Denmas Priyadi | Jumat, 24 Mei 2013 | 07:45WIB
Terus terang saya katakan bahwa, “orang yang merasa dirinya pintar sebenarnya orang bodoh, orang yang pintar adalah orang yang terus menerus mau belajar”.
Ribuan tahun silam, Imam Malik, salah seorang ilmuwan besar muslim itu berkata saat beliau datang memenuhi undangan Khalifah Harun al-Rasyid untuk datang mengajar kedua putra beliau mengkaji kitab al-Muwata. Beliau berkata,“Ilmu itu datang dari lingkungan kalian. Jika kalian memuliakannya, ia jadi mulia. Jika kalian merendahkannya, ia jadi hina”.
Demikian pula saat Khalifah Harun al-Rasyid memerintahkan kedua putranya untuk hadir ke masjid belajar bersama-sama dengan rakyat, Imam Malik berkata, “Tidak apa-apa, asalkan mereka bersedia duduk bersama dengan jamaah lainnya, dan mereka sama sekali tidak boleh melangkahi bahu jamaah yang lain”.
Nah, dari peristiwa yang terjadi ribuan tahun silam itu, ada pelajaran yang bisa kita petik bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar sangat dipengaruhi oleh motivasi dan sikap sugguh-sungguh dari individu pembelajar. Akan tetapi kebanyakan dari kita belum menyadari sepenuhnya akan hal tersebut. Lihat saja sahabat-sahabat kita saat pelatihan, diklat pengembangan profesi, mahasiswa saat perkuliahan, murid-murid kita di sekolah saat belajar di kelas, bahkan mungkin diri kita sendiri. Senang dan bersukaria sekali jika jam pelatihan, perkuliahan, dan jam belajar kosong. Kegembiraan mereka, atau mungkin kita yang berada di dalamnya laksana orang yang baru bebas-lepas dari hukuman penjara, seperti hewan yang baru lepas dari sangkarnya. Kemudian mereka ngobrol ngalor-ngidul tak ada juntrungnya yang tidak terkait dengan keilmuan, yang penting bagi mereka semua beban dan pikiran menjadi “plong”. Mungkinkah ini cermin dari minusnya atau rendahnya motivasi kita untuk belajar?
Selain motivasi, prioritas kedua yang ditekankan Imam Malik adalah sikap kita dalam belajar. Belajar harus disikapi secara positif. Kesombongan dan keangkuhan, merasa paling pintar, merasa paling tahu segalanya, merasa paling berkuasa hendaknya jauhkan dan buang dari dalam hati kita. Hal ini sebagaimana dikatakan Imam Malik kepada Khalifah Harun al-Rasyid, “Mereka tidak boleh melangkahi bahu jamaah lain, dan bersedia duduk di tempat mana saja yang luang bagi mereka”.
Pikiran-pikiran Imam Malik di atas disepakati juga oleh Lorraine Monroe sebagaimana dikutip oleh Ustadz Mohammad Fauzil Adhim dalam buku tulisannya, “Membuka Jalan Ke Sorga”. Kutipannya adalah sebagai berikut. Pertama, membangkitkan high leved of expectation (tingkat harapan yang tinggi. Memberi motivasi yang tinggi kepada siswa agar memiliki target-target, tujuan, dan cita-cita besar. Kedua, menanamkan keyakinan (bilief) yang kokoh dan kuat sebagai tenaga penggerak untuk melakukan yang terbaik (the spirit of excellent).
Dari pemikiran Imam Malik dan Lorraine Monrou itu, maka bisa kita simpulkan bahwa dalam belajar harus dilandasi dengan motivasi. Jadi upaya awal yang harus dilakukan dalam belajar adalah memiliki motivasinya terlebih dahulu sebelum mempelajari teknik-tekniknya. Oleh karena motivasi yang kuat menunjukkan karakter yang kuat.
Referensi:
Dwi Budiyanto, “Prophetic Learning”. Pro-U Media, 2009, Yogyakarta
Penulis:
"KARYA SISWA DAN GURU": Mau Maju ? Ya Harus Belajar! Oleh Slamet Priyadi: Denmas Priyadi | Jumat, 24 Mei 2013 | 07:45WIB Imam Malik Terus terang saya katakan bahwa, “orang yang merasa dirinya pintar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar