Minggu, 09 Oktober 2016

MENJADI MUSLIM PEMBELAJAR” Oleh : Dwi Budiyanto

Blog Ki Slamet: Sajak Puisi Ki Slamet 42
Minggu, 09 Oktober 2016 - 13 : 45 WIB


Image "Muslim Pembelajar" (Foto: SP)
Muslim Pembelajar
“MENJADI MUSLIM PEMBELAJAR”
Oleh : Dwi Budiyanto

Semangat kita dalam belajar adalah semangat untuk mendayagunakan kemampuan yang ada dalam diri kita. Kita ingin cerdas sekligus memiliki karakter yang kuat. Terlalu sederhana jika kita sekolah dan menuntut ilmu sekadar untuk memperoleh kerja. Bukannya tidak boleh kita memikirkan profesi. Sebagai seorang Muslim, kita juga harus memikirkannya. Akan tetapi, jika orientasinya sekadar mendapatkan kerja, kita hanya menunggu untuk digunakan.

Mentalitas pelajar dan mahasiswa Muslim dalam belajar jangan sekadar mental buruh. Motivasi yang mendorong kita untuk terus belajar haruslah benar. Kita harus sadar bahwa proses belajar yang dilakukan, baik di sekolah maupun di tempat lain, semestinya diarahkan untuk mengembangkan kepribadian serta basis keilmuan kita. Tentu kita tidak berharap sekadar menjadi cerdas, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Proses belajar kita semestinya menjadikan diri kita lebih cerdas, inovatif, dan memiliki orientasi hidup yang terang dan jernih. Oleh karena itu, kebutuhan untuk mengembangkan diri tidak sekadar terkait dengan kerja. Masih banyak bidang-bidang lain di luar profesi kita yang harus kita pelajari. Paling tidak ada tiga wilayah keilmuan yang harus kita kuasai.

1.            Ilmu yang terkait dengan dasar-dasar pembentukan karakter dan potensi diri kita. Ilmu-ilmu yang termasuk dalam kategori ini bisa bersumber dari agama atau ilmu-ilmu pengembangan diri.

2.            Ilmu yang terkait dengan penguatan hubungan sosial kita. Yang termasuk dalam kategori ini adalah ilmu-ilmu humaniora. Kita perlu mempelajari psikologi, politik, ilmu komunikasi, parenting, dan sebagainya.

3.            Ilmu yang berhubungan dengan pengembangan profesi kita. Ilmu-ilmu ini berhubungan dengan profesi yang akan digeluti. Jika kita ingin menjadi seorang guru, maka kita harus menguasai bidang pendidikan dan bidang spesialisasi yang terkait. Biasanya ilmu-ilmu yang kita pelajari di ruang kuliah merupakan bidang spesialisasi yang akan digeluti.

Begitu banyak yang harus kita pelajari. Sekadar mengandalkan ilmu yang diperoleh melalui sekolah atau kampus tentu sangat kurang. Ilmu apa saja yang diperlukan begitu seseorang menikah? Tentu sangat banyak. Fikih munakahat (pernikahan), komunikasi, parenting, kesehatan, keluarga, dan sebagainya. Nah, kalau demikian, kita memang harus terus belajar. Kita harus menjadi insan-insan pembelajar yang berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan kapasitas dirinya.

Wallâhu a’lam bish-shawâ. Semoga Allah memudahkan kita.

S u m b e r :
Dwi Budiyanto 2009. “Prophetic Learning”Menjadi Cerdas dengan Jalan Kenabian. Yogyakarta: Pro – U Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar