengan suara rendah.
4. MUSIK CALUNG
Calung merupakan salah satu jenis kesenian daerah Jawa
Barat yang instrumennya (waditra/alat) terbuat dari bambu. Pada awalnya calung dimainkan oleh muda-mudi
yang sedang menunggu dan menghalau burung-burung yang mengganggu memakan padi di
sawah dengan menggunakan “kokoprak
atau “pancurendang”, sedangkan calung dipergunakan di saat
senggang sebagai hiburan bersenang-senang yang diekspreskan melalui
lagu-lagu. Konon kata calung berasal
dari kata “caca cici tingkurulung” (suara bambu yang dipukul). Di Jawa Barat ada beberapa jenis calung yang
sudah sangat dikenal akrab dan sering
dimainkan antara lain:
a.
Calung Renteng
yaitu calung yang bumbungnya memakai lubang di sebelah
kiri dan kanan. Pada lubang itu
dimasukkan tali sehingga bumbungnya tersusun menurut susunan nada-nadanya. Jika akan ditabuh ujung tali yang bersamaan
diikatkan pada pohon, sedang ujung-ujung yang lainnya diikatkan pada
pinggang. Dimainkan oleh pemain seperti
menabuh gambang.
b.
Calung
Jingjing
Calung dengan bentuk yang berbeda, lubang bumbungnya
hanya terdapat di bagian atas yang ditusuk dengan bambu. Jika akan dimainkan tangan kiri memegang
bambu penusuk dengan cara ditenteng atau dijinjing. Seperangkat calung jingjing terdiri atas 4
buah runtuy/susun. Nada calung jingjing lebih lengkap sehingga dapat mengiringi
lagu-lagu kresi baru.
c.
Calung Buhun
Bentuk Calung Buhun mirip dengan calung renteng hanya
lagu-lagu yang dibawakan biasanya lagu-lagu yang sudah buhun (lama). Calung Buhun
masih terdapat di beberapa daerah Sagaranten,
Sirnaresmi, Cisewu, Cibitung, Cisolok dan daerah lainnya. Adapun lagu-lagu yang biasa dimainkan calung
buhun antara lain; buncis, rangray,
lutung loncat, cimplung, kembang beureum, dan sebagainya. Calung buhun umumnya dimainkan oleh 4 sampai
6 orang.
5. MUSIK DEGUNG
Merupakan kesenian khas daerah Jawa
Barat/Pasundan. Kesenian Degung iasa
dipakai dalam perayaan-perayaan seperti khitanan, perkawinan, menjemput tamu
terhormat, dan sebagainya. Pada awalnya
instrumen Degung hanya beberapa saja seperti; bonang, jenglong, panerus dan gong. Berkat kreasi dan upaya para ahli seni
degung maka instrumen degung dilengkapi dengan suling dan kendang. Degung yang awalnya berupa musik instrumental
pada tahun 1964 dilengkapi dengan juru kawih/juru sekar sehingga lebih
meriah. Adapun vokal yang dinyanyikan
dalam degung bisa berupa angganasekar/solo bisa juga secara rampaksekar.
Dari segi kwantitas, penyebaran seni degung cukup
pesat. Dari aspek ekonomi, hal ini sangat menguntungkan bagi pengrajin
instrumen gamelan maupun bagi penabuh atau seniman degung. Penyebaran seni degung telah merasuk ke
seluruh wilayah Jawa Barat.
Tembang-tembang yang dinyanyikan dan diperdengarkan dalam seni degung
digolongkan ke dalam degung klasik seperti: Beberlayar,
Bimamobos, Lalayaran, Galatik manggut, Mengari, Karangmantri, dan
sebagainya.
Lain daripada itu ada juga lagu-lagu ciptaan baru
seperti: Lambang Parahyangan,
Purbasasaka, Lengsermidang dan sebagainya.
Berkat upaya keras dan jasa-jasa E. Tjarmedi, para pakar dan seniman
degung maka kesenian degung sampai kini masih tetap digemari masyarakat
khususnya masyarakat daerah Jawa Barat.
6. MUSIK
GEMBYUNG
Gemyung adalah kesenian terbang yang dikombinasi
dengan instrumen ketuk tilu antara lain: 4 buah terbang, kendang, kulanter,
gong, kempul dan rebab. Kesenian
Gembyung ini terdapat di daerah Dukuh (Linggajati-Kuningan), Caracas
(Panawuan-Kuningan), Banten dan Sumedang.
Kesenian Gembyung Sumedang instrumen musiknya terdiri atas: 5 buah
Gembyung/terbang besar, kendang, gong bambu. Perkembangan seni Gembyung menjadi
Bangreng merupakan singkatan dari nama
alat musik terbang dan ronggeng.
Pentas seni Gembyung bisa digelar di serambi rumah, bale desa, halaman
rumah. Umumnya pergelaran seni Gembyung
dalam rangka pengisi hiburan pada acara-acara seperti khitanan, pesta
perkawinan dan acara hari-hari besar dan sebagainya.
7. MUSIK GONG
RENTENG
Gong renteng
dinamakan juga degung renteng atau gamelan Renteng. Seni degung ini dimainkan sebagai
gending-gending penghormatan upacara ritual tradisi seperti gong renteng yang
ada di Cirebon. Instrumen yang dipakai
dalam musik gong renteng: Bonang “Cecempres”, Jenglong, Kendang, Beri”, gong
renteng, gangsa, Gending-gending ata lagu-lagu yang biasa diperdengarkan di
antaranya adalah Balebandung, Papalayon, Pangkur, Sisirganda. Sampai sekarang
musik gong renteng sampai sekarang masih dimainkan terutama di daerah Gurudag
(Banten), Cikebo (Tanjungsari-Sumedang), Cileunyi (Bandung), Cigugur
(Kuningan), Banjaran (Bandung) dan daerah lainnya.
8. MUSIK
MAWALAN
Mawalan adalah kesenian Rebana yang biasanya
membawakan lagu-lagu bersyair keagamaan dengan lirik berbahasa Arab seperti
kesenian musik Gambus. Lagu-lagu yang biasa dibawakan adalah lagu Sikkah,
Dukah, Saeni Husaen, dan sebagainya.
Instrumen pengiring seni Mawalan terdiri atas 3 atau 4 buah terbang
(ketimpring). Cara memainkannya, sepuluh
atau lima belas pemain duduk bersila secara berkeliling, dua orang selaku
pemimpin memberi aba-aba kepada para pemain yang lain, lalu sang pemimpin tadi
menyanyikan sebuah lagu, sedang yang lainnya mengikutinya bersama-sama. Kesenian Mawalan sampai sekarang masih
terdapat di daerah Cianjur, Serang, Tasikmalaya, Ciamis, dan sebagainya.
9. MUSIK
RENGKONG
Rengkong jenis kesenian musik tradisional yang biasa
dimainkan oleh rakyat untuk memeriahkan upacara ngakut (mengangkut padi) dari sawah ke lumbung. Untuk melakukan ngakut tersebut dengan
menggunakan pemikul yang disebut “angguk” yang terbuat dari sepotong bambu yang
ujungnya dibuat lekukan-lekukan melingkar yang fungsinya untuk meletakkan tali
pemikul. Jika orang yang memikul
berjalan atau bergerak maka akan terjadi pergeseran antara lekukan angguk
dengan tali sehingga akan menimbulkan suara atau bunyi. Seni musik tradisional Rengkong selain untuk
upacara ngakut juga dimainkan dalam acara khitanan, perkawinan atau perayaan
hari besar. Adapun instrumen lainnya
yang berfungsi sebagai pelengkap dalam kesenian Rengkong adalah “hatong”. Hatong ada bermacam-macaan antara lain,
Hatong ijon/Honghong yang dibuat dari satu ruas bambu, Hatong Sekarat dibuat
dari dua ruas bambu, dan Hatong Pangajak yang dibuat dari tiga ruas bambu. Seni Rengkong terdapat di daerah,
Rancakalong-Sumedang, Ciamis, Tasikmalaya, Ujungberung, dan daerah lainnya.
10. MUSIK
TARAWANGSA
Musik
Tarawangsa disebut juga musik Ngekngek sejenis musik tradisional yang biasa
dimainkan untuk mengiringi tarian khusus bersifat sakral. Dalam permainan musik ini dilengkapi dengan
Jentreng sejenis instrumen musik kecapi.
Tarawangsa dan Jentreng masih terdapat didaerah
Rancakalong-Sumedang. Meskipun
masyarakat Rancakalong sudah memeluk agama Islam tetapi masih belum membuang
sepenuhnya kebiasaan-kebiasaan lama warisan nenek moyangnya, terutama dalam
tata cara perlakuan untuk menghormati
padi. Seni musik Tarawangsa dimainkan setelah selesai mengangkut padi ke
lumbung desa. Dimainkan pada malam
harinya, dengan penuh kegembiraan sebagai rasa syukur dan rasa terimakasih
terhadap Dewi Sri yang telah memberi berkah panen padi yang begitu besar dan
berlimpah. Musik Tarawangsa dimainkan
sebagai pengiring tarian dengan lagu-lagu pokok antara lain, Pangapungan, Panganginan, Pamapag, Panimang,
Lalayaran, Bangbalikan. Musik
Tarawangsa bisa dimainkan dalam laras Pelog maupun Salendro. Adapun cara memainksn instrumen Tarawangsa
sama halnya memainkan instrumen musik Rebab yakni dengan cara digesek hanya
penekanan jari pada string /kawat yang berlainan. Fungsi tarawangsa sama dengan Rebab yakni
berfungsi sebagai pembawa melodi lagu (murdalagu), dan sebagai anggeran
wiletan, sedangkan penekanan string kawat yang kedua adalah sebagai Kenong dan
Gong. Musik Tarawangsa terdapat juga di
daerah Banten (Baduy) dan Banjaran (Bandung), meskipun dalam fungsinya agak
berlainan.
11. MUSIK TARLING
Tarling jenis musik orkes yang instrumennya terdiri
atas dua buah gitar dan suling. Nama
Tarling sendiri merupakan singkatan dari kedua nama instrumen tersebut, gitar
dan suling. Di samping gitar dan suling dilengkapi
dengan; Kendang, Gong, Saron, Kenong, Gender dan Ketuk. Lagu-lagu yang dibawakan dalam musik Tarling
biasanya berlaras pelog atau diatonis.
Tarling juga sering dimainkan untuk mengiringi pentas cerita lakon yang
biasanya tentang babad Cirebon atau cerita-cerita rakyat.
12. MUSIK
TEMBANG SUNDA
Tembang Sunda atau Mamaos sejenis seni suara (vokal)
yang berirama bebas. Waditra atau
instrumen pengiring Tembang Sunda adalah; satu buah instrumen kecapi
indung/perahu/gelung, satu buah kecapi incik dan suling. Syair-syair untuk Tembang Sunda biasanya berupa
pupuh seperti: Kinanti, Sinom, Asmarandana, Dandanggula, dan sebagainya. Sampai kini Tembang Sunda masih banyak
penggemarnya terutama orang tua dan para kaum priyayi hampir di seluruh Jawa
Barat.
Pustaka :
Proyek Sasana Budaya – Direktorat Jenderal Kebudayaan
– Depdikbud Jakarta 1977/78.
“Petunjuk Wisata Budaya Jawa Barat”
Senin, 26 Januari 2015 – 09: WIB
Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan, Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar