Kamis, 16 Mei 2013

Jurnal PTK Matematika Oleh Dra. Henny Lestari

Denmas Priyadi Blog │ Jumat, 17 Mei 2013 │ 08:29 WIB

 
Image : Dra Henny Lestari  (Foto: SP)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS X-6 DI SMA NEGERI 42 JAKARTA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2011-2012

HENNY LESTARI

ABSTRAK
Kenyataan rendahnya hasil belajar peserta didik SMA dalam mata pelajaran matematika mencerminkan bahwa kebanyakan mereka belum mampu membangun konsep pengetahuannya sendiri ketika mengerjakan soal-soal evaluasi dengan penalaran yang benar. Umumnya mereka tidak siap dan tidak terbiasa memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah secara mandiri. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis telah melakukan penelitian yang bertujuan untuk mgetahui apakah stategi pembelajaran aktif yang diberikan secara terencana dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan dan setiap siklus terdiri perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta  tahun pelajaran 2011-2012 semester1 yang berjumlah 37 orang dengan tingkat kemampuan yang bervariasi.Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran aktif dalam pembelajaran matematika yang diberikan secara terencana dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini diketahui berdasarkan banyaknya peserta didik yang mencapai ketuntasan  semakin meningkat, yaitu sebesar 40,54% sebelum tindakan penelitian, menjadi 64,86% pada akhir siklus I dan kemudian mencapai 94,59% pada siklus II dengan standar ketuntasan minimal 75. Disamping itu diperoleh temuan bahwa respon dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika juga meningkat sejalan dengan peningkatan hasil. Karena itu kesimpulan hasil penelitian ini adalah, strategi pembelajaran aktif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika.
Kata kunci: Hasil belajar, strategi pembelajaran aktif

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu regulasi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Implementasi KTSP di sekolah menuntut para guru dan peserta didik untuk lebih kreatif dan memiliki inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. KTSP lebih menekankan pada pencapaian kompetensi peserta didik, ini berarti dalam pembelajaran matematika berpusat kepada peserta didik (student oriented) dan bukan lagi bersumber pada guru (teacher oriented).
       Karakteristik pembelajaran matematika lebih menekankan pada membangun atau mengkonstruksi pengetahuan tentang konsep yang sedang dibahas. Proses mengkonstruksi pengetahuan ini memerlukan kreatifitas guru untuk menciptakan “PAIKEM-GEMBROT” (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot) sehingga peserta didik dapat berpartisipasi aktif yang pada akhirnya mereka memiliki pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.
      Pada tahun pelajaran 2011-2012 sekarang ini peneliti mengajar di kelas X SMA Negeri 42 Jakarta. Peneliti sangat prihatin karena sampai sekarang ini nilai matematika masih rendah berkisar antara 60 sampai 70, sehingga pada pelaksanaan pengajaran yang dilakukan perlu adanya penelitian agar didapatkan strategi pembelajaran yang paling efektif.
      Pada kesempatan ini peneliti mengadakan penelitian tentang rendahnya penguasaan peserta didik pada materi logaritma , dan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan materi logaritma tersebut.
      Tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan guru tersebut diduga akibat kurang tepatnya guru dalam menggunakan strategi pembelajaran.  Hal ini ditandai adanya kecenderungan guru dalam mengajarkan materi tersebut dengan metode ceramah secara klasikal.
      Dilandasi keinginan untuk mencari strategi pembelajaran yang tepat dan efisien untuk meningkatkan hasil nilai penguasaan materi logaritma dari peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta semester 1 tahun pelajaran 2011-2012 inilah, maka  peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas.
      Peningkatan hasil belajar pada materi logaritma dan efektifitas pembelajaran yang diharapkan oleh peneliti adalah dengan langkah mengarahkan pembelajaran peserta didik aktif secara kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.  Selain harapan yang telah disampaikan diatas  penelitian ini  diharapkan dapat merubah paradigma guru dalam melakukan pembelajaran dari  guru sebagai pusat belajar  agar beralih ke peserta didik.
      Guna mewujudkan harapan yang diinginkan oleh peneliti seperti di atas maka peneliti menerapkan “strategi pembelajaran aktif” dengan menggunakan teknik pembelajaran kelompok besar dan pembelajaran kelompok kecil.

B. Rumusan dan Pemecaan Masalah

    1. Rumusan masalah
   1.1. Apakah melalui strategi pembelajaran aktif  dapat meningkatkan   penguasaan materi  logaritma bagi peserta didik kelas X-6 di SMA Negeri 42 Jakarta semester 1 tahun pelajaran 2011-2012?
1.2. Apakah strategi pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang efektif   untuk mengajarkan materi logaritma bagi peserta didik kelas X-6 di SMA Negeri 42 Jakarta semester 1 tahun pelajaran 2011-2012?

2. Pemecahan Masalah
Dengan strategi pembelajaran aktif dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika pada materi logaritma serta meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas X-6 semester 1 SMA Negeri 42 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012.

C. Tujuan Penelitian.
    Tujuan dari pada penelitian yang dilakukan pada kelas X-6 di SMA Negeri 42 Jakarta semester 1 tahun pelajaran 2011-2012 ini adalah :

1. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan   penguasaan materi  logaritma bagi peserta didik kelas X-6.
2. Mencari pengajaran yang efektif untuk mengajarkan materi logaritma bagi peserta didik kelas X-6.
3.  Meningkatkan prestasi belajar matematika bagi peserta didik kelas X-6 di SMA negeri   42 Jakarta semester 1 tahun pelajaran 2011 – 2012 .

D.  Manfaat Penelitian

     Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah :
  1. peserta didik dapat meningkatkan penguasaan materi logaritma  melalui strategi pembelajaran aktif.
  2. peserta didik dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi logaritma.
  3. guru mendapatkan suatu strategi pembelajaran yang efektif untuk mengajarkan materi logaritma bagi peserta didik kelas X-6.
  4. Bagi sekolah dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika.

KAJIAN TEORI

A.            Strategi Belajar dan Mengajar.
   Pada setiap pengajaran ada tujuan yang harus dicapai dan untuk pencapaian tujuan tersebut kita perlu menyampaikan topik – topik yang  didalamnya ada konsep – konsep yang harus sampai pada peserta didik, dan untuk itu diperlukan pendekatan tertentu seperti pemecahan masalah , latihan soal , latih – hafal dan mungkin dengan pendekatan yang lainnya.
   Andi Hakim Nasution ( 1982 : 243 ) menyatakan bahwa dalam suatu pengajaran yang berkaitan dengan suatu materi kurikulum tertentu prinsip keterlaksanaan dipenggaruhi oleh empat komponen pokok yaitu pembawa materi , penyaji materi , pendekatan dan penerima materi. Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan strategi belajar mengajar.
   Pada pengajaran matematika sampai sekarang ini masih menggunakan strategi lama yaitu metodenya ceramah untuk kelas yang jumlahnya 40 peserta didik, pendekatan yang digunakan deduktif, padahal dilihat dari kombinasi yang ada dalam strategi pembelajaran paling tidak ada 40 kombinasi yang dapat dilaksanakan dalam pengajaran, walaupun ada beberapa metode yang tidak dapat diterapkan pada pelajaran matematika.

B.            Strategi Pembelajaran Aktif

a.     Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif
     Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Di dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut di atas sering digunakan secara bergantian. Menurut Udin S. Winataputra & Tita Rosita ( 1995: 124) istilah strategi secara harfiah adalah akal atau siasat. Sedangkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa peserta didik dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya.
Sedangkan pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani (2007:xvi) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman (1988:35-41) menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan kondisi belajar peserta didik. Namun begitu  tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan penggunaan meja, kursi dan papan tulis berroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar dan menajar yang bergairah.
Aktifitas peserta didik belajar di kelas terwujud bila terjadi interaksi antar warga kelas.  Boakes dalam Mar’at (1984:110) menyatakan bahwa di dalam interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik) dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian, upaya mengaktifkan peserta didik belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman (1988:30) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru.
Langkah berikut adalah guru menyampaikan materi sebagaimana biasa. Strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik adalah pertama-tama guru masuk dan keluar kelas tepat waktu, berilah salam hangat, gunakan bahasa yang santun dan nada bicara lembut dan buat suasana belajar menjadi nyaman, ini dapat digunakan guru untuk mengarah pada strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam belajar dan lebih menarik.
1)     Mulailah proses belajar mengajar dengan materi yang ringan tetapi menantang yang dapat merangsang peserta didik turut aktif berfikir. Kemudian masuk pada materi yang akan kita ajarkan dengan senantiasa melibatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Misalkan senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang kita ajarkan agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang kita berikan.
2)     Memahami dan menghormati berbagai perbedaan yang ada, tidak merendahkan dan mencemooh peserta didik serta mengormati keberhasilan setiap peserta didik.
3)     Memberi kesempatan yang sama kepada semua peserta didik untuk bicara dan jangan menginterupsi pembicaraan peserta didik.
4)     Bila seorang peserta didik mengemukakan pendapat, jadilah pendengar yang baik dan selanjutnya berikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk memahaminya dan memberikan komentarnya.
5)     Sekali waktu, berilah kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan saran atau kritik guna perbaikan proses pembelajaran.
6)     Sediakan waktu untuk berkomunikasi dengan peserta didik di luar kelas.

b.    Prosedur Pembelajaran Aktif
Proses pembelajaran di kelas dapat dipandang sebagai tiga bagian kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang mengaktifkan peserta didik pada setiap bagian kegiatan secara terurut. Prosedur tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1)     Prosedur Mengaktifkan Peserta didik Belajar Matematika Pada Awal Pembelajaran

Dimensi pertama dalam peristiwa belajar matematika adalah membangun sikap dan persepsi positif terhadap belajar dan matematika sebagai obyek belajar. Kesiapan mental untuk terlibat dalam pembelajaran mutlak dicapai dalam mengaktifkan peserta didik belajar matematika, oleh karenanya kegiatan membangunkan sikap dan persepsi positif peserta didik harus dilakukan sejak awal dimulainya pembelajaran. Hal yang harus dilakukan guru pada awal pembelajaran adalah membangunkan minat, membangunkan rasa ingin tahu, dan merangsang peserta didik untuk berfikir. Bila minat peserta didik, rasa ingin tahu peserta didik telah bangkit, serta  peserta didik telah terangsang untuk berfikir ini berarti peserta didik telah siap secara mental untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran matematika,  dan bila terjadi sebaliknya berarti secara mental peserta didik belum siap terlibat dalam pembelajaran.

Dengan memodifikasi strategi berbagi pengetahuan secara aktif, Silberman  (1988:100-102), mengawali kegiatan pembelajaran aktif dengan prosedur sebagai berikut:

a)     Tentukan rentang waktu yang pasti untuk kegiatan awal pembelajaran.
b)    Ucapkan salam pembuka yang menghangatkan peserta didik.
c)     Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran matematika yang akan diajarkan. Misalnya:

(1)   kata-kata untuk didefinisikan,
(2)   soal-soal sederhana dari aplikasi rumus yang telah dikenal,
(3)   pertanyaan tentang aplikasi matematika sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
d)    Perintahkan peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah ditentukan.
e)     Perintahkan peserta didik untuk menyebar di kelas, menanyakan kepada temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya, Doronglah peserta didik untuk saling membantu.
f)     Perintahkan untuk kembali ke tempat semula dan gunakan teknik tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka dapatkan.
g)    Gunakan pertanyaan-pertanyaan arahan sebagai upaya merangsang berfikir peserta didik menjawab pertanyaan yang tak satupun peserta didik bisa menjawab.
h)     Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik penting materi pelajaran dalam kegiatan inti.

Secara umum, manusia tidak menyukai suatu kegiatan yang kurang bervariasi. Oleh karenanya perlu dipilih kegiatan lain sebagai variasi kegiatan di atas. Berikut ini dapat menjadi alternatif pilihan.
(1)   Daftar pertanyaan dapat diganti dengan menyediakan kartu indeks dan perintahkan peserta didik untuk menuliskan satu informasi yang menurut peserta didik akurat tentang materi yang akan diajarkan.
(2)   Kegiatan menyebar dapat diganti dengan merotasi pertukaran pendapat antar kelompok belajar di kelas.

2)     Prosedur Mengaktifkan Peserta didik Belajar Matematika Pada Kegiatan Inti Pembelajaran

Telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan matematika di segala jenjang dimaksudkan untuk membangun pengetahuan, keterampilan dan sikap terkait dengan matematika. Pembelajaran aktif dalam pendidikan matematika dapat berlangsung dalam proses penyelidikan atau proses bertanya. Peserta didik dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif). Kondisi ini terjadi jika peserta didik dilibatkan dalam tugas dan kegiatan yang secara halus mendesak mereka untuk berfikir, bekerja, dan merasakan.

Berdasarkan pendapat di atas, upaya yang harus dilakukan guru untuk mengaktifkan peserta didik belajar matematika adalah:

(1) mengkondisikan situasi belajar matematika menjadi kegiatan peserta didik mengupayakan pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, baik masalah atau pertanyaan yang diajukan guru maupun peserta didik;
(2) mendorong ketertarikan peserta didik untuk mendapatkan informasi atau menguasai keterampilan melalui pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan;
(3) mendesak peserta didik secara halus untuk bergerak mengkaji atau menilai suatu jawaban pertanyaan, suatu pendapat (gagasan),  atau suatu penyelesaian masalah. Guru dapat menggunakan berbagai strategi dengan berbagai teknik untuk mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan inti. Dengan memodifikasi pendapat Silberman (1988:117-206), strategi berikut ini dapat digunakan guru untuk mengaktifkan peserta didik belajar matematika:

a)     Menstimulir rasa ingin tahu peserta didik

                     Prosedur
(1)   Ajukan pertanyaan/masalah yang kompleks (njelimet) atau yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban untuk menstimulasi keingintahuan peserta didik tentang materi yang akan diajarkan.
      Pertanyaan yang disajikan haruslah merupakan pertanyaan yang menurut guru ada beberapa peserta didik yang mengetahui jawabannya atau bagian dari jawaban. Pertanyaan dapat berupa pertanyaan sehari-hari, cara melakukan sesuatu, definisi, cara kerja (prosedur).
(2)   Doronglah peserta didik untuk berfikir, membuat skema atau diagram, dan membuat dugaan umum.
      Gunakan frase semisal “ coba tebak” atau “coba jawab”
(3)   Jangan buru-buru memberikan tanggapan. Tampung semua dugaan peserta didik. Ciptakan rasa penasaran tentang jawaban yang sesungguhnya.
      Sebagai variasi, buatlah peserta didik berpasangan dan membuat dugaan secara kolektif.
(4)   Gunakan pertanyaan itu untuk mengarahkan peserta didik kepada apa yang hendak diajarkan. Anda perlu memastikan bahwa peserta didik lebih menaruh perhatian terhadap pelajaran dibanding biasanya.

b)    Menstimulir peserta didik untuk belajar mandiri

Prosedur
(1)   Bagikan kepada peserta didik bahan ajar, disertai beberapa pertanyaan/masalah yang terurut dari yang sederhana sampai yang kompleks.
(2)   Perintahkan peserta didik untuk mempelajari bahan ajar secara mandiri atau berpasangan.
(3)   Perintahkan peserta didik untuk membubuhkan tanda tanya pada materi yang belum mereka pahami. Anjurkan untuk menyisipkan tanda tanya sebanyak mungkin. Perintahkan peserta didik untuk menyusun pertanyaan sebanyak mungkin terkait dengan tanda tanya yang mereka bubuhkan
(4)   Perintahkan peserta didik untuk mengemukakan pertanyaan secara tertulis. Beri kesempatan peserta didik lain untuk menanggapinya. Lakukan seterusnya sehingga semua pertanyaan peserta didik dibahas.
(5)   Berikan penjelasan sebagai sarana pemantapan dari jawaban atas pertanyaan peserta didik.
(6)   Perintahkan peserta didik menyelesaikan masalah dalam bahan ajar secara mandiri atau berpasangan.
(7)   Perintahkan peserta didik untuk mengemukakan jawaban masalah. Berikan kesempatan peserta didik lain memberikan komentar atau mengemukakan kemungkinan jawaban lain.
(8)   Berikan pemantapan jawaban atas pertanyaaan
      Jika guru merasa bahwa peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari sendiri bahan ajar, berikan sejumlah informasi yang mengarahkan mereka.

c)     Menstimulir peserta didik untuk belajar bersama dalam kelompok.

Prosedur
(1)   Perintahkan peserta didik secara mandiri mempelajari bahan ajar
(2)   Perintahkan untuk menuliskan hal yang belum diketahui dalam bentuk pertanyaan.
(3)   Perintahkan untuk membentuk kelompok. Perintahkan masing-masing kelompok memberi nama kelompok dengan nama dalam matematika, misalnya: kelompok aljabar, kelompok Phytagoras dan sebagainya.
(4)   Diskusikan pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing anggota kelompok.
(5)   Berikan tugas memecahkan masalah, dengan petunjuk yang jelas. misalnya: tuliskan rumus, gambarkan, buat skema atau diagram yang kamu gunakan untuk menjawab.
(6)   Berikan peran pada anggota kelompok. Misalnya: fasilitator, pencatat, juru bicara, pengatur waktu.
(7)   Berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di depan kelas.
(8)   Perintahkan peserta didik untuk kembali ke posisi semula dan lakukan salah salah satu berikut:
(a)   Membahas materi secara bersama
(b)   Dapatkan pertanyaan dari peserta didik
(c)   Beri peserta didik pertanyaan kuis
(d)   Sediakan latihan penerapan atau kuis bagi siwa untuk menguji pemahaman mereka.

d)    Belajar berpasangan

Prosedur:
(1)   Berikan kepada peserta didik, satu atau beberapa permasalahan yang memerlukan perenungan dan pemikiran.
(2)   Perintahkan peserta didik untuk menyelesaikan masalah secara perseorangan.
(3)   Setelah semua peserta didik menyelesaikan masalah, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.
(4)   Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap masalah, memperbaiki tiap jawaban perseorangan
(5)   Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di dalam kelas.
(6)   Perintahkan seluruh peserta didik untuk memilih jawaban yang tepat untuk tiap pertanyaan.
      Untuk menghemat waktu, bagilah seluruh peserta didik dalam 4 kelompok besar berilah nama kelompok. Berikan permasalahan yang berbeda pada masing-masing kelompok Pada akhir sesi, perintahkan masing-masing kelompok untuk menyajikan jawaban terbaiknya. Berikan hadiah pada jawaban terbaik.

e)     Turnamen belajar

Prosedur:
(1)   Bagilah peserta didik menjadi sejumlah tim beranggotakan 2 hingga 8 peserta didik. Pastikan bahwa tim memiliki jumlah anggota yang sama. Perintahkan untuk memberi nama kelompok masing-masing.
(2)   Berikan bahan ajar kepada tim untuk dipelajari bersama.
(3)   Buat beberapa pertanyaan yang dapat menguji aspek ingatan dan pemahaman terhadap materi yang diberikan. Gunakan format yang memudahkan penilaian sendiri. Misalnya: pilihan ganda, melengkapi, benar-salah, atau definisi istilah, menyatakan rumus atau teorema.
(4)   Perintahkan peserta didik untuk menjawab secara perseorangan. Pastikan hal ini dilakukan oleh masing-masing peserta didik.
(5)   Setelah semua peserta didik menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.
(6)   Lakukan diskusi kelas untuk menentukan jawab pertanyaan.
(7)   Perintahkan peserta didik untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka jawab dengan benar, dan mintalah mereka untuk memberikan skor.
(8)   Perintahkan peserta didik untuk menyatukan skor mereka dengan anggota tim mereka untuk mendapatkan skor tim. Umumkan skor dari tiap tim. Berikan hadiah atau berilah tepuk tangan pada tim yang memperoleh skor tertinggi. Sebutlah ini sebagai “ronde satu”.
(9)   Perintahkan mereka untuk belajar lagi untuk ronde ke dua dalam turnamen.  Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari “ronde kedua”. Perintahkan peserta didik dengan prosedur seperti ronde satu.
      Turnamen ini dapat dilakukan dengan jumlah ronde bervariasi dan waktu  tiap ronde dapat dilakukan bervariasi, namun pastikan bahwa setiap ronde peserta didik menjalani sesi belajar. Dengan kesepakatan peserta didik, guru dapat memberikan penalti (hukuman) kepada peserta didik yang memberikan jawaban salah dengan pengurangan nilai (misal -1 atau -2) dan memberikan nilai 0 pada peserta didik yang tidak menjawab.

f)      Menstimulir pembelajaran antar peserta didik

Prosedur
(1)   Bentuklah kelompok dengan jumlah kelompok sesuai dengan topik (sub pokok bahasan) yang akan dipelajari peserta didik. Topik dipilih yang saling terkait.
(2)   Beri setiap kelompok sejumlah informasi, konsep, atau keterampilan untuk diajarkan kepada peserta didik lain.
(3)   Perintahkan setiap kelompok untuk menyusun cara dalam menyajikan atau mengajarkan topik mereka kepada peserta didik lain. Sarankan mereka untuk menghindari cara ceramah atau semacam pembacaan laporan. Doronglah mereka untuk menjadikan pengalaman belajar sebagai pengalaman yang aktif bagi peserta didik
(4)   Kemukakan beberapa saran berikut ini:
(a)   sediakan media visual
(b)   berikan kesempatan temanmu untuk membaca materi terlebih dahulu.
(c)   gunakan contoh atau analogi untuk menyajikan poin-poin pengajaran
(d)   libatkan temanmu dalam diskusi atau tanya jawab.
(e)   berikan kesempatan pada temanmu untuk bertanya
(f)    Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan (baik di dalam maupun di luar kelas). Kemudian perintahkan tiap kelompok untuk menyajikan pelajaran mereka. Beri tepuk tangan atas usaha mereka.
      Sebagai alternatif dari pengajaran model ini adalah perintahkan peserta didik untuk mengajarkan atau memberi bimbingan kepada peserta didik lain secara individual atau dalam kelompok kecil.

3)     Strategi menutup pembelajaran matematika

Pada kegiatan menutup pembelajaran dapat dimanfaatkan guru untuk:
a)     memberikan kesempatan bagi peserta didik merangkum atau membuat ikhtisar dari pelajaran pada hari itu,
b)    memotivasi peserta didik untuk mempelajari ulang bahan ajar dan atau menyelesaikan tugas rumah secara mandiri atau kelompok,
c)     memberikan informasi bahan ajar pertemuan berikutnya,
d)    mendapatkan penilaian dari peserta didik guna perbaikan proses pembelajaran, dan
e)     memberikan salam penutup.
Cara yang baik untuk membelajarkan membuat ikhtisar bahan ajar adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membuat ikhtisar dan menyajikan ikhtisar kepada peserta didik lain. Strategi berikut dapat digunakan guru:

Prosedur
a)     Jelaskan kepada peserta didik bahwa bila guru yang membuat ikhtisar pelajaran, itu bertentangan dengan prinsip belajar aktif.
b)    Bagilah peserta didik menjadi kelompok beranggotakan dua hingga 4 orang.
c)     Perintahkan setiap kelompok untuk membuat ikhtisar pelajaran pada hari itu. Doronglah setiap kelompok untuk membuat uraian singkat guna disampaikan pada kelompok lain. Gunakan pertanyaan panduan, misalnya:
(1)   Apa judul materi yang baru saja dipelajari?
(2)   Tuliskan definisi atau rumus yang baru saja dipelajari secara terurut!
(3)   Digunakan dalam masalah apa saja rumus yang baru di pelajari?

C.    Pembelajaran  Efektif.
Dalam proses belajar mengajar agar didapatkan suatu hasil yang maksimal maka diperlukan suatu teknik pembelajaran yang efisien dan afektif sehingga tidak mengahabiskan waktu yang lama dan bertele-tele yang kadang hasilnya kurang memuaskan.
   Menurut Daniel Muijs dan David Reynolds (2008 : 65 – 66) Suatu pengajaran klasikal agar efektif maka harus jauh dari sekedar menyampaikan isi pelajaran dengan gaya ceramah kepada murid. Hampir semua peneliti sepakat tentang pentingnya interaksi antara guru dan peserta didik.
Didalam studinya terhadap peserta didik sekolah dasar di Inggris ( Daniel Muijs , 2008) menemukan efek  - efek positif dari seringnya menggunkaan tanya jawab , komunikasi dengan kelas dan menggunakan petanyaan dan pernyataan tingkat tinggi selain itu perlu pentingnya interaksi untuk pengajaran yang efektif.
Peneliti – peneliti di  Amerika telah menunjukkan pentingnya interaksi, di dalam penelitian – penelitian mereka sebelum studi – studi yang dilakukan di Eropa. Rosenshine dan Furst ( 1973 ) menemukan penggunaan beragam pertanyaan sebagai sebuah faktor krusial di dalam penelitian mereka yang dimulai tahun 1960 sampai dengan 1970.
Karena pentingnya interaksi dan tanya jawab sebagai elemen yang paling luas diteliti dalam peneltian tentang mengajar. Oleh karena itu perlu diketahui dalam tanya jawab yang efektif  dan interaksi yang efektif dalam pembelajaran.
Tanya jawab dapat digunakan untuk memeriksa pemahaman peserta didik untuk memberikan dasar pada pembelajaran peserta didik, untuk membantu peserta didik dalam mengklarifikasikan dan memverbalisasikan pikiran mereka, dan membantu peserta didik mengembangkan sense of mastery ( perasaan menguasai sesuatu ). Tanya jawab yang efektif  dapat terjadi bila penguasaan diri yang solid tentang strategi – strategi mana yang paling efektif.
Di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran langsung, berbagai pertanyaan perlu dilontarkan pada awal pelajaran , ketika topik dari pelajaran sebelumnya diulas. Agar tanya jawab efektif tercapai maka seorang pengajar perlu mencampur pertanyaan tingkat tinggi dan tingkat rendah mencakup produk dan proses serta pertanyaan terbuka dan tertutup, namun seorang pengajar harus memastikan bahwa ada cukup banyak pertanyaan proses tingkat tinggi dan terbuka.
Dalam tanya jawab yang efektif dalam pembelajaran langsung bila peserta didik  menjawab benar diberikan respon positif namun impersonal dan bila seorang peserta didik memberikan jawaban yang kurang sepenuhnya benar, maka pengajar perlu memberikan prompt kepadanya untuk menemukan jawaban yang benar.
       Bentuk interaksi lain yang efektif dalam pembelajaran adalah diskusi kelas, namun suatu diskusi agar efektif perlu disiapkan dengan seksama. Pengajar perlu memberikan pedoman yang jelas kepada peserta didik tentang apa yang didiskusikan. Selama diskusi peserta didik perlu dipastikan untuk tetap pada tugasnya, dan guru perlu menuliskan poin – poin utama yang muncul selama diskusi. Setelah diskusi poin-poin utama  ( produk diskusi ) ini dapat dirangkum dan peserta didik diminta untuk meberikan komentar tentang seberapa baik diskusi itu tersebut berjalan
( proses diskusi ). Agar pembelajaran afektif guru juga harus memastikan bahwa peserta didik – peserta didik yang pemalu yang mungkin kurang aktif  untuk diberikan kesempatan dalam keterlibatannya dalam proses belajar mengajar.

D.    Hasil belajar Matematika.
   Penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan pada proses dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses ini lebih ditekankan pada proses belajar matematika seseorang. Tujuan yang paling utama dalam pembelajaran matematika adalah mengatur jalan pikiran untuk memecahkan masalah bukan hanya menguasai konsep dan perhitungan walaupun sebagian besar belajar matematika adalah belajar konsep struktur ketrampilan menghitung dan menghubungkan konsep-konsep tersebut. Andi Hakim Nasution (1982:12 ) mengemukakan bahwa dengan menguasai matematika orang akan belajar menambah kepandaiannya.
   Sementara itu Nana Sudjana (1995:22 ) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Gagne ( 1978:47-48 ) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual strategi kognitif , informasi verbal , ketrampilan motorik dan sikap.
   Gagne dan Briggs (1978:49-55) menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah : (1) ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah–masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing – masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan berfikir, (3) informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi –informasi yang relevan, (4) ketrampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan–gerakan yang berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Bloom (1976:201-207) membagi hasil belajar menjadi kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan- ketrampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai. Kawasan  psikomotor adalah kemampuan–kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana  sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, (3) penerapan adalah kemampuan mempergunakan hal – hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi–situasi baru dan nyata, (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian–bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian–bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, (6) penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern atapun yang ditetapkan lebih dahulu.
   Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar matematika  dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur dari kemampuan peserta didik tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika

E.    Kerangka Pemikiran.
Dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif maka seorang peserta didik akan selalu terlibat secara langsung dalam pembelajaran , sehingga dengan keterlibatan ini materi yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai peserta didik akan mudah diterimanya hal ini sesuai dengan prinsip learning by doing yang menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai peserta didik dengan peserta didik tersebut ikut aktif dalam pembelajaran.
Bertolak dari pemikiran bahwa membawa peserta didik aktif dalam pembelajaran akan memudahkan peserta didik menerima konsep yang harus dikuasainya maka secara otomatis langkah membawa peserta didik aktif dalam belajar ini merupakan suatu langkah yang efektif untuk menyampaiakan suatu materi ajar.

  1. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan kerangka berfikir di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah “Bila menggunakan strategi pembelajaran aktif dalam proses belajar, maka hasil belajar peserta didik dalam belajar matematika pada materi logaritmai akan meningkat secara signifikan”

METODE PENELITIAN

 Penelitian ini merupakan  jenis penelitian tindakan kelas  yang terdiri dari 2 siklus, menggunakan model Kemmis&Mc Taggart(1988) yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri  dari 4 langkah yaitu : Perencanaan (Planning), pelaksanaan (Action), Pengamatan (Observation) dan Refleksi (Reflective). Penelitian akan dilanjutkan jika tindakan yang diberikan belum mencapai indikator yang diharapkan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 42 Jakarta selama 4 bulan mulai bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 pada mata pelajaran matematika di semester 1 dengaan subyek penelitian  peserta didik kelas X-4 berjumlah 37 orang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.     Diskripsi Awal.

Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, maka peneliti mengadakan observasi dan pengumpulan data dari kondisi awal kelas yang akan diberi tindakan,  yaitu kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta, tahun pelajaran 2011– 2012. Pengetahuan awal ini perlu diketahui agar kiranya penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti,  apakah benar kiranya kelas ini perlu diberi tindakan yang sesuai dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti yaitu penerapan strategi pembelajaran aktif  untuk  meningkatkan efektifitas pembelajaran materi logaritma.Untuk mengungkap kondisi awal dari kelas yang menjadi objek tindakan kelas ini maka peneliti melakukan langkah – langkah sebagai berikut :

1      Perencanaan.
Untuk mengetahui kondisi awal dari kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta tahun 2011 – 2012 maka peneliti merencanakan observasi langsung pada pengajaran yang dilakukan oleh guru pengajar matematika pada saat mengajarkan materi sifat – sifat  logaritma.
Observasi langsung pada pengajaran yang dilakukan guru dilakukan untuk mengetahui strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru pengajar saat menyampaikan materi sifat – sifat logaritma
  Peneliti  membantu guru pengajar menyiapkan alat tes yang akan digunakan sebagai alat untuk mengukur kemapuan penguasaan awal materi logaritma dari peserta didik.

2      Pelaksanaan.
Pelaksanaan untuk mengukur kemampuan awal peserta didik dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011 di awali pengajaran yang dilakukan oleh guru Pengajar Matematika  kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta yang mengajarkan sifat – sifat logaritma dengan menggunakan metode ceramah. Pada pembelajaran ini peneliti mengamati kejadian – kejadian yang terjadi secara rinci pada saat guru memaparkan materi sifat-sifat logaritma
Dalam menyampaikan materi sifat – sifat logaritma guru memerlukan waktu 1 jam pelajaran dan 15 menit untuk pemberian contoh, selanjutnya guru memberikan posttest  dengan menggunakan soal yang telah dirancang sebelumnya. Pada pelaksanaan ini peneliti dan guru pengajar bersama – sama mengawasi kerja peserta didik dalam mengerjakan soal yang diberikan , sehingga keakuratan dari hasil pengawasan dapat dipertanggung jawabkan.
Pada pelaksanaan posttest ini peserta didik mengerjakan soal yang diberikan selama   30 menit.

3      Hasil Pengamatan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa pada pengajaran yang dilakukan, guru masih menggunakan cara pengajaran yang  tradisional yaitu guru sebagai pusat pembelajaran dan  pengajaran materi sifat – sifat logaritma tersebut diajarkan dengan menggunakan metode ceramah.  Pada pembelajaran berlangsung terlihat peserta didik asyik dengan kegiatannya sendiri yang tidak ada kaitannya dengan apa yang disampaikan guru. Justru masih terlihat peserta didik yang bermain – main dengan temannya tanpa memperdulikan apa yang disampaikan oleh guru pengajar.
Dan dari hasil pengerjaan peserta didik pada alat tes yang telah dirancang oleh guru setelah diadakan koreksi maka didapatkan hasil yang kurang memuaskan. Hasil koreksi  tes awal dari  37 peserta didik yang ada di kelas tersebut didapatkan hasil, 5 peserta didik mendapatkan nilai kurang dari 60 , 17 peserta didik mendapatkan nilai antara 60 hingga 70, sedangkan peserta didik yang telah tuntas atau mendapatkan nilai di atas batas ketuntasan minimal ada 15 peserta didik . Dari paparan hasil nilai yang didapatkan peserta didik maka tampak bahwa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 40,54 %

4      Refleksi
Dari kondisi awal yang ada tersebut maka perlu diadakan suatu tindakan untuk mengangkat kemampuan penguasaan materi logaritma dari peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta
Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan peneliti terhadap peserta didik, terungkap bahwa peserta didik mempunyai kelemahan pada pengembangan skill pengerjaan suatu masalah logaritma karena kurangnya peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih dalam menyelesaikan masalah – masalah, sehingga peserta didik minta untuk diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah sebelum guru pengajar menyelesaikannya.
Bertolak dari kondisi awal tersebut maka peneliti merencanakan tindakan penelitian dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif pada pembelajaran materi logaritma di kelas X-6 dengan memperlakukan pembelajarn aktif pada kelompok besar.

B.    Deskripsi Siklus I

1      Perencanaan
Untuk melakukan penelitian pada siklus I ini peneliti merencanakan tindakan yang meliputi :

1      Membuat silabus materi pembelajaran logaritma.
2      Membuat rancangan program pengajaran yang diperuntukkan untuk pengajaran pada kelompok besar.  Rancangan program yang dibuat  digunakan untuk pengajaran  2 x 45 menit dengan rincian (1) apersepsi 10 menit (2) Kegiatan inti berisi pengerjaan lembar kerja dan mengaktifkan peserta didik dengan metode tanya jawab selama 40 menit (3) Penutup 5 menit (4) evaluasi 35 menit
3      Membuat lembar kerja peserta didik yang digunakan untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar dengan penyusunan tahap demi tahap yang membawa peserta didik dalam penemuan masalah atau penyelesaian suatu masalah.
4      Membuat alat evaluasi yang digunakan untuk mendapatkan data kemampuan peserta didik setelah mendapatkan tindakan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif yang diperuntukkan untuk kelompok besar
5      Membuat solusi dan langkah untuk disampaikan pada peserta didik berkaitan kelemahan peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang telah di ujikan oleh guru.

2      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 September 2011, peneliti melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dimulai dengan penjelasan pada peserta didik tentang  kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam mengikuti kegiatan. Berdasarkan informasi yang telah didapatkan peneliti pada saat observasi pengajaran yang dilakukan oleh guru pengajar maka peneliti menyampaikan kelemahan dan kekurangan – kekurangan yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan  materi logaritma yang diujikan dengan menggunakan metode tanya jawab. Peneliti membagikan lembar kerja yang telah dirancang oleh peneliti untuk diselesaikan peserta didik secara keseluruhan dan peneliti berkeliling untuk mengamati cara kerja peserta didik serta membantu peserta didik yang mengalami masalah dalam menyelesaikan lembar kerja yang dibagikan.Pada saat pelaksanaan menyelesaikan lembar kerja peserta didik tampak beberapa peserta didik saling komunikasi dengan teman terdekatnya tentang cara penyelesaian dari lembar kerja yang dibagikan. Sambil berkeliling peneliti mencatat hambatan – hambatan yang terjadi pada saat peserta didik mengerjakan lembar kerja tersebut selain itu peneliti juga mencatat peserta didik – peserta didik yang aktif dan mampu dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh peneliti.
Peneliti memerintahkan pada peserta didik yang telah mampu  memecahkan masalah yang masih menjadi masalah pada sebagian besar peserta didik , untuk dijelaskan pada temannya cara memecahkan masalah tersebut.
Pada akhir pengajaran yaitu 35 menit terakhir dari pembelajaran peneliti memberikan post test yang harus diselesaikan oleh seluruh peserta didik secara individual.

3      Hasil Pengamatan
Setelah lembar kerja yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan suatu masalah logaritma dibagikan maka tampak peserta didik antusias dalam mengerjakan lembar kerja tersebut.
Pada pengerjaan lembar kerja yang dibagikan ini tak terlihat adanya peserta didik yang bermain – main ataupun asyik mengerjakan pekerjaan yang lain, semuanya asyik dalam mengerjakan lembar kerja yang dibagikan.
Pada pelaksanaan pengerjaan lembar kerja tersebut tampak adanya peserta didik yang mengalami hambatan dalam menyelesaikan bertanya pada teman terdekatnya , namun ada pula peserta didik yang mengalami hambatan dalam mengerjakan lembar kerja tersebut  langsung bertanya kepada peneliti dan guru pengajar.
Pada pengerjaan lembar kerja ditemukan peserta didik yang belum memahami konsep dasar
logaritma bahwa  serta
Pada post test yang diberikan setelah dikoreksi oleh guru pengajar dan peneliti didapatkan hasil sebagai berikut :

Dari 37 peserta didik yang ada , 13 peserta didik mendapatkan nilai kurang dari 75 , sedang  24 peserta didik telah mendapatkan nilai diatas batas tuntas ( stantar ketuntasan minimal 75), hal ini berarti 64,86 % peserta didik telah mencapai ketuntasan.

4      Refleksi
Dengan melihat titik lemah yang terjadi pada sebagian kecil peserta didik berkenaan konsep dasar logaritma maka perlu diadakan penjelasan yang mendasar pada anak – anak yang mengalami hambatan dengan memanfaatkan teman yang telah memahami konsep dasar logaritma tersebut untuk menjelaskannya.
Mendata peserta didik yang punya kemampuan lebih dan mampu untuk menyampaikan materi yang dikuasainya kepada temannya.
Perlunya dibentuk kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari 4 peserta didik. untuk berkolaborasi dalam belajar dan dipimpin oleh anak yang punya kemampuan lebih dan mempu menyampaikan materi yang dikuasainya.
Perlu dibuat suatu catatan – catatan dasar yang peserta didik sering salah dalam mengartikan seperti   untuk ditindak lanjuti pada tindakan berikutnya.

C     Deskripsi Siklus II

1      Perencanaan
Pada perencanaan siklus II ini peneliti dan guru merencanakan tindakan sebagai berikut :
a.     Membuat kelompok kecil yang terdiri dari 4 anak dan masing – masing kelompok dipimpin oleh anak yang dipilih dari anak yang punya kemampuan lebih dan mampu memimpin..
b.    Membuat rancangan pembelajaran materi logaritma sub bahasan persamaan logaritma sederhana untuk kelompok kecil yang dipergunakan bagi pengajaran selama 90 menit.
c.     Membuat 2  lembar kerja yang dipergunakan untuk diskusi kelompok 
d.    Merencanakan alat evaluasi yang berupa soal tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik.

2      Pelaksanaan Tindakan.
Seperti yang telah direncanakan maka peneliti melaksanaan tindakan siklus II pada hari senin 12 September 2011 dengan materi bahasan persamaan logaritma sederhana, pada tindakan di siklus II ini diawali penjelasan kepada peserta didik tentang prosedur yang akan dilaksanakan pada pembelajaran untuk kelompok kecil.
Peneliti membagi kelompok yang terdiri dari 4 peserta didik dan menentukan ketua dari masing – masing kelompok tersebut, selanjutnya peserta didik berkumpul menurut kelompok masing – masing.
Setelah peserta didik telah berkumpul dengan kelompoknya maka peneliti membagikan lembar kerja peserta didik untuk didiskusikan bersama dari masing – masing kelompok , pada saat peserta didik mulai berdiskusi peneliti berkeliling untuk mencatat kesalahan – kesalahan yang dilakukan kelompok untuk dibimbing serta mencatat peserta didik – peserta didik yang pasif agar bisa diajak aktif oleh kelompoknya.

 
 Setelah waktu yang ditentukan pada lembar kerja habis maka peneliti meminta perwakilan  kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lain diminta menanggapi apa yang telah dipresentasikan, pada kesempatan ini peneliti memandu jalannya diskusi dan bersama – sama peserta didik merumuskan jawaban.
Pada hari Selasa  tanggal 13 September 2011 pada peserta didik diberikan evaluasi tentang penguasaan materi persamaan logaritma sederhana dalam waktu 1 jam pelajaran atau 45 menit

3      Hasil Pengamatan
Pada pelaksanaan siklus II ini tampak sekali bahwa peserta didik sangat antusias dalam mengerjakan tugas kelompok, semua peserta didik terlihat aktif bersama kelompoknya dalam menyelesaikan lembar kerja yang diberikan peneliti.
Pada saat diskusi pembahasan materi yang diberikan satu kelompok untuk ditanggapi oleh kelompok lain, kadang terlihat perbedaan pola berfikir dari masing – masing individu dalam menyampaikan ide pemecahan masalah yang diberikan.
Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan setelah dikoreksi didapatkan hasil yang sesuai dengan indikator pencapaian hasil yang diharapkan karena dari 37 peserta didik yang ada dalam kelas X-6 tersebut hanya terdapat 2 peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah batas ketuntasan minimal, sehingga prosentasi peserta didik yang telah tuntas adalah 94,59 %.

4      Refleksi
Dari hasil evaluasi yang diberikan selama 1 jam pelajaran atau 45 menit tenyata 35 peserta didik telah mampu mendapatkan nilai di atas batas ketuntasan minimal namun masih terlihat kesalahan yang dibuat oleh peserta didik dikarenakan faktor kekurang telitian peserta didik dalam bekerja.
Masalah skill dan kecermatan dalam mengambil langkah pengerjaan masih perlu ditingkatkan agar penguaasaan materi logaritma dapat lebih baik lagi.
Keaktifan dari peserta didik secara keseluruhan telah sesuai yang diharapkan oleh peneliti karena dalam mengerjakan lembar kerja secara kelompok ini 99 % telah aktif dalam pembahasan lembar kerja yang diberikan.

D     Deskripsi Antar Siklus.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan mulai pemantauan keadaan awal hingga pelaksanaan tindakan pada siklus II maka dapat digambarkan seperti dibawah :



No
Indikator
Persentasi yang dicapai
Awal
Siklus I
Siklus II
1
Peserta didik dapat menyatakan Sifat – Sifat logaritma
40,54 %
71,43 %
96,43 %
2
Peserta didik dapat menggunakan sifat – sifat logaritma untuk
menyelesaikan masalah

64,86 %
89,29 %
3
Peserta didik dapat menyelesaikan Persamaan logaritma sederhana


94,59 %

  1. Pembahasan dan Kesimpulan
Dari tabel antar siklus diatas tampak adanya hasil dari masing – masing indikator yang harus dikuasai peserta didik setelah diberi tindakan mengalami peningkatan yang sangat luar biasa. Peningkatan hasil penguasaan materi logaritma ini bila dilihat dari tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan pendapat Vygotsky, aktivitas kalaboratif (perpaduan) di antara anak-anak akan mendukung dan membantu dalam pertumbuhan mereka, karena anak-anak yang seusia lebih senang bekerja dengan orang yang satu zone (zone of proximal development, zpd) dengan yang lain, artinya proses muncul ketika ada ketertarikan antar sesama anggota kelompok yang seusia. Jika anak nyaman dalam belajarnya maka akan diperoleh hasil belajar yang baik. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada peserta didik, yakni mempelajari materi pembelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah atau tugas. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat setara.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan.
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta ini , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1.      Dengan membawa peserta didik aktif dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan penguasaan materi logaritma dari peserta didik yang bersangkutan.
2.      Pembelajaran aktif merupakan strategi yang efektif untuk menyampaikan materi logaritma bagi peserta didik.
3.      Pembelajaran dalam kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan penguasaan  materi matematika dari peserta didik , selain itu dengan kelompok kecil ini  kerjasama diantara peserta didik dapat tercipta dengan lebih baik.
4.      Penggunaan lembar kerja untuk membawa peserta didik agar aktif dalam belajar merupakan langkah yang efektif  bagi peserta didik karena peserta didik dapat bersosialisai dan saling tukar informasi dan ide atau langkah – langkah kerja untuk menyelesaikan suatu masalah dengan teman sebayanya, hal ini sesuai dengan pendapat dari Vygotsky , aktivitas kalaboratif (perpaduan) di antara anak-anak akan mendukung dan membantu dalam pertumbuhan mereka, karena anak-anak yang seusia lebih senang bekerja dengan orang yang satu zone (zone of proximal development, zpd) dengan yang lain, artinya proses muncul ketika ada ketertarikan antar sesama anggota kelompok yang seusia.
5.      Pembelajaran aktif dapat menaikkan hasil belajar peserta didik.

B.    Saran.
Setelah mengadakan penelitian tindakan kelas pada peserta didik X-6 SMA Negeri 42 Jakarta ini maka disarankan pada :

1.      Guru dalam mengajar perlu memperhatikan paradigma- paradigma baru sehingga dalam mengajar tidak monoton.
2.      Guru perlu merancang pembelajaran dengan sebaik-baiknya dengan menggunkan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi peserta didik yang akan diberi pelajaran.
3.      Guru dalam mengajar perlu menjadikan peserta didik sebagai jiwa dengan  potensi yang lebih , sehingga guru cukup sebagai fasilitator agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya dengan sebaik-baiknya.
4.      Guru perlu mencari strategi yang efektif untuk mengajarkan materi tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi dari peserta didik dan materi yang akan diajarkan.
5.       

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hakim Nasution. 1982. Landasan Matematika. Jakarta : Bharata Karya Aksara.

Anisa Basleman, Syamsu Mappa, dan David Reynolds. 2008. Effective Teaching    Teori dan Aplikasi  (edisi ke 2). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Daniel Muijs dan David Reynolds 2008. EffectiveTteaching Teori dan Aplikasi ( Edisi ke -2 )
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Gagne, Robert M and Leslie J. Briggs, 1978. Principles of Instructional Design. 2nd Ed, New York :
Holt Rinehart and Winstons.

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani, 2007, Strategi PembelajaranAktif, CTSD,IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta

Nana Sudjana, Tita Rosita dan Udin S Winata Putra. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Russeffendi, Silberman 1988. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya
dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito


Penulis:
Dra Henny Lestari



Tidak ada komentar:

Posting Komentar