Denmas Priyadi Blog│Sabtuu, 11 Mei 2013│04:28 WIB
Upacara Hardiknas SMAN 42 - KAMIS, 02 ei 2013 |
Sebelum upacara Sarapan ketupar sayur |
Di pagi hari yang cerah Kamis, 02
Mei 2013 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), seluruh guru
dan karyawan SMA Negeri 42 mengenakan seragam KORPRI untuk melaksanakan upacara
bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional. Sebelumnya bapak dan ibu guru
serta karyawan, sebelum melaksanakan upacara, terlebih dahulu diperkenankan
untuk menikmati sarapan pagi berupa lontong sayur yang sudah dipersiapkan di
ruang guru oleh pihak sekolah selaku penyelenggara upacara Hardiknas.
Tepat pada pukul 7:00, bapak
Kesabaran Wau selaku staf kesiswaan mengkoordinir siswa melalui pengeras suara
menyerukan agar seluruh siswa kelas X dan kelas XI IPA maupun XI IPS agar
berkumpul di lapangan untuk segera memulai pelaksanaan upacara. Tak lama
kemudian, dengan dibantu oleh bapak dan ibu guru wali kelas serta guru-guru
lainnya seluruh siswa pun berkumpul di lapangan, dan sementara para wali kelas
mengabsen siswanya, bapak dan ibu guru membentuk barisan tersendiri. Berbaris
rapi di sebelah kiri lapangan, tepat di depan ruang tata usaha. Dengan wajah
penuh sumringah nampak para guru sangat gembira dan bangga dengan pakaian
kebesarannya, seragam Korpri terbaru berwarna biru yang di pagi hari itu sudah
mengharubirukan lapangan upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Suara lantang petugas upacara
pembawa acara pun berkumandang tanda upacara Hari Pendidikan Nasional yang
jatuh pada hari Kamis, 02 Mei 2013
dimulai. Terdengar derap langkah
pasukan pengibar bendera yang begitu semangat melangkahkan kakinya, begitu
kompak dalam satu irama, dan teratur penuh percaya diri. Disaksikan oleh kepala
sekolah selaku Pembina upacara, Drs. H. Luthfi, MM, bapak dan ibu guru, staf,
karyawan, serta para siswa kelas X dan kelas XI, pasukan pengibar bendera melaksanakan tugasnya
dengan baik menaikkan bendera Sang Saka Merah Putih ke angkasa bersamaan dengan
lantunan lagu Indonesia raya yang dibawakan oleh kelompok paduan suara. Bendera
Sang Saka Merah Putih pun berkibar dengan gagah perkasa menghias cakrawala
persada langit di SMA Negeri 42 Jakarta.
Dalam pidatonya yang singkat, kepala
sekolah selaku Pembina upacara berpesan kepada seluruh siswa agar penting dan
tak bisa ditawar-tawar lagi untuk bersikap disiplin, tertib, patuh pada
peraturan serta bersikap sempurna dalam mengikuti setiap upacara. Apalagi untuk
upacara berskala nasional dalam rangka memperingati hari-hari besar nasional
seperti Hardiknas, Hari Pendidikan Nasional.
Menyanyikan Lagu Ki Hajar Dewantara, Hymne guru, Sykur |
Setelah kepala sekolah selaku
pembina upacara selesai menyampaikan pidatonya kepada seluruh peserta upacara,
maka tak lama kemudian berkumandanglah lagu-lagu perjuangan yang berkait dengan
hari pendidikan nasional yang dibawakan oleh seluruh peserta upacara dengan
iringan piano oleh Albert siswa kelas XI IPA. Adapun lagu-lagu yang dibawakan
adalah “Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara” (ciptaan Slamet
P),
“Hymne Guru”, dan “Syukur” (ciptaan H. Mutahar).
Pada pukul 08:30 upacara
memperingati Hari Pendidikan Nasional Kamis, 02 Mei 2013 selesai. Siswa
diperbolehkan kembali ke rumahnya masing-masing karena pada hari itu kegiatan
belajar mengajar ditiadakan. Kecuali untuk siswa-siswi yang mengikuti even olah
raga, seni, dan karya ilmiah. Sedangkan bapak dan ibu guru bersenam gembira,
berolah raga di lapangan dengan antusias dengan gerak dan liuk tubuh yang
benar-benar indah penuh irama penyegaran.
Berkait
dengan dilaksanakannya upacara memperingati Hardiknas di jajaran Kemendikbud
pada tanggal 2 Mei setiap tahun, tentu hal ini perlu kita cermati agar
pelaksanaan hardiknas tersebut menjadi penuh hikmah dan bermakna serta
bermanfaat dalam membentuk etika dan moral bangsa sebagaimana ajaran Ki Hajar
Dewantara yang penuh dengan nilai-nilai
pembangunan karakter bangsa itu.
Khususnya bagi para pemimpin dan guru selaku pendidik yang selalu digugu
dan ditiru, dan yang memiliki peran sebagai “kunci
pembuka pintu keberhasilan” siswa dalam proses mencari ilmu dan
keterampilan sebagai bekal kehidupannya di kelak kemudian hari.
Jadi makna dari peringatan Hari
Pendidikan Nasional yang dilakukan setiap tahun pada dasarnya adalah agar kita
selaku pemimpin atau pendidik mampu mengamalkan ajaran-ajaran Ki Hajar
Dewantara dalam perilaku kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Ing Ngarso Sung Tulodo
Di depan
menjadi contoh suri tauladan yang baik.
2. Ing Madyo
Mangun Karso
Di tengah menjadi tempat bertanya, mampu
mencarikan jalan keluar, mampu membangkitkan karsa.
3. Tut Wuri
Handayani
Di belakang menjadi pendorong, dapat
memberikan penyemangat dan motivasi.
Siapakah Sosok Ki Hajar Dewantara?
Ki Hajar Dewantara |
Seperti
kita ketahui setiap tahun pada tanggal 2 Mei, Institusi Pendidikan, khususnya
di jajaran Kemendiknas secara nasional melaksanakan upacara dalam rangka
memperingati “Hari Pendidikan Nasional”.
Pertanyaannya adalah mengapa peringatan Hari Pendidikan Nasional itu
diperingati pada setiap tanggal 2 Mei?
Jawabannya tentu kita sudah tahu. Akan tetapi mungkin saja di antara
kita banyak yang sudah lupa atau bahkan mungkin tidak tahu dan tidak mengenal
siapa sosok Ki Hajar Dewantara itu.
Nah,
melalui tulisan inilah saya berupaya untuk membangkitkan kembali ranah kognitif
kita memunculkan kembali ingatan kita pada sosok Ki Hajar Dewantara yang
fenomenal itu. Tentu saja dalam rangka menghormati, mengenang jasa, dan
meneladani sepak terjang serta perjuangan beliau yang begitu keras bagi
kemajuan bangsa Indonesia khususnya dalam dunia Pendidikan Nasional kita.
Menurut
sejarahnya, Ki Hajar Dewantara dilahirkan di kota budaya yang dikenal juga
dengan sebutan kota pelajar, Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama
Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Ayahnya adalah seorang Pangeran bernama “Pangeran Suryaningrat” putra Paku Alam
ke-4 dari Yogyakarta.
Selepas
lulus sekolah dasar Belanda “ELS” ( Europesche
Largere School ), beliau melanjutkan ke Sekolah Guru juga ke STOVIA. Akan
tetapi di sekolah ini Ki Hajar Dewantara tidak bisa menyelasaikan studinya
sampai selesai karena bea siswa yang diperolehnya dihentikan alias dicabut
karena gagal dalam mengikuti ujian kenaikan tingkat.
Pelajaran
yang bisa kita peroleh dari keteladanan beliau adalah pada sikap tegar tak
kenal putus asa, meskipun beliau gagal dalam ujian, dan oleh karena itu pula
bea siswanya sampai dicabut atau
dihentikan, beliau sama sekali tidak kecewa, tidak putus asa bahkan tetap tegar
menghadapinya. Hal ini dibuktikannya dengan aktif dalam kegiatan menulis yang
lebih intens dalam organisasi pergerakan pemuda yang sebelumnya memang sudah
digelutinya.
Beberapa
tulisan beliau banyak menjadi pembicaraan dalam mesyarakat, bahkan dua buah
tulisannya yang berisi kritikan terhadap pemerintah Kolonial belanda mendapat
perhatian khusus. Kedua tulisan itu diberi judul, “Als Ik Een NederlanderWas” (Seandainya Aku Seorang Belanda), dan “Een Voor Allen maar Ook Allen voor Een” (Satu
untuk Semua, Namun Semua untuk Satu Jagad).
Selain
aktif menulis dan bekerja di sebuah Apotek Rathkamp, Yogyakarta, Ki Hajar
Dewantara pun aktif dalam berorganisasi. Beliau masuk organisasi “Boedi Oetomo” berada dalam divisi
propaganda. Bersama-sama dengan Danudirja, Setyabudi, dan Cipto
Mangunkusumo mendirikan “IP” (Indische Partij di Bandung.
Terlalu
keras dan dianggap banyak menyulitkan pemerintah kolonial Belanda, ketiganya
pun ditangkap dan diasingkan ke Negeri Belanda selama 6 tahun. Akan tetapi yang
namanya Ki Hajar Dewantara memang memiliki sikap ketegaran yang luar biasa. Ia
pantang menyerah dan terus berjuang keras membangun jiwa, membangun karakter
bangsa. Di Negeri Belanda ini beliau memanfaatkan waktu luangnya dengan
mengasah terus wawasan inteletualnya dengan belajar ilmu pendidikan sampai
akhirnya memperoleh “Akta Guru Eopa”
(Euroopeesche Akte).
Selepas
pulang dari pengasingan selama 6 tahun dan memperoleh Akta Guru Eropa, Ki Hajar
Dewantara mendarmabaktikan keilmuannya menjadi Guru di sekolah yang didirikan
oleh sahabatnya Soeryopranoto. Di sekolah ini ia tetap berjuang keras untuk
membangun jiwa, membangun karakter bangsa dengan berbagai pandangan-pandangan
hidup dan pemikiran-pemikirannya yang berkait dengan karakter bangsa. Sampai
pada akhirnya beliau Ki Hajar Dewantara mendirikan “Perguruan Nasiona Tamansiswa” (Onderwijs Institut Tamansiswa) pada
tanggal 3 Juli 1922.
Karena
ketokohannya dalam dunia pendidikan menjadikan beliau, Ki Hajar Dewantara
dipercaya dan ditunjuk menjadi salah satu anggota PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
di era penjajahan Jepang. Beliau juga dipercaya terpilih sebagai Menteri
Pengajaran Kabinet Pertama Republik Indonesia pada tanggal 2 September 1945.
Beliau, Ki Hajar Dewantara terus berkiprah, berjuang tak kenal lelah dan putus
asa, membangun jiwa, membangun karakter bangsa lewat pendidikan hingga pada akhir
hayatnya. Ajaran Ki Hajar Dewantara yang sampai sekarang tetap terpatri di
setiap jiwa para pemimpin dan teerutama para guru sebagai mana telah telah
ditulis sebelumnya adalah “Ing Ngarso
Sung Tulodo” (di depan menjadi teladan), “Ing Madyo Mangun Karso” (di tengah
membangun dan membangkitkan karsa), “Tut wuri Handayani” (di belakang memberi
dorongan semangat dan motivasi). Beliau, Ki Hajar Dewantara akhirnya
menghembuskan nafas terakhir pada
tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di Pemakaman Wijayabrata,
Yogyakarta. Oleh karena jasanya Pemerintah Republik Indonesia menganugerahi
beliau sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional tahun 1959. Dan, hari lahirnya pun
diperingati sebagai “HARI PENDIDIKAN NASIONAL”.
Sebagai
hormat dan sumbangsih penulis pada keteladan sikap, sepak terjang, dan
perjuangan beliau serta untuk mengenang dan mengabadikan jasa-jasa beliau,
penulis menciptakan satu lagu yang penulis beri judul, Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. Berikut adalah
notasi lagunya:
Siswa berlatih lagu Ki Hajar Dewantara
Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
( 2
Mei 1989 – 26 April 1959 )
F = do Ciptaan:
4/4
Marchia Drs.
Slamet Priyadi
__ __ __ __
1 │ 6
4 3 2
3 4 │
5 3 2
1 5 │ 6
6 7 1 2 │ 5 . 0
• • • •
•
Bapak pendidi-kan nasional Ki
Hajar Dewanta-ra
__ __ __
__ __
5 │ 5
4 3 2 3 4 │ 5 3 2
1 1 5 │ 6
6 7 1 3 │
2 . 0
•
•
• • •
Ber-juang keras membangun jiwa membangun karakter
bangsa
__ __ __ __
1 │
6 4 3
2 3 4 │
5 3
2 1 5 │
6 6
7 1 2 │ 5
. 0
• • • • •
Bapak Pendidi-kan
Nasional Ki Hajar Dewantara
__ __ __ __
5 │ 5
4 3 2
3 4 │ 5
2 3 1
5 │ 6
1 7 3 2 │ 1
. 0
• • • •
A - jarannya menja
- di teladan ba – gi
kita semu – a
Reff:
•_____ ___ ___ ___
1.
7 │ 6 5 3
1 │ 5
. . 4
3 │ 2 2 3
4 3 4 │ 5
. 0
Ing ngarso sung
tulo-do di depan
menjadi tela - dan
•_____ ___ ___
1.
7 │
6 5 3
1 │ 5 . .
4 3 │ 2 3 4 6
4 │ 5 . 0
Ing madyo mangun
karso di tengah membangun karsa
•_____
___
1.
7 │
6 5 3
1 │ 5
. . 4
3 │ 2
4 6 4 │ 5
. 0
Tut wu – ri handaya-ni di
belakang membe-ri
__ ______ __
4 3 │ 2 2 3 4 3 4 7 │ 1 . 0 ║
4 3 │ 2 2 3 4 3 4 7 │ 1 . 0 ║
•
Dorongan
smangat dan motivasi
Referensi:
Sri Hartatik, A.Ma.Pd. “Kumpulan Kisah Pahlawan Indonesia”, Bintang
Indonesia. Jakarta
Penulis:
Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan -
Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar